bab 11 Brian dilema

"Gimana, berhasil?" Tanya teman Renata yang tadi membuat dirinya terdorong.

Renata menekuk di wajahnya dengan kesal dan duduk secara kasar. "Jutek banget." Kesal Renata menyahuti.

"Ah payah." Ledek nya.

"Jangan bilang aku payah! Dia itu cuma jaga image aja di depan cewek jilbab itu." Sarkas nya tak terima. "Mana ada cowok yang gak suka sama penampilan aku ini, jual mahal!" Masih dengan mood kesal.

"Kayaknya penampilan kamu mesti di rubah, jadi kerudungan." Ledek nya lagi, membuat Renata mendelik.

"Lihat saja nanti! Si Hitam manis berlesung pipi itu bakal ngasih nomor dia dengan cuma-cuma pada ku." Ujarnya dengan percaya diri. "Kalau gak ada cewek jilbab itu, dia gak bakalan nolak aku." Tambah nya tak terima.

Kedua temannya hanya saling pandang dan mengangkat bahu mereka melihat sikap Renata. Renata jelas menyukai laki-laki yang sudah memiliki kekasih.

***

"Boleh Abang ngerokok?" Ijin Brian pada Arumi. 

Arumi mengangguk pelan. "Boleh."

Tersenyum Brian pada Arumi, kekasih nya tak pernah melarang ini itu, namun terkadang kekasih nya itu berdumel ketika dirinya terlihat terus menerus merokok.

"Satu batang saja!" Ucap nya dengan tegas dan di angguki oleh Brian.

Brian mengepulkan asap rokok itu jauh-jauh dari hadapan Arumi, ia memang merokok tapi bukan perokok. Asal mula icip-icip karena selalu di ledek oleh anggota seangkatannya karena mereka bilang tidak keren, mungkin karena dia seorang tentara harus terlihat gagah dari segi bidang.

"Besok Abang akan melatih menembak anak anggota baru di lapang tembak." Ucap Brian dengan kepulan asap yang menguar. "Besok kita gak bisa bertemu seperti ini." Lanjut nya memberi tahu dengan wajah terlihat tak semangat.

"Memang nya para remaja itu akan di kirim kemana?" Arumi penasaran, ia memang sering melihat anggota TNI yang baru masuk itu melewati rumah nya dengan perlengkapan perang dan ransel penuh di pundaknya. Remaja, panggilan itu sering di gunakan untuk para tentara yang baru saja masuk menjadi anggota TNI. Usia sekitar dua puluh tahunan.

"Ke Papua." Jawab Brian menatap penuh pada wajah Arumi.

"Emh pantas saja aku sering lihat mereka membawa senjata dan ransel." Ujar Arumi.

Brian tersenyum, benar apa yang Arumi lihat. Mereka selalu melewati perumahan dan perkampungan untuk jalan pintas menuju hutan.

Arumi tersenyum, ia jadi mengingat ketika salah satu anggota TNI pulang dengan peralatan perangnya dengan pakaian yang sudah sangat kotor dan pulang ketika waktu sudah menunjukkan magrib, ntah latihan seperti apa yang mereka lakukan.

"Kenapa tersenyum?" Menangkap sebuah senyuman kecil di bibir Arumi.

Kembali tersenyum saat melihat ekspresi Brian yang sangat penasaran itu.

"Aku pernah lihat, salah satu remaja, pulang dari latihan, dia tengah menelpon seseorang, bahkan panggilan video, yang lain aku perhatikan terlihat lelah tapi dia malah asyik telponan bareng seorang perempuan sambil berjalan. Lucu... Mungkin karena dia rindu sama pacar nya." Urai Arumi menceritakan.

"Kamu memperhatikan laki-laki lain selain saya?!" Kesal Brian, bisa-bisanya ia mendengar cerita seperti itu. "Kamu ingat wajah anggota itu?Harus saya tegur dia?" Ntah kenapa dia jadi kesal.

"Aku kan cuma cerita saja. Jangan berlebihan, itu juga kan di luar jam tugas." Tak mengerti kenapa kekasih nya itu malah terlihat kesal.

Menarik nafas dalam-dalam. "Kemungkinan Abang juga bisa ikut di tugaskan ke sana." Ada rasa berat di hati Brian, jika dirinya di tugaskan ke sana, ia akan berjauhan kembali dengan sang kekasih.

Memang lumayan uang yang akan ia dapatkan dari tugas itu, uang akan masuk ke rekeningnya, namun hubungan nya kali ini sedang dalam pertaruhan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***