"E eh.. bu..bukaan.. itu.." Sean berucap terbata, bingung ingin menyampaikan apa pada sang nenek.
"Nenek tunggu di kantor polisi sekarang juga. Pusing nenek ditelponin kantor polisi, kamu bawa sekalian calon cucu mantu nenek"
Tanpa sempat mengelak, sambungan itu diputus secara sepihak.
"Aduuuh.. gimana ini.."
"Om.. dipanggil dari tadi malah bengong"
"Hah?.. kenapa?"
"Ayo makan, udah mateng tuh" ajak Shelly yang kemudian melangkah kearah depan rumah.
"Kenapa om? kok kek yang bingung gitu?" tanya Axel memperhatikan ekspresi Sean.
"Iya, barusan yang punya mobil telfon. Dia liat berita, terus liat kita sama kondisi mobilnya. Dia minta kita ke kantor polisi sekarang juga" Sean memberi penjelasan.
"Jadi mobil itu bukan punya om?" Axel terkejut. Dia pikir jika Sean adalah pemiliknya, dia bisa minta keringanan hukuman untuk Shelly. Tapi kalo orang lain pemiliknya, bisa berabe.
Sean menggeleng, lalu mencomot oseng kangkung dengan bumbu kencur dan terasi juga bawang bendera yang dihaluskan.
"Enak.." gumamnya mengomentari menu masakan Axel yang tak pernah ada di rumahnya.
"Ya udah kita kesana abis makan" ucap Axel yang suka dengan ekspresi Sean tentang masakannya. Dia selalu merasa puas jika melihat ekspresi antusias orang orang yang mencicipi masakannya.
Sean tiba tiba teringat dengan Shelly yang sebelumnya mengajaknya makan.
Dia lantas menyusulnya untuk mengajak makan bersama.
Saat melangkah ke ruang tamu, dia menemukan Shelly tengah tertegun diambang pintu menatap nanar kearah luar.
Sean mendekat dan mensejajarkan diri disampingnya, barulah dia mengerti arti tatapan itu.
Rendi terlihat tengah menikmati cumbuannya dengan tetangga baru Shelly. Bahkan di siang bolong seperti ini mereka tanpa ragu melakukannya di tempat umum. Sudah bisa dipastikan pribadi seperti apa keduanya.
Tak ingin mempermalukan Shelly karena kedapatan memendam kecemburuannya Sean kembali ke ruang makan dan mulai mengambil nasi dan lauk hasil masakan Axel.
"Mana Shelly?" tanya Axel.
Sean hanya mengedikkan bahu. Axel pun tak mau ambil pusing. Toh perut perut dia. Kalo laper pasti nyari makan ke dapur. Pikirnya.
Tak lama Shelly pun datang dengan wajah ditekuk.
"Jerk" (brengsek) gumamnya mengumpat apa yang baru ditemukannya.
"Lo tau kalo dia brengsek. Napa juga masih suka" cebik Axel yang mengetahui tentang perasaan saudaranya.
Sean terheran. Axel sebagai sahabatnya yang ia tahu, mengetahui tentang perasaan Shelly terhadap Rendi namun dengan entengnya memberikan komentar tanpa rasa takut menyinggung perasaannya.
"Shut up" (berisik) tukas Shelly yang tak berharap ada komentar apapun dari siapapun. Dan Sean memilih bungkam menikmati makanan yang masih mengepul.
tring
tring
Ponsel Sean kembali berdering. Sudah dipastikan sang nenek yang kembali menelponnya.
"Halo" sapa Sean setelah menggeser tombol hijau.
"Iya, ini baru mau jalan. Barusan makan dulu"
Sean segera mengajak ketiga orang itu untuk segera hadir di kantor polisi.
Dengan ekspresi yang mewakili mood nya yang ancur, Shelly tak banyak berkata kata.
Berbanding terbalik dengan Rendi yang terus mengembangkan senyum karena tengah berbunga bunga.
Mereka tiba di kantor polisi dengan helaan nafas yang berat dari keempat orang itu.
Bersiap menghadapi cercaan dan murka para korban juga pemilik mobil yang mereka kendarai.
Namun kening mereka saling bertaut kala sudah berada di dalam kantor. Karena hanya mendapati seorang wanita tua tengah duduk dihadapan petugas, dengan tangan tua menumpu pada tongkat.
Kemana perginya orang orang, pikir mereka dalam hati serempak.
"Dasar bocah nakal. Tega kamu membiarkan nenek tua ini menunggu dan menghadapi orang orang" sarkas nenek Sean yang bernama Rosita yang dipanggil Rosie atau nenek Ros sambil mengangkat tongkat saktinya.
