Chapter 14

Tapi, mengesampingkan soal itu.

"Masalahnya adalah, pelaku ini yang merupakan dari kerajaan Fallan? Apakah kau yakin dengan ini, Count?"

Raja menanyakan itu.

Count Deto menggangukan kepala.

"Aku sangat yakin dengan itu, Yang Mulia. Sudah saatnya bagi kita untuk merebut kembali wilayah kita yang sudah mereka ambil." (Count Deto)

Dan, itu akan menjadi alasan yang masuk akal untuk memulai perang lagi.

Count Deto kemudian melihat peluang dari raja yang sempat memilih diam untuk memikirkan pendapatnya.

"Kita sudah kuat dalam ekonomi, pasukan kita juga sudah banyak dan terlatih. Berbeda dengan kerajaan Fallan yang sekarang sangat lemah itu. Mereka dilanda kelaparan dan banyak terjadi pemberontakan." (Count Deto.)

Aku melihat, Count begitu puas setelah mengatakan semua itu.

Jika aku berada di posisinya, aku juga akan bersikap demikian terhadap orang yang sudah merebut beberapa hal dariku..

Namun, tetap saja.

Ini terlihat begitu mencurigakan.

Contohnya, Count yang tiba-tiba memiliki surat ini.

"Darimana kau menemukannya, Count?"

Aku langsung menanyakan itu dengan gamblang.

Tanpa menyadari ekspresi Count yang mulai terlihat sedikit panik sekarang.

"Ah, iya! Aku menemukannya di dalam kamar pelayan ini!"

Untuk sebuah alasan, aku merasa ini terkesan seperti di buat-buat.

Dia menunjuk ke arah Eri yang mulai melebarkan mata sekarang.

Berbagai tuduhan mulai melayang untuknya.

Mulai dari pemberontakan tingkat tinggi, kemudian pengkhianatan, lalu usaha untuk membunuh Tuan Putri.

Bisa dibilang, ini merupakan kejahatan tingkat tinggi.

Aku tahu itu.

Siapapun yang melakukannya pasti sudah jelas hanya akan mendapat satu hukuman.

Hukuman mati.

Dan ketika Eri sadar dengan itu, dia langsung mundur beberapa langkah sebelum dengan cepat menggelengkan kepala.

"Tidak Yang Mulia! Aku memang yang meletakan racun di cangkir Tuan Zanner, tapi aku tidak sungguh-sungguh terlibat dalam rencana pembunuhan Tuan Putri!"

Tatapan mata Eri kosong setelah dia mengatakan itu.

Raja, yang melihat pelayan tersebut mulai berlutut dan pipinya dibasahi oleh air mata hanya diam menonton.

Sementara Elia, sepertinya dia sedikit perduli tentang Eri.

Meskipun Eri mengaku bahwa dialah yang meracuniku, tapi tetap saja, tidak ada yang mempercayainya sekarang setelah apa yang dilakukannya itu.

Setidaknya, rasakan bagaimana akibat karena berani melakukan ini.

Untuk sementara ini.

Meskipun dia memohon dan memohon, aku bisa melihat raja tidak menunjukan belas kasihannya.

Sungguh menyedihkan melihat ini.

Namun begitulah yang terjadi, orang-orang disini cenderung lebih mempercayai yang sudah mereka lihat dan dilengkapi bukti daripada hanya perkataan.

Jadi, aku bisa menggangap itu akan sia-sia jika Eri berniat menjelaskannya panjang lebar.

Toh, pada akhirnya tidak ada yang berniat mendengarkan.

"Hukuman untuk pengkhianat adalah mati. Eri, emmm ... Tidak, atau aku bisa bilang adalah pembunuh putriku."

Raja mulai melihat dia dengan cara berbeda, agak marah mungkin lebih cocok untuk itu?

Namun, entah kenapa dia sedikit menahan diri.

"──Tidak! Yang Mulia! Aku mohon, aku sedang dipaksa! Sungguh, keluargaku akan dalam masalah sekarang jika anda melakukannya! Aku hanya berniat untuk menyelamatkan keluargaku, Yang Mulia!" (Eri)

"Tapi kau sudah berniat untuk membunuh Tuan Zanner. Baik keluargamu atau kerabatmu akan ikut menanggung ini semua!" (Raja)

Aku mulai mengetahui satu hal yang baru dari kejadian ini.

Karena ini merupakan kejahatan serius, mau tidak mau dia akan menyeret keluarganya ke dalam masalah yang dia perbuat.

Aku tidak tahu kenapa keluarganya bisa ikut terkena dampaknya?

Namun, sepertinya itu adalah hal yang biasa bagi kerajaan menghukum sampai seluruh keluarga pelaku pengkhianatan tingkat tinggi.

...----------------...

"Anu ... Emmm, bukan dia pelakunya."

Sambil mencairkan suasana.

Aku yang melihat ini justru merasa kasihan kepada Eri.

Entah kenapa ini berbeda jauh dari yang aku harapkan.

"Apa yang kau katakan, Tuan Zanner?"

Raja yang melihat aku berbicara mulai menunjukan berbagai ekspresi, terutama dia yang merasa tidak senang tentang aku yang menyatakan Eri tidak bersalah.

"Dia memang yang menaruh sesuatu di cangkir tehku. Namun, hanya itu."

