CJIS 19

Selepas kepergian keempat sahabatnya, Karin akhirnya memilih tidur lagi karena pengaruh obat.

Menjelang malam barulah Rama kembali ke rumah sakit menemani Karin. Bu Maryam memilih pulang bersama Aisyah yang baru pulang bantu-bantu di rumah Rama takziyah ke lima harinya almarhumah menantu Bu Rosa Tante dari Rama.

Duo Ar masih berada di rumah Rama sampai hari ketujuh, karena mbak Uti dan Bu RT serta istri pak ustadz harus bergantian menjaga Naira yang masih kecil karena Bu Rosa juga masih dalam perawatan di rumah sakit karena kondisinya belum stabil setelah kecelakaan beberapa waktu lalu.

Rama duduk di sofa sibuk menatap layar persegi di depannya. pekerjaan di kampus dan di kantor KUA terpaksa ia bawa ke rumah sakit karena terlalu sibuk mengurusi Karin dan orang-orang yang takziyah di rumah.

Beruntung Rama memiliki tetangga yang ringan tangan dan suka membantu sesama. sehingga urusan Naira pun ia masih mempercayakan pada istri pak ustadz, Bu RT, dan tetangga lainnya yang datang kerumah setiap hari membantu membuatkan makanan untuk para tamu takziyah.

Pukul 11 malam Karin terbangun karena suara Rama membaca Alqur'an beralaskan sajadah dengan suara merdu. Niat hati hendak turun ke kamar mandi tanpa suara nyatanya gagal.

Rama menyudahi bacaan Al-Qur'an nya, dan berbalik menatap Karin yang tengah kebingungan mau turun dari brankar.

"Mau ke kamar mandi?" tanya Rama menghampiri Karin.

"Iya pak, ini kok tau tinggi sekali sih, bisa ban...." ucapnya terhenti karena Rama sudah meriah tangannya untuk turun dari brankar.

"Makasih pak" ucap Karin melepas genggaman tangan Rama berjalan sendiri ke kamar mandi.

Rama merapikan selimut dan bantal yang di gunakan Karin agar wanita itu lebih nyaman saat tidur.

"Kenapa di bersihin?" tanya Karin saat keluar dari kamar mandi

"Biar kamu nyaman kalau tidur, besok sudah bisa pulang kata dokter" jawab Rama.

Karin yang tersenyum kecil mendengar jawaban Rama. hal-hal kecil seperti ini sudah lama tidak ia rasakan lagi setelah papinya meninggal.

"Makasih pak, aku mau makan dulu, bapak sudah makan?" tanya Karin berjalan ke arah nakas.

"Sudah, kamu mau makan apa? Aku beliin di depan, siapatahu masih ada yang buka" tanya Rama.

"Nggak usah, ini masih ada sisa makanan tadi sore yang di bawa mami, masih enak kok" jawab Karin menciumi makanan yang ada di rantang.

Rama memperhatikan sikap Karin yang menyiapkan makanannya sendiri.

"Maafkan saya kalau kamu tidak nyaman dengan saya mbak" batin Rama memandangi Karin yang sibuk mengunyah tanpa peduli untuk menawarinya makan.

Rama kembali sibuk dengan layar laptop di atas sofa, mengerjakan kembali yang sempat tertunda. Biarlah Karin sibuk dengan dunianya dulu.

"Bapak nggak makan?" tanya Karin setelah selesai dengan ritual makan tengah malamnya.

"Nggak, sudah makan tadi di rumah, kamu nggak tidur lagi?" tanya Rama

"Nggak ngantuk, baru selesai makan nggak boleh langsung tidur pak, bapak ngerjain apaan sih?" tanya nya

"Kerja laporan, kenapa?"

"itu neraca pembelian kan?" tanya Karin melihat grafik di layar laptop Rama

"Iya kamu tahu ini kan?" tanya Rama

"Tahu lah anak bisnis kok nggak tahu, itu salah pak harusnya grafiknya turun bukan naik, wong itu 60% sebelahnya 75% yang harus naik yang kanan bukan yang kiri, bapak kerja di perusahaan asing Eins Corp itu ya?" tanya Karin seolah seperti anak kecil.

Rama menoleh sejenak menatap Karin dengan wajah lugunya. benar kata teman seprofesinya di kampus kalau Karin adalah mahasiswi cerdas dan berbakat. Bukan hanya otak yang encer, bahkan seni beladiri pun dia kuasai. Rama tersenyum kala mata Karin menatapnya balik.

