~Setajam Silet~
Perbincangan antara orang tua dan putranya, menjadi perbincangan panas yang mengakibatkan pertengkaran hebat diantara keduanya.
"Dengar, Papa tidak menikahi Mamamu karena itu, Papa mencintainya, dia wanita yang berharga." Wiharja menundukkan wajahnya dan mengusapnya perlahan.
"Kalau memang itu benar, kenapa harus membawa wanita itu ke rumah ini? kenapa Papa lebih memilih wanita itu dibandingkan dengan wanita yang katanya berharga?" desak Jerry dengan mata yang sudah merah dan hatinya yang sudah sesak karena menahan diri.
"Papa membawanya karena dia sudah menjadi ibu sambungmu, membawanya setelah Mamamu pergi meninggalkan dunia ini." Wiharja menolak mengakui perselingkuhannya di hadapan putranya.
"Cih, setelah Mama meninggalkan dunia ini? setelah menikahinya?" Jerry menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh papanya.
"Jika benar seperti itu, mungkin, hubungan kita tidak akan sekacau ini, mungkin aku masih menjadi anak manis yang begitu bodoh karena tidak mengetahui hal tersembunyi tentang hubungan kedua orang tuanya, aku bukan lagi anak remaklja yang dulu bisa kalian bohongi dengan sandiwara mesra yang kalian tunjukkan dihadapanku. Aku sudah mengetahui segalanya, sebelum Papa menikahi wanita ****** itu!" teriak Jerry hingga membuat Wiharja terperangah.
"Jaga mulut! dia adalah ibu sambungmu, sudah sepatutnya kamu menghormatinya seperti kamu menghormati mendiang Mama mu." Wiharja membentak putranya.
"Hah! Menghormati? wanita itu? apa aku tidak salah dengar? untuk apa aku menghormati wanita yang telah menghancurkan keluargaku? seharusnya aku masih bisa merasakan kebahagian meski kalian hanya berpura-pura menjadi orang tua yang utuh dan saling mencintai, beberapa kali aku mendengar pertengakaran kalian hanya karena Papa lebih mementingkan wanita murahan itu dari pada istri sahnya sendiri." Jerry meluapkan seluruh kemarahan yang sudah lama sekali dipendamnya.
Bertahun-tahun dirinya bungkam, bertahun-tahun dirinya diam menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya, berkali-kali juga dia harus menahan diri ketika melihat mamanya menangis sendirian karena pria yang mencampakkannya selama bertahun-tahun lamanya.
.
.
Di dalam ruangan lain, Maya mendengar seluruh perkataan Jerry dengan suaminya, perkataan Jerry benar-benar menyulut api kemarahan dirinya, Maya benar-benar tidak menyangka anak sambung yang usianya tidak terlalu jaiuh darinya bisa bicara dengan sangat tidak sopan tentangnya.
"Aku dulu memang menjalin kasih dengan Papanya saat usiaku masih remaja, selama hampir sepuluh tahun dia selalu menemuiku dan akhirnya kami menikah ketika istri pertamanya meninggal dunia, dia juga memberiku modal usaha agar kehidupanku terlihat sepadan dengannya, hingga sampai saat ini usaha toko rotiku masih berjalan lancar berkat dukungan pria itu," gumam Maya yang masih mendengarkan percakapan dua pria di ruangan sebelah.
"Sebaiknya aku keluar kamar, aku ingin melihat wajah anak kurang ajar itu."
.
.
Brak
Terdengar suara pintu di tutup dengan sangat kasar, Jerry menutup pintu dengan keras sehingga suaranya memekikkan telinga orang yang mendengar.
Jerry berjalan menjauh dari ruangan papanya, tanpa disengaja mereka berdua bertemu di depan pintu kamar bekas kedua orang tuanya yang kini di tempati oleh papa dan istri barunya.
"Jadi wanita itu seorang penari malam?" sindir Maya ketika mereka berpapasan.
"Kamu bicara denganku?" tanya Jerry tanpa mengubah posisinya.
"Tentu, kepada siapa lagi aku bicara? Hanya ada kita berdua di sini." Maya seakan sangat berani menghadapi pria yang memiliki sifat dingin itu.
"Kenapa kalau dia penari malam? Ada masalah?" tanya Jerry lagi.
"Tidak, hanya saja aku terkejut, bukankah selama ini kamu sangat tidak suka dengan wanita malam? lalu kenapa sekarang menempatkannya di sisimu?" tanya Maya sambil sedikit memicingkan matanya.