Kenapa sakti? karena baru ia ayunkan tanpa mengenai tubuh seseorang saja mampu membuat siapapun langsung meminta ampun.
🙄🙄🙄
"Apa ini calon istrimu?" lanjut Rosie kala netranya menangkap sosok wanita tak biasa di sebelah cucunya.
Sean tak bisa menjawab. Dia hanya menunduk. Namun diluar dugaan, Shelly menjulurkan tangannya untuk meraih tangan kanan Rosie dan menciumnya takzim. Hal yang selalu diajarkan sang momy untuk menghormati orang tua.
"Nyonya, apa kabar?" sapa Shelly yang kemudian disusul Axel melakukan hal sama. Tapi Rendi hanya menyalaminya tanpa mencium punggung tangannya.
Rosie bisa menilai kepribadian mereka seketika.
"Jadi.. kapan kalian akan meresmikan hubungan kalian?" lanjut Rosie bertanya pada Shelly.
Shelly hanya diam tertegun. Tak tahu harus berkata apa karena ini menyangkut tanggung jawabnya yang menyebabkan kecelakaan beruntun. Dia akan ikuti saja hukuman yang akan diberikan padanya. Mungkin itu lebih baik dibandingkan merengek pada sang momy untuk meminta bantuan menebus kesalahannya dalam mengganti rugi pada para korban dan membayar denda pada pihak berwajib.
"Hhh... lalu bagaimana cara kalian bertanggung jawab?" lanjut Rosie yang mencium adanya ketidak beresan dalam hubungan mereka.
Ini tak bisa dibiarkan. Usianya sudah tak muda lagi untuk lebih lama menunggu sang cucu menikah sedangkan kedua orang tua Sean seolah tak perduli kapan anak semata wayang mereka menikah.
"Baiklah, kalau begitu nenek minta uang jaminan untuk kalian di ganti sekarang juga. Terserah kalian mau ngapain yang pasti pihak kepolisian akan melanjutkan proses untuk kalian pertanggung jawabkan. Hah.. nenek lelah.." keempat orang itu panik seketika.
Tidak bisa.
Mereka tidak bisa mengandalkan keluarga mereka dan tidak boleh.
Bisa digantung hidup hidup kalau sampe keluarga mereka tau.
"Nenek.. tolong jangan seperti itu. Sean akan ganti-"
"Heh.. ganti katamu? dengan apa? dengan uang nenek? atau uang papamu? Lagak mu mau ganti" cebik Rosie menyindir dan membungkam keempat orang itu.
Rosie pun beranjak pergi. Berharap mereka terintimidasi lalu mengabulkan keinginannya.
"T-tunggu, nyonya" sergah Shelly yang membuat langkah Rosie terhenti bersama seulas senyum.
"Sa.. saya punya persyaratan" pinta Shelly.
Rosie memutar tubuhnya dengan mengembalikan ekspresi juteknya.
"Aku mendengarkan" jawab Rosie menatap mata tajam Shelly.
"Bisakah kita bicara di tempat lain? disini cukup mengerikan" tukas Shelly setengah berbisik agar tak terdengar para petugas yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing.
Sean, Rendi dan Axel mengernyitkan dahi tak bisa menebak apa rencana Shelly.
Apa dia akan menerima tawaran Rosie? itu yang sebenarnya ada dalam pikiran mereka.
"Baiklah. Kita ke cafe di ujung jalan" Rosie menyetujui.
"Pak, tunggu aba aba dari saya" titah Rosie pada inspektur yang langsung dianggukinya.
"Baiklah, syarat apa yang ingin kamu ajukan?" tanya Rosie saat mereka sudah duduk di salah satu sudut cafe dengan masing masing cangkir kopi dengan jenis berbeda telah bertengger dengan menggiurkan didepan masing masing.
" Bisakah nyonya membuat pengecualian untuk saya? seperti anda lihat hanya saya satu satunya wanita disini. Kalau anda membiarkan saya masuk penjara, apa nyonya tidak akan khawatir saya membakar tempat itu?" kilah Shelly membuat semua orang terperangah.
MON MAAP BARU DI UP YANG SORE,
SEMALEM KETIDURAN🤦🏻♀️🤦🏻♀️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Sandisalbiah
wah.. bawang bendera bikin speechless.. kok kepikiran kesitu.. bener² the best dah author kita....
2024-03-05
0
DozkyCrazy
👏👏👏 kerrren bawang bendera
ngakak bacanya
2023-11-16
0
yhoenietha_njus🌴
wkwkwkwk....aq mikir2 bawang bendera😟kirain typo..eh ternyata eh ternyata bawang merah bawang putih...imajinasimu thoor ga da lawan
2023-11-10
2