Lama terdiam, seakan mencerna ucapan Brian.
"Be... berapa lama?" Akhirnya pernyataan yang tadi tercekat itu pun terlontar dengan nada pelan dan sesak di dada.
Brian mematikan rokoknya sebelum menjawab pertanyaan Arumi.
"Satu tahun atau dua tahun. Bahkan mungkin bisa lebih lama lagi." Ujar Brian dengan mencoba untuk santai, walau sebenarnya hati nya begitu berat untuk mengatakan hal itu.
"Selama itu?" Lagi Arumi untuk memastikan jika dirinya akan berpisah kembali dengan sang kekasih.
"Kemungkinan De..." Ujarnya pelan. "SK nya juga belum turun, kemungkinan di tugaskan di sana, atau tetap di sini." Urai nya lagi.
"Emh ya." Arumi hanya mampu menyahut seperti itu, ia bingung harus berkata apa, dia hanya gadis beruntung yang di cintai laki-laki hebat di depannya ini. Ia tak bisa meminta agar jangan pergi padanya, kekasih tampan hitam manis berlesung pipi itu bukan milik nya seorang.
"Lalu..." Ucapan Arumi terhenti.
"Hubungan kita akan tetap kita jalani seperti biasanya, walau jarak yang terbentang jauh." Lanjut Brian mengetahui bagaimana apa yang di pikirkan Arumi.
Kata-kata itu terngiang-ngiang di pikiran Arumi saat ini. Pembicaraan serius di dalam restoran tadi siang bersama sang kekasih membuat Arumi terjaga sampai tengah malam.
Di pandang nya boneka beruang lucu pemberian Brian yang selalu menemani tidur Arumi, boneka yang selalu Arumi ajak bicara karena ia anggap boneka itu pendengar setianya.
"Kamu tahu gak? Aku bukan wanita yang memiliki hati kuat sekuat baja, bukan pula wanita yang memiliki tubuh kuat seperti wonder woman dan juga bukan wanita yang tegar setegar karang di lautan." Elus nya pada boneka beruang itu, ia anggap sekarang boneka itu adalah Brian.
"Aku hanya seorang wanita yang memiliki cinta tulus yang bisa aku berikan pada mu." Lirih nya.
"Jika memang tugas mu saat ini benar-benar terjadi, mungkin inilah jalan Tuhan untuk kita saling menjauhi." Lirih nya. "Atau memang jalan Tuhan agar kita bisa melupakan kebersamaan kita dengan cara perlahan." Lanjut nya dengan suara tercekat.
"Sakit rasanya hati ini, ketika rasa sayang sedang tumbuh mekar, namun takdir tak mengijinkan untuk bersama." Sesak di dada saat Arumi mengatakan hal itu.
Sekelebat bayangan Brian yang tadi siang ketika mengantarkan ia pulang ke rumahnya pun tiba-tiba muncul.
"Kangen main kesini." Ujar Brian seraya mengikuti langkah Arumi yang berjalan masuk ke dalam rumah nya.
"Abang sibuk terus akhir-akhir ini, mana sempat main." Celetuk Arumi, ntah itu sebuah protes Arumi pada Brian atau memang reflek asal jawab saja.
"Hehehe, ya maaf. Demi masa depan kita." Balas Brian sungguh-sungguh. Arumi terdiam meresapi kata masa depan. Masa depan seperti apa? Arumi tak berani bermimpi.
"Sepertinya ibu belum pulang." Belum melihat sosok ibunya di rumah. Mengalihkan pembicaraan mereka. Arumi lekas masuk ke dalam.
"Abang boleh kan mampir dulu?" Ijin Brian tak rela rasa nya harus kembali ke asrama dan meninggalkan kekasihnya itu.
"Gak apa-apa, istirahat aja dulu, ada ayah di dalam." Ujar Arumi yang sebenarnya masih rindu pada Brian apalagi mereka baru saja berbaikan.
Setelah masuk lalu bertegur sapa dengan ayah Arumi, Brian duduk di ruang tamu sedangkan Arumi masuk ke kamarnya untuk Dzuhur.
Setelah selesai dengan urusan di dalam kamar, Arumi keluar untuk menghampiri Brian yang masih ada di ruang tamu dengan ayah yang tadi terdengar ingin beristirahat karena sakitnya.
Saat di ruang tamu, Arumi melihat Brian yang terlelap tidur di sofa dengan begitu nyenyak. Dengan posisi terlentang dan kedua tangan terlipat di atas dadanya. Keren... Bahkan sedang tertidur pun orang tampan akan terlihat keren. Apa orang tampan dan keren jika ngiler di bibirnya akan terlihat keren juga?
Arumi berjongkok tepat di hadapan Brian yang tertidur di atas sofa itu.
"Lelah banget ya." Gumam Arumi menelisik wajah tampan kekasih nya ketika ia berani menatap saat si empunya wajah sedang terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments