SP 3

~Melahirkan 1~

Gladis masih merintih kesakitan, tanpa dia sadari, air ketuban pecah dan ada darah yang ikut mengalir di kedua kakinya.

"Tolong ... Tolong ...," teriak Gladis mencari pertolongan.

Gladis berusaha untuk bangun dari duduknya, namun dia tak kuasa, rintihan kecil terlontar dari bibirnya, dan wajah yang sedang meringis menahan rasa sakit kini membuat dua bola mengeluarkan air hingga membasahi pipinya.

Mendengar jerit rintihan Gladis, Naura langsung tak lagi bisa hanya bersembunyi di balik tembok, dia segera masuk ke dalam rumah sahabat baiknya.

"Gladis!" Teriaknya kaget melihat sahabatnya sudah tak berdaya, dan mengeluarkan banyak darah.

Naura yang panik berusaha mengangkat tubuh kecil Gladis ke atas sofa, dia juga menghubungi pihak rumah sakit agar bisa mengirim ambulan dan melakukan pertolongan.

"Dis, sadar, Dis!" Naura menepuk-nepuk pipi wanita yang tengah tak berdaya di depan matanya.

"Awas kau Jaka, jika terjadi hal yang membahayakan untuk Gladis dan janinnya, aku pastikan akan membuat hidupmu menderita." Naura mengumpat sendirian.

Dia tidak percaya, ada manusia biadab seperti Jaka dan kekasihnya, yang tidak perduli dengan keselamatan Gladis dan anak di dalam kandungannya.

Suara Ambulan terdengar di telinganya, Naura langsung mepersiapkan diri dan juga dia sudah membawa beberapa perlengkapan untuk galdis selama di rumah sakit.

.

.

.

Gladis dan Naura sampai di rumah sakit, para petugas medis langsung tanggap melayani.

"Siapkan ruang operasi!"  perintah dokter  bernama Haura.

Para medis langsung mempersiapkan ruang operasi secepatnya.

"Dia tidak sadarkan diri?" Tanya Bryan kepada Haura.

"Tidak sadarkan diri, air ketubannya juga sudah pecah, pendarahannya juga cukup banyak," jelas Haura.

"Kalau begitu, kamu siapkan kantung darah sesuai dengan golongan darah pasien, aku yang akan menanganinya." Bryan segera mendorong ranjang dengan cepat, agar tidak terlambat menolong pasien dan juga bayinya.

Naura yang menunggu teman baiknya, sangat cemas, dia tidak mengerti jalan pikiran Jaka, suami dari Gladis, yang tidak perduli sedikitpun dengan bayi mereka, dan menuruti perkataan dari kekasihnya.

"Jaka, Kamu memang sangat biadap, bisa-bisanya kamu tidak perduli dengan bayimu sendiri." Naura kembali merutuki Jaka.

Paras wajah Gladis bukanlah paras biasa, berkulit putih, hidung mancung, wajah tirus, tubuh bagus, untuk ukuran seorang wanita, dia sudah cukup sempurna, ditambah Gladis adalah seorang pekerja keras, bukan wanita yang hanya diam di rumah dan mengandalkan uang hasil kerja suami.

"Jika aku tidak mengikuti mu, apa yang akan terjadi kepada mu Gladis? Pria brengsek itu sangat membuatku muak, seorang buruh saja, bisa-bisanya berselingkuh, manusia yang tidak tahu diri!" Umpat Naura sangking kesalnya.

.

.

.

Gladis berada di ruang operasi, dia melahirkan secara Caesar karena memang sudah tidak sadarkan diri sejak datang dan sudah kehabisan air ketubannya.

"Dalam hitungan ke tiga, Haura, kamu angkat bayinya!" Perintah Dokter Bryan.

"Satu, dua, tiga, angkat!" Teriak Bryan.

Eaaa Eaaaa Eaaaa

Suara tangisan bayi terdengar di telinga mereka, suara khas yang membuat hati mereka semua lega.

"Kamu urus bayinya, aku akan urus ibunya!" Perintah Bryan lagi.

Bayi mungil berhidung mancung itu, dibawa oleh Dokter Haura ke ruangan bayi, untuk di bersihkan dan di masukkan ke dalam inkubator.

Setelah semua selesai, para perawat dan bidan yang menangani, membawa pasien ke ruangan observasi.

Naura yang menunggu di luar sejak tadi, menghampiri Dokter yang bertugas menangani teman baiknya.

"Dokter, bagaimana kondisi teman saya dan juga anaknya?" Tanya Naura yang masih diliputi rasa cemas.

"Kondisi mereka semua baik-baik saja, ibunya sedang di ruang observasi pasca melahirkan dan putrinya sudah ditangani oleh Dokter Haura di ruang perawatan bayi." Paparnya.

"Kapan mereka dipindahkan ke ruang perawatan?" Tanya Naura yang hatinya sudah mulai merasa lega.

"Mungkin nanti sore, ibunya bisa dipindahkan ke ruang perawatan, untuk bayinya, masih harus dua hari di dalam inkubator, karena ada sedikit air ketuban yang masuk, tapi sudah kami tangani, jadi anda bisa lega sekarang," jelas Dokter Bryan.

"Terima kasih, Dokter!" Naura benar-benar sudah lega sekarang.