Setelahnya, aku seperti melihat Eri berwajah sedikit lega atau semacanya.

Jangan senang dulu, sobat.

Aku memang mengatakan dia tidak bersalah untuk rencana percobaan pembunuhan tuan putri.

Tapi tetap saja aku tidak akan mengabaikan tentang berusaha untuk meracuniku tersebut.

Bisa dibilang, aku melakukan ini untuk mengungkap pelaku yang sebenarnya.

Bukan hanya Eri saja yang ditangkap.

"Apa yang kau katakan, bo-Maksudku Tuan Zanner?! Anda sekaligus mengatakan bahwa bukti ini palsu begitu?!!!" (Count Deto)

"Memang, itu seratus persen palsu."

Count Deto yang mendengar itu mulai terkekeh.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu, Tuan Zanner. Tapi, aku berharap kau bertanggung jawab setelah mengatakan itu." (Raja)

Aku menggangukan kepala, kemudian menunjukan satu surat untuk Raja.

Mata Count Deto mulai melebar begitu melihat sesuatu yang salah di kertas itu.

Raja mulai membukanya, dan dengan alis yang sedikit bergerak dia terus membacanya sampai selesai.

"Nah, sekarang ada apa lagi ini?"

Lalu dia menatap Count Deto dengan perubahan ekspresi yang meminta penjelasan kepada pria itu.

Elia yang berada di dekat raja mengambil surat itu dengan penasaran sebelum meniru ekspresi wajah ayahnya.

"Apa maksud dari semua ini, Count Deto? Anda menyuruh Eri untuk meracuni Tuan Zanner?" (Elia)

Aku melihat itu sebagai sesuatu yang mengejutkan setelahnya.

Setidaknya untuk pihak Count Deto.

Dia pasti menggangap ini tidak terduga mungkin?

Lalu, juga tentang beberapa hal yang menjadi alasan di balik Eri yang bersedia melakukan itu.

Sederhana saja, saat itu dia sedang diancam seseorang untuk melakukannya.

"Perkataannya tentang melakukan ini demi keluarga tidak sepenuhnya salah. Karena Count Deto memaksa Eri menaruh racun dalam cangkirku, lalu ... Jika dia tidak melakukannya, maka keluarga dia yang akan menerima akibatnya."

Mata semua orang semakin melebar setelah mendengar aku mengatakannya secara langsung dan jelas.

Juga, alasan Eri terpaksa mengakui perbuatannya kemungkinan diancam juga.

"Apa yang pria ini inginkan setelah kau membuat pernyataan itu, Eri?" (Zanner)

Pelayan itu, maksudku Eri, langsung dengan sedikit agak panik berusaha menjelaskan setelah aku membuat dia bisa melakukan pembelaan.

Sungguh, aku bahkan memastikan tidak ada yang terlewatkan dari itu.

Meskipun aku seperti melihat Count Deto seperti mengancamnya.

Kali ini terlihat tidak ada keraguan di gadis itu.

"Dia akan membebaskan keluargaku, meskipun pada awalnya aku akan dipenjara. Tapi Count mengatakan akan membuatku tidak lama berada disana."

Wajah Count Deto Merah padam sekarang.

Seolah-olah ingin mengatakan, "Bukan aku pelakunya!"

──Aku dengan cepat akan menggangap ini sebagai sentuhan terakhir dengan kalimat seperti,

"Sekarang, semua sudah jelas Count. Anda dengar itu Yang Mulia?"

Raja menggangukan kepala sebelum menoleh lagi ke arah Count Deto yang mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Bohong! Tunduhan palsu! Fitnah! Kau bahkan sudah membuat bukti palsu!"

Sambil menunjuk aku, aku pikir dia mulai panik sekarang.

Yah, setidaknya dia menggunakan sedikit kepalanya untuk menyelamatkan diri.

"Bukti palsu katamu?"

Ahahaha ...

Aku tertawa begitu keras sebelum menoleh ke kertas lagi.

"Disana jelas ada namamu juga bukti yang juga menunjukan identitasmu." (Zanner)

"Memang benar, aku melihat ada tanda tangan disana." (Raja)

Aku merasa ini cukup konyol.

Mengapa harus mengisi kertas dengan tanda tangan jika kamu bisa membuatnya tanpa tanda pengenal tersebut?

Tapi, yah ... Aku akan menggangap ini sebagai keberuntungan di awal.

Pada bagian ini, Count Deto tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.

"Lalu, aku juga memiliki satu lagi bukti tentang kau yang menyewa pembunuh untuk menyerang Tuan Putri." (Zanner)

"Apa maksudmu Tuan Zanner?!"

Beberapa orang disana bahkan Raja sekalipun terkejut dengan pernyataanku yang tiba-tiba.

Aku memutuskan untuk mengabaikan pertanyaan raja.

Setelah aku menjentikan jari tanganku, muncul seseorang dihadapanku dan itu akan membuat Raja begitupun dengan kebanyakan orang mulai waspada.

"Tenang, dia adalah bawahanku."

Aku kemudian melihat Lena menyerahkan satu lembar surat terakhit sebelum dia menghilang setelah melompat.

"Raja, silahkan."

Sementara Raja mulai membaca semuanya.

"Ini, bukankah kontrak untuk menyewa pembunuh bayaran?!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!