Adeline hanya bisa memaki di dalam hati. Padahal mulutnya sudah sangat gatal ingin membongkar rahasia yang disembunyikan. Namun, lagi-lagi wajah polos sang adik membuatnya tidak tega. Pada akhirnya dia hanya menghela napas panjang lalu memaksa bibir seksi itu untuk tersenyum.
"Bagus jika kamu memang sangat menjunjung nilai kesetiaan, karena jika suatu saat kamu mengkhianati adikku, aku sendiri yang akan memberimu pelajaran!" ancam si perempuan tidak main-main.
Perempuan dengan gaun terbuka di bagian atas dan bawahnya itu berjalan masuk ke rumah. Suami Grasiella menatap sang kakak ipar yang terlihat begitu seksi. Tubuh molek itu adalah idaman setiap pria, berbeda dengan perempuan yang kini menyandang status sebagai istri sahnya ini.
Sebenarnya ada rasa sesal di hati Ricardo ketika melihat Adeline terlihat baik-baik saja bahkan tanpa dirinya. Seperti tidak ada pengaruh apapun meski mereka sekarang telah menjadi kakak dan adik ipar. Namun, mau di apakan lagi, nasi sudah menjadi bubur. Yang bisa di lakukan oleh Ricardo saat ini adalah berusaha membuat Adeline merasa kehilangan dirinya.
"Cepat atau lambat, kamu pasti akan menyesal, Elin. Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang," batin Ricardo dengan seringai licik di wajahnya.
"Kak Bima," tegur Grasiella saat melihat suaminya terus saja menatap arah kepergian sang kakak.
"Iya, El. Kenapa?"
"Kakak panggil El? Sejak kapan kakak panggil aku dengan nama El?" tanya Grasiella merasa curiga.
"Em, maaf, Shiil, kakak hanya reflek saja."
Grasiella memicingkan sebelah matanya. "Reflek? Tapi dirumah ini tidak ada yang memanggilku dengan nama El. Nama El adalah nama panggilan kami untuk Kak Adeline," jelasnya secara rinci.
Ricardo kelabakan saat tidak menemukan alasan lain untuk mengecoh istrinya. Namun, dia tidak kehabisan akal. Ada saja hal yang dapat membuatnya terlepas dari cecaran istrinya yang kelewat polos itu.
"Shiil, Kakak lapar banget, nih! Gara-gara semalam kerja lembur, sih. Kamu harus tanggung jawab pokoknya," ucapnya disertai kerlingan nakal.
Perempuan polos yang baru saja terkena racun malam pertama itu ternyata langsung terkoneksi dengan pikiran nakal sang suami. Terbukti saat ini dia menunduk menyembunyikan rasa malu. Namun, apa yang di lakukan olehnya semakin membuat si suami gencar menggodanya.
"Memangnya kamu tidak mau kalau nanti aku kembali perkasa di atas ranjang?" bisiknya menggoda si istri.
"Mau, Kak. Shiila suka yang seperti semalam," jawab Grasiella dengan cepat.
"Tenang saja, kita akan gunakan banyak gaya. Tidak seperti semalam yang hanya itu-itu saja. Habis kakak takut kamu kesakitan kalau terlalu banyak gaya yang kita lakukan," tuturnya berusaha agar istrinya lupa dengan kesalahannya tadi.
Seketika rasa malu yang dirasakan oleh Grasiella berganti dengan semangat yang membara. Perempuan berusia 25 tahun itu mendongakkan wajahnya lalu dengan berani mengecup pipi suaminya. "Kakak yang terbaik," ujar Grasiella Setelah itu dia menarik tangan suaminya untuk ikut masuk.
Suasana di meja makan terasa mencekam saat Grasiella dan suaminya baru saja tiba. Sepertinya baru saja ada perdebatan lagi yang terjadi. Namun, hal itu sama sekali tidak di rasakan oleh Grasiella. Entah perempuan itu terlalu lugu atau memang tidak peka dengan keadaan sekitar.
