Di gerbang kampus Amar yang masih menatap kepergian Arumi masih setia bertahan karena rasa yang sedang ia rasakan.
"Jadi, ini alasan kamu yang selalu menolak dan mengabaikan ku selama ini, Arumi..." Lirih nya membatin. Amar memejamkan kedua matanya meresapi sakit di hatinya saat ini.
"Apakah dia kekasih mu?" Gumam nya tak menerima.
"Aku terlambat." Lanjut nya.
***
Arumi turun dari motor Brian, mereka berhenti di asrama TNI namun sedikit jauh dari kedai ibunya tapi terlihat ibunya sedang sibuk melayani pembeli.
"Nanti malam gak kemana-mana kan?" Saat Arumi sudah turun dan memberikan helm yang ia pakai pada Brian, ia mengulurkan tangannya meraih helm itu.
"Memang nya aku suka kemana kalau malam?" Arumi malah balik bertanya.
"Hehehe ya kamu gak pernah kemana-mana kamu kan calon istri Abang." Jawaban tidak nyambung membuat Arumi dengan kekehan nya.
"Nanti malam Abang mau ke rumah, boleh?" Ijin nya.
"Mau ngapain?" Seru Arumi.
"Mau ngapel lah, kan malam minggu." Serunya dengan senyum membuat lesung pipi itu terlihat.
"Mau ada yang di omongin juga sih." Sambungnya dengan serius.
"Mau ngomongin soal apa?" Arumi penasaran karena mood Brian begitu serius.
"Nanti malam saja ya, tunggu Abang di rumah." Ujarnya seperti sebagai sebuah perintah.
Arumi mengangguk pelan. "Jam berapa? Bukan nya acara di sini sampai malam?" Heran bagaimana kekasih nya itu bisa mengatur waktu nya nanti.
"Abang usahakan sesudah isya dan sebelum acara puncak di mulai Abang sudah ada di rumah kamu." Urai nya.
"Kalau sibuk kenapa gak lewat telepon atau lain hari saja." Ucap Arumi lembut tahu jika kekasih nya itu orang penting dan pasti harus hadir dalam acara itu.
"Kangen De sama kamu." Aku nya. "Benar kata Dilan rindu itu berat." Ujarnya dengan kekehan membuat Arumi tersenyum malu. "Abang gak kuat nahan rindu, ya setidaknya bisa ngobrol sebentar sama kamu." Sambung nya.
Arumi mengangguk.
"Ya sudah sana, bantu ibu, banyak yang beli tuh." Tunjuk Brian dengan dagu nya.
"Ya udah aku ke sana dulu." Pamit nya.
"Tunggu Abang nanti malam." Ucap Brian mengusap sayang kepala Arumi sebelum Arumi benar-benar meninggalkan nya.
Arumi menghampiri ibu nya yang tengah sibuk, sedangkan Brian masih menatap kepergian Arumi. Namun seseorang menghampiri nya.
"Jangan di pandang terus, lamar langsung nikahi." Ujar salah satu rekan nya yang seangkatan tadi tidak sengaja memperhatikan sikap Brian pada Arumi.
"Siap! Tapi belum saatnya." Sahut Brian dengan senyum semangat.
"Wow hal yang langka." Melihat Brian yang tersenyum semangat seperti itu. "Melihat seorang komandan Brian tersenyum." Ujarnya membuat Brian langsung mengatupkan mulutnya.
"Ini laporan sudah saya copy, kamu baca lalu pahami." Serah Brian memberikan berkas yang tadi di ambil dari tempat fhoto copy.
"Ok siap!"
Kembali ke Arumi
"Ada apa bu?" Tanya Arumi ketika ibu dan bibi nya berbicara saling sahut-sahutan.
"Bibi kamu kehabisan buah buat bikin jus, tapi dia bingung sendiri." Jelas ibu tanpa mengalihkan pandangannya karena ia tengah sibuk melayani pembeli.
"Iya Rum buah udah abis tapi banyak yang pesan jus nya. Sayang kalau bibi tutup, lumayan kan jarang-jarang ada acara kayak gini." Sahut bibi dengan tangan yang sedang membuat jus.
"Terus yang bikin bingung nya apa? Bibi tinggal beli buah nya kan?" Heran Arumi dengan kebingungan bibi nya itu.
"Masih banyak pembeli ini Rum." Gemas bibi nya itu. "Bibi gak bisa tinggal gitu aja."
"Oh biar aku aja yang beli buahnya, bibi catat saja buah yang mau di beli." ujar Arumi menawarkan.
"Ah serius ni?" Bibi dengan senang karena Arumi mau membantu nya.
"Iya, tapi bibi bantu ibu kalau gak ada yang beli jus." Ucap Arumi meminta bibi.
"Bibi suka bantu ibu mu tahu. Ya udah ini catatannya." Serah nya selembar kertas pada Arumi.
Arumi mengadah kan tangan kanannya. "Mana uang nya."
"Oh lupa, sebentar. Ini." Bibi memberi uang itu pada Arumi. "Pakai motor bibi aja Rum." tawar nya.
"Ok."
"Kamu yakin mau bawa motor gak pakai ojek aja?" Tanya ibu melihat ke arah anaknya itu. Arumi mengangguk seraya memegang kunci motor itu siap untuk berangkat.
"Hati-hati Harumi." Teriak ibu mendadak perasaannya tidak nyaman. "Jangan ngebut!"
"Ok." Sahut Arumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments