Tokk.. Tookk.. Tookk..
Terdengar pintu kamar sang mama di ketuk dari luar.
Dengan langkah pasti sang mama membuka pintu kamarnya.
"Ada apa ya bi?". tanya mama kepada bibi asisten art di rumah tersebut.
"Maaf nyonya, diluar ada tuan sedang ingin bertemu dengan nyonya. Katanya penting." jawab sang bibi.
"Bibi bilang kalau saya ada dirumah ini?" tanya mama kemudian.
"Saya sudah terlanjur bilang kalau nyonya sedang beristirahat di kamar. Memangnya salah ya nyonya kalau saya bilang nyonya ada dirumah? Maafkan ketidak tahuan saya nyonya." jawab bibi seraya menunduk.
"Tidak apa-apa bi. Baiklah saya akan segera menemuinya. Tolong siapkan kopi kesukaan tuan seperti biasanya ya bi." sahut mama.
" Baik nyonya, saya undur diri dulu." jawab bibi seraya pergi menuju dapur.
Ku perhatikan wajah mamaku yang terlihat sedikit bimbang. Ku dekati mama seraya memberikan dukungan yang terbaik untuk mama.
"Ma, coba lihat kesungguhan ayah kali ini. Kalau ayah mau mengakui kesalahan nya dan benar-benar sudah berubah tolong berilah ayah kesempatan ya ma?" kataku seraya mengusap lembut tangan mama.
"Perasaan yang tertinggal di hati mama hanyalah luka dan kecewa mendalam terhadap ayahmu Dio. Kamu tahu sendiri setiap kali mama pulang dari butik tiap bertemu ayahmu selalu saja ayahmu menyudutkan dan menyalahkan mama. Bahkan fisik mama pun tak luput dari amukan nya. Bahkan ayahmu tidak mau mendengar penjelasan mama sama sekali. Padahal foto yang diterima ayah kamu itu bukan lah foto mama. Parahnya lagi seperti yang kamu ketahui juga jika ayahmu menjadi sering membawa wanita ****** yang ia bayar keluar masuk kamar mama dan ayahmu dengan leluasanya. Sakit hati mama belum hilang Dio." jawab mama sembari menangis tersedu-sedu.
"Maaf kan Dio mama.. Dio akan mendukung keputusan yang akan mama ambil." tegas Dio.
"Ayo ma, kita temui ayah bersama-sama. Aku pun ingin melihat apa yang ingin di bicarakan ayah ke mama." Jawab Dio sembari menggandeng tangan sang mama untuk turun menemui sang ayah.
Pertama kali kami melihat wajah kusut ayahku itu membuat sedikit senyum samar di wajahku. Siapa suruh terlalu mempercayai suatu hal yang belum tentu benar adanya tanpa mencari tahu kebenaran nya terlebih dahulu.
Memiliki istri sempurna, cantik, kaya, pintar dan berpindidikan masih saja lebih memilih terbakar emosi dan melakukan kesalahan fatal. Andai saja aku tidak memiliki ayah yang bodoh seperti ayahku. Gumamku dalam hati.
Dengan langkah tergopoh-gopoh segera ayah mendekati mamaku. Namun mamaku tidak menunjukkan reaksi yang membuat ayahku semakin menunjukkan wajah kusutnya.
"Silahkan duduk mas. Ada keperluan apa datang kemari mas?" tanya mama ku
"Aku minta maaf sayang. Aku bersalah. Aku yang terlalu bodoh terbakar emosi dan cemburu buta tanpa mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya. Tolong sekali lagi beri aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita ma." jawab ayahku seraya memohon di hadapan mama.
"Aku telah memaafkan sikapmu yang melukai fisik hatiku sejak aku memutuskan keluar dari rumah kita mas. Namun untuk kembali bersama rasanya itu tidak mungkin terjadi. Besok aku akan mengurus perceraian kita melalui pengacaraku. Aku dan kamu masing-masing berhak bahagia mas. Tolong hargai keputusan aku." jawab mama
"Sayang, maksud kamu apa? Aku tidak akan setuju dengan keputusan mu itu. Sekali lagi tolong beri aku kesempatan." seru ayahku kemudian.
"Berbahagialah dengan wanita yang lain mas setelah perceraian kita mas. Aku bukan lah istri yang baik untukmu, maka dari itu kamu berhak bahagia tanpa aku dan begitu pula sebaliknya. Aku terlalu sibuk dengan butikku, begitu pula dengan dirimu. Sehingga ditiup angin kecil pun kamu sama sekali tidak mempercayai ku. Hal itu lah yang membuatku yakin dengan keputusanku kali ini. Silahkan pulang mas. Aku ingin istirahat tanpa di ganggu siapa pun." jawab sang mama sembari melangkan kaki kembali menuju kamarnya.
"Dio, tolong bantu ayah sekali ini saja nak." pinta ayah.
"Huffhh.. Bagaimana dengan urusan perjodohan yang ayah buat untukku?" sela ku.
"Ayah telah mengakhiri sepihak tentang perjodohan kalian. Ayah tidak ingin membuat kesalahan yang fatal lagi untuk anak dan istriku. Kali ini tolong bantu Ayah ya Dio?" bujuk ayah.
"Semua keputusan ada di tangan mama, Dio tidak bisa membujuk mama lagi ayah. Itu artinya ayah harus berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan mama kembali. Ayah pulanglah lebih dulu. Biarkan mama menenangkan hatinya dulu ya yah." kataku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Kacan
gak apa bik, namanya juga tidak tahu
2023-03-12
1
Mommy Lingling
iya kak defi, betul🤗
2023-01-16
1
Defi
Setuju dengan Mama Dio, hanya gesekan kecil langsung goyah malah menyakiti begitu dalam.. Untuk apa bertahan, bila kepercayaan aja tidak punya
2023-01-16
3