"Ella, maaf, yah! Kakak benar-benar tidak bisa lama. Masih banyak pekerjaan yang harus kakak urus sekarang," pamit Adeline yang langsung bangkit dari duduknya.
"Loh, Kakak belum makan apa-apa, kenapa terburu-buru. Apakah sepenting itu pekerjaan kakak sampai kakak tidak bisa menghargai suami Ella?" tuduh Grasiella tanpa memikirkan perasaan si kakak.
"Sudahlah, Ella. Kakakmu ini sejak dulu selalu saja mementingkan bisnisnya. Padahal papa tidak pernah menyetujui bisnis tidak ada faedahnya itu," sela Antonio yang lagi-lagi menyakiti hati putri sulungnya.
"Papa benar, Ella. Kakak memang tidak pernah memikirkan keluarga, kamu baik-baik di rumah, yah! Kalau ada apa-apa, kabari kakak." Adeline menepuk lembut bahu adiknya sebelum pergi meninggalkan tempat tersebut.
Meski dengan langkah berat, Adeline memaksa kakinya untuk tetap melangkah. Keputusannya untuk keluar dari rumah sang ayah semakin bulat. Sejak dulu, kedua orang tuanya memang tidak pernah sekalipun membanggakan dirinya atas segala pencapaian yang telah digapai.
"Kamu pasti kuat, Elin. Sejak dulu kamu berdiri diatas kakimu sendiri, 'kan?" batinnya bersamaan dengan lelehan air mata di kedua pipi mulusnya.
"Pah, kenapa selalu memojokkan Kak Elin? Sejak dulu, mama dan papa tidak pernah sekalipun memuji atas pencapaian yang diraih oleh kakak!" Zico yang sejak tadi diam, akhirnya angkat suara.
"Papa tidak pernah mengizinkan Elin untuk bekerja, Zico. Papa hanya minta dia untuk segera menikah! Tapi apa yang di lakukan oleh kakakmu itu?" jedanya sejenak. "Dia selalu sibuk dengan bisnisnya dan terus-menerus kabur saat papa menjodohkannya dengan anak relasi bisnis papa. Berbeda dengan Ella yang justru tiba-tiba ada yang melamar. Kamu tahu, papa dan mama malu karena banyak orang yang menghina Elin dengan kata perawan Tua!" oceh sang ayah dengan penuh amarah.
"Tapi papa tidak berhak menyudutkan kakak seperti itu, Pah! Setiap orang memiliki pilihannya masing-masing. Siapa tahu selama ini sebenarnya kakak sudah memiliki kekasih yang belum berani mengajaknya untuk menikah? papa seharusnya mendukung putri papa, jangan malah semakin tega seperti ini." Untuk pertama kalinya, Zico berani melawan papanya.
Sebagai adik yang sangat disayangi oleh Adeline, Zico merasa tidak terima karena sang kakak di permalukan didepan anggota keluarga baru. Apa lagi ayahnya itu dengan tega membandingkan kakak sulungnya dengan saudari kembarnya, Grasiella.
"Jika papa dan mama tidak bisa berlaku adil, Zico akan ikuti jejak Kak Elin untuk keluar dari rumah ini!" ancam Zico tak gentar.
Sementara itu, disisi Ricardo, pria itu sedikit merasa bersalah. Ternyata Adeline sampai beberapa kali menolak perjodohan dari orang tuanya. Perempuan berparas cantik meski usianya sudah tidak muda lagi itu bahkan rela di labeli dengan sebutan perawan tua demi mempertahankan hubungan yang dulu masih abu-abu.
"Silahkan saja jika kamu mau pergi dari rumah ini. Kita lihat, akan jadi apa kamu di luar sana!" bentak Antonio seraya menggebrak meja.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berusaha
2023-01-21
0
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
author mn nih... lma gak up 🙄
2023-01-06
0
Hanum Anindya
Buat apa memepertahankan hubungan kalau akhirnya satuny menghianati kita. Adelia seembgst
2023-01-05
1