"Lain kali jangan terlambat lagi ya, kali ini saya buka kan berhubung tinggal class meeting saja," tutur sang satpam sekolah dengan wajah kurang bersahabat pada umumnya jika menemui siswa-siswa yang datang terlambat.
"Baik Pak, terimakasih," jawab Aninda dengan segera berlari menuju dimana kelasnya berada.
Pukkk. Bunyi suara benturan tas Aninda dengan meja.
"Kusut amat mukamu, Nin. Tumben amat datang terlambat," ucap Dio setengah berteriak menghampiri tempat duduk Aninda.
"Huhh.. Entahlah," jawab Aninda sembari mengedik kan bahunya.
"Yaelah Nin, yang semangat dong. Nanti jangan lupa semangatin aku lho yaa ... biar lomba tarik tambang kelas kita menang. Hehehe," sungut Dio yang terlihat mencairkan suasana.
"Alah, enggak usah kamu semangatin Nin. Modusin kamu terus dia. Tanpa kamu semangati juga dia menang, orang badannya gede gitu mana ada tandingannya. Kokoh tak tertandingi, sudah macam semen tiga roda," seloroh Amel yang membuat Aninda dan teman- teman yang lain nya tertawa.
"Kamu sih Mel, bisamu cuma membuatku berkecil hati. Namanya juga lagi usaha buat pdkt sama Ninda. Begini-begini muka ku juga enggak kalah cakep, IQ ku pun di atas rata-rata, juga kaya raya sejak lahir," sanggah Dio tak kalah sengit dengan menonjolkan jati diri nya.
"Sudah-sudah jangan berdebat lagi, kalian itu sahabatku semua. Oh iya, ngomong-ngomong dimana Dila? kok belum nampak sama sekali? Padahal semalam dia WhatsApp aku buat nanti ketemu di perpustakaan. Kenapa belum datang juga," tutur Aninda di selingi kedua sahabatnya memutar pandangan melihat sekeliling kelasnya.
"Entah," jawab Amel dan Dio serentak.
Dari arah pintu terdengar suara langkah seseorang masuk ke kelas dengan tergesa-gesa.
"Tuh, yang di bicarain baru nongol," kata Amel dengan menunjuk Dilla yang terlihat acak-acakan dengan peluh keringat yang bercucuran.
"Sorry gaes. Ban motorku bocor dijalan. Untung ada kating baik hati yang nolongin aku. Kalau enggak udah pasti aku bolos sekolah," jawab Dila seraya menetralkan nafas.
"Emang kating siapa yang nolongin kamu? Kita kenal enggak?" tanya Amel penasaran.
"Kayaknya kalian enggak kenal deh. Namanya Dewa. Orangnya manis, kelas XII IPS 2. Kebetulan rumah kita searah. Semoga besok ketemu lagi, biar aku bisa ngucapin terimakasih buat kak Dewa. Soalnya aku tadi lupa bilang terimakasih. Hehehe," jawab Dila dengan wajah merona.
"Kamu naksir kating itu? Kok muka mu merah merona gitu kayak malu-malu kucing. Iya gak sih Nin menurutmu?" tanya Amel sembari menoleh ke arah Aninda.
"Mungkin? Ngomong-ngomong kemarin aku juga disamperin kating namanya Dewa juga. Minta nomernya kakakku, mbak Indah. Katanya mau menjalin silaturahmi sama kakak ku, tau sendirilah mbak Indah udah nikah. Udah punya baby pula. Terus aku jawab lupa nomernya kak Indah. Takutnya dia orang mau modusin kakak ku. Eh taunya semalem yang bernama kak Dewa itu chat aku lho, enggak tau dapat nomer aku dari siapa?" tutur Aninda dengan raut wajah nampak berfikir dengan keras.
Setelah Aninda berkata demikian pun mendadak Dila segera meminta izin dengan dalih mau ke kamar mandi dengan wajah sedikit ditekuk dan sedikit menghentakkan sepatu lebih keras jelas memperlihatkan rasa jengkelnya tersebut.
Aninda, Amel, dan Dio pun saling pandang. Bertanya-tanya kenapa dengan sahabat mereka yang satu itu. Mereka berempat memang bersahabat, namun untuk soal percintaan mereka memang sedikit tertutup.
Bukan karena apa, hanya saja yang pernah berpacaran di antara mereka hanyalah Dilla saja. Dan itu pun mereka hanya sedikit di beritahu jika Dilla sedang mengalami patah hati saja.
Entahlah, apakah Dila terlihat seperti karena sedang merajuk karena cemburu mendengar penuturan Aninda tentang Dewa atau kah karena hal lain nya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Cantik Jelita
jangan sampai jadi korban friendzone
2023-03-07
1
🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸
wkwk sangat percaya diri ya kamu
2023-03-07
1
Wong kam fung
maklum habis dikucek
2023-03-07
1