Naura tersenyum bahagia sampai tak terasa air mata keluar dari sudut matanya.

.

.

.

Naura pergi keruangan bayi, dia melihat anak dari Gladis yang akan dia anggap seperti anaknya sendiri.

"Anak cantik, yang kuat, yang sehat, biar kita bisa ketemu sama Mama dan Mami, nanti panggil Tante Naura Mami ya." Tak terasa air mata menetes lagi di pipi Naura, dia terharu melihat bayi kecil berjuang sendirian di dalam kotak kaca yang diberikan penghangat.

.

.

.

Gladis sudah siuman dan sudah berada di ruang perawatan.

"Ra! gimana keadaan anakku?" tanya Gladis.

"Sudah diselamatkan, bayi yang sangat cantik, mirip sekali denganmu!" kata Naura.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Gladis begitu ingat kejadian terakhir dirumahnya.

"Aku mengikutinya, aku merasa ada yang tidak benar dari sikapmu, dan benar saja, pria brengsek itu telah mempermainkan dirimu!" kata Naura yang menjelaskan dengan hati yang masing dongkol.

Gladis kembali berlinang air mata, rasanya begitu sakit di hatinya, melihat seorang suami yang begitu dia hargai, begitu dia cintai, meski banyak di luaran sana pria yang kaya raya tertarik dengannya, tapi Gladis tetap setia tidak termakan bujuk rayu pria-pria kaya itu.

"Jangan menangis! lupakan dia, aku yakin kehidupanmu setelah ini akan semakin baik lagi." Naura menghapus air mata Gladis.

Penampakan yang begitu menguras air mata memang kejadian tadi pagi, tapi Naura akan selalu mendampingi teman baiknya itu, dia tidak akan meninggalkan Gladis apapun yang terjadi.

.

.

.

.

Keesokan harinya, bayi mungil yang begitu cantik, di bawa masuk ke dalam ruangan perawatan yang ditempati oleh Gladis.

Naura segera menyambut kedatangan bayi mungil itu dan membangunkan Gladis yang sedang tertidur.

"Lihat, cantiknya anak Mama Gladis dan Mami Naura." Naura menggendong bayi mungil itu.

Gladis melihat bayi mungil yang selama tujuh bulan dia kandung, dan kini anak itu sudah berada di dunia, anak yang akan menjadi pengganti suami yang berkhianat kepadanya, untuk menemani hari-hari Gladis.

Gladis tidak pernah membayangkan akan melahirkan tanpa seorang suami di sisinya, bahkan di saat dia tergeletak tak berdaya pun, pria itu tidak melirik sedikitpun dan tidak memiliki rasa iba sedikitpun kepada dirinya.

Gladis kembali menangis, tangisannya kali ini karena terharu, sudah bisa menjadi wanita seutuhnya, wanita yang bisa melahirkan seorang anak dengan paras yang cantik.

"Kamu ingin menggendong dia?" tanya Naura.

Gladis mengangguk, Naura pun memberikan bayi mungil itu kepada ibunya.

"Anak yang sangat cantik." Gladis mengecup kening putrinya dengan butiran air mata yang mengalir.

"Aku, akan memberimu nama, Shine." Gladis memberikan nama untuk putrinya.

"Apa aku boleh ikut memberikan nama untuknya?" tanya Naura.

"Tentu Boleh Mami Naura." Gladis sudah mulai bisa tersenyum.

"Shine Putri Jelita, bagaimana?" tanya Naura.

"Bagus." Gladis mencubit kecil pipi Shine Putri Jelita.

Dua orang Wanita yang begitu bahagia dengan kehadiran Shine, putri yang cantik dan sangat menggemaskan, yang mungkin akan menjadi pelipur lara untuk mereka berdua kedepannya.

"Kamu tidak pulang ke rumah bordir?" tanya Gladis sambil berbisik, agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

"Tenang saja! aku sudah menitipkan kepada Nick, dia pasti akan mengurus dengan baik.

.

.

.

Kondisi rumah bordir

"Hai, Nick!" Panggil Pria dengan tubuh yang kekar.

Nick langsung menghampirinya.

"Ada apa Tuan?" tanya Nick.

"Di mana Naura dan Gladis? kenapa mereka tidak terlihat selama kurang lebih tiga hari ini?" tanyanya dengan kondisi mabuk namun masih bisa mengingat dua wanita yang sedang tidak ada keberadaannya.

"Kak Naura sedang menemani, Kak Gladis yang melahirkan Dua hari lalu." Jelas Nick.

"Melahirkan? secepat ini? waaaah, berarti sebentar lagi dia akan menari di atas panggung menghibur kita semua!" teriaknya sambil menaikkan satu botol minuman dan meneguknya.

Mereka yang ikut mendengar percakapan Nick dan pria bertubuh kekar itu, ikut bersorak dan saling menuangkan minuman, tanda mereka bersuka cita dengan akan kembalinya Gladis.

.

.

Terpopuler

Comments

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘

2024-02-27

1

neng ade

neng ade

syukur alhamdulillah Gladys dan bayi nya selamat dan sehat .. selamat datang baby grip Shine Putri
Jelita .. semoga kamu jadi anak yg berbakti dan sukses ..

2023-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!