"Aku tidak suka wanita malam, itu benar dan masih berlaku sampai sekarang, tapi satu hal yang harus kamu ketahui, wanitaku bukan sampah seperti dirimu!" Jerry menoleh sedikit dan memberikan tatapan peringatan.
Dada Maya langsung terasa tertusuk pisau tajam yang menancap dalam sampai membuat hatinya terluka tapi tak berdarah. Maya menatap kepergian Jerry, dia begitu terhina dengan perkataan yang dilontarkan oleh putra sambungnya.
"Dasar anak tidak berpendidikan, bicara seenaknya saja." kepalan tangannya semakin kencang menahan rasa yang seakan ingin meledak.
.
.
Jerry masuk ke dalam mobilnya, perasaan kesal dan benci di dalam hatinya semakin menjadi, selama di dalam mobil dia terus merutuki papa dan istri baru papanya.
"Aaaaaah! dasar wanita sampah! Beraninya Dia bicara kepada ku dan memberikan kritikannya, Dia pikir, Dia sudah bisa menjadi Nyonya rumah dan menggantikan posisi Mamaku di Rumah itu?!" kesal Jerry.
Jerry melepaskan dasinya dan melemparkannya ke kursi belakang, napasnya seakan tersendat setelah bicara dengan ibu sambungnya.
"Tapi aku puas, karena aku bisa menunjukkan kemarahannya kepada pria itu, aku juga puas melihatnya marah." Jerry melajukan mobilnya dengan cepat, dia akan menuju suatu tempat.
.
.
"Ikuti terus, kali ini jangan sampai kehilangan jejaknya, jika tidak kesempatan kita akan hilang," ujar seorang pria yang sedang memerintahkan anak buahnya.
Mereka terus mengikuti mobil mewah yang keluar dari pekarangan rumah besar bak istana itu.
"Kali ini aku akan menangkapnya, anak nakal!" Geramnya.
Berkali-kali mereka berusaha, berkali-kali juga mereka gagal melaksanakan tugas, kelicikan dan kepintaran Jerry membuat mereka kewalahan, ditambah lagi Jerry merekrut satu kelompok preman yang diketahui memiliki tingkat kesetiaan tinggi dan juga selalu bekerja profesional, kekayaan Jerry yang tak terhitung mampu membayar para pekerja profesional.
Tidak lama mereka terhenti di sebuah villa besar yang selama ini tidak ada di daftar kekayaan Jerry, sehingga mereka tidak tahu kalau Jerry berada di rumah ini.
.
.
"Selamat datang tuan Jerry," sapa seorang pekerja yang membantu membersihkan dan merapikan villa.
"Mereka ada di atas?" tanya Jerry.
"Ada tuan, silahkan naik."
Jerry menaiki satu persatu anak tangga, dia melangkah dengan perasaan yang masih kesal, dan berusaha mengendalikannya agar tidak mengacaukan suasana.
Kenop pintu di putarnya, dia melihat Gladis dan putri kecil sedang tertidur pulas, baby sitter menemani mereka atas permintaan Gladis.
"Jadi, kamu takut dengan hujan? Ini semakin menarik, wanita tangguh berubah seketika ketika hujan mengguyur bumi." Jerry tersenyum tipis dan masuk ke dalam kamar.
Baby sitter yang menyadari kehadiran pria itu, menjadi ketakutan dan langsung keluar kamar tanpa perintah.
Jerry mendekat keranjang, dia melihat lekat wajah bayi mungil itu, betapa tenang hatinya seketika, segala gemuruh di dalam hatinya menghilang, yang tersisa hanyalah rasa tenang.
"Entak mengapa, setup kali melihat Shine, hati ini seakan begitu damai." Jerry mengangkat tangannya, ingin rasanya dia menyentuh pipi tembam bayi mungil itu, tapi dia mengurungkan niatnya, dia tidak ingin mengganggu tidur nyenyak dua wanita itu.
Jerry duduk di sofa dengan terus memandangi Gladis dan Shine.
"Pria seperti apa yang tega meninggalkan wanita sepertimu? Wanita pekerja keras, mandiri dan melahirkan bayi mungil." Timbul rasa iba di hati Jerry saat memperhatikan Gladis dari jauh.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
neng ade
Jerry ga sadar di ikuti sm anak buah nya Kertajaya yg menginginkan diri nya menikahi putri nya .. kasihan Gladys dan Shine Putri nya yg menjadi korban ..
2023-03-10
0