"Kamu bisa bikin ini?" tanya Rama mencoba menarik minat Karin

"Urusan kecil, kerjaan gue di pasar ya gini, ngurusin utangnya pelanggan,"

"Ini perusahaan multinasional loh Rin, emang kamu bisa?"

"Raguin saya ya pak? Sini coba saya kerja" ucap Karin menarik laptop di depan Rama dengan sedikit kasar.

Rama sedikit terkejut melihat respon Karin yang terkesan meremehkan. Dalam beberapa menit saja Rama di buat takjub oleh kecerdasan Karin yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu beberapa menit saja.

"Ini, kamu beneran bisa Rin" ucap Rama takjub melihat hasil kerja Karin.

"Karin gitu loh pak, makanya jangan di sepele in, ya udah aku mau keluar sebentar, bapak bisa temenin nggak?" tanya Karin

"Kemana?" tanya balik Rama

"Ke supermarket depan, mau beli sesuatu, kalau masih buka" jawab Karin.

"Ayok, siap-siap dulu sana, kamu sudah sehat beneran sekarang? Tanya Rama menyentuh kening Karin.

"Iish jangan di sentuh, nggak suka, udah enakan kok, aku gini aja biar nggak kelihatan kayak pasien" ucap Karin menyambar jaket milik Rama di atas sofa.

"Kebesaran itu Rin, jangan di pakai" ucap Rama tersenyum

"Nggak kok, dah ayok" ucap Karin mendahului

Rama tersenyum penuh arti melihat sikap Karin yang sudah mulai melunak tidak seperti sebelumnya yang super jutek dan judes.

Akankah perjanjian rahasia mereka tak terwujud nantinya? Entahlah biarkan author saja yang menentukan ending-nya.

Rama berjalan di belakang Karin, meski jarak mereka tak berjauhan tapi Rama tetap berusaha menjaga jarak agar Karin merasa nyaman.

Sampai di depan gerbang, rupanya pintu utama sudah di kunci. Karin berbicara sebentar dengan satpam, dan tak lama gerbang terbuka kembali. Rama mengikuti langkah Karin di depan.

"Nggak jadi masuk ke mini market? Ini kan 24jam buka" tanya Rama melihat Karin berbelok arah ke tempat penjual martabak yang sudah nampak mulai beberes.

"Mau itu dulu, kalau masih ada" jawab Karin menunjuk penjual martabak.

Rama hanya mengangguk saja, sampai di ditempat penjual martabak rupanya hanya tersisa satu porsi saja dan Karin langsung mengambil sendiri kotak makanan dan menyimpan martabak ke dalam kotak.

Meski bagi Rama itu bukan sikap yang sopan, tapi rupanya tidak dengan penjual martabak.

"Mbak Karin ini bos saya di pasar mas, saya langganan bahan-bahan baku di tokonya mbak Karin, jadi kalau kesini ya saya biarin saja dia ngambil sesuka hati. Justru saya yang sungkan kalau mbak Karin malah di layani, orangnya kalau marah menakutkan soalnya" ucap si penjual yang menyadari sorot mata Rama.

Satu hal lagi yang membuat Rama kagum, ternyata Karin begitu di segani. Angannya teringat dengan kejadian pertama kali saat membeli tiga kotak susu dan Karin meneriaki anak-anak jalanan untuk mengejar seseibu yang mencuri barang dagangannya di pasar saat itu.

"Sudah Rin?" tanya Rama saat Karin berjalan menuju ke arahnya.

"Ayo, masuk beli minum" jawab Karin acuh mendahului langkah kaki Rama.

Rama tersenyum pada penjual martabak serta berpamitan. Meski bertubuh mungil dengan tinggi 165cm Karin tetaplah Karin yang serba lelet jika berhubungan dengan hobinya yang suka ngemil dan jajan.

Rama hanya diam saja mengikuti langkah kaki karin yang tengah memilih Snack dan jajanan yang ia sukai.

"Bapak mau ini?" tanya Karin saat melihat Rama memegang sebungkus permen yupi kesukaan anak-anak.

"Naira suka sekali permen ini, saya ambil untuk saya bawa pulang besok" jawab Rama.

"Bayi jangan di biasakan makan permen, nggak baik buat pertumbuhan gigi, mana giginya masih separuh yang tumbuh pak, mending belikan biskuit khusus bayi kayak ini" tukas Karin memperlihatkan sebungkus merk biskuit bayi.

"Oh gitu ya, berarti selama ini saya salah ngasih cemilan, okelah kamu yang pilihin mana yang baik buat Naira" balas Rama

"Tante nya bapak nggak di beliin juga? Oh ya siapa yang jaga selama beberapa d rumah sakit?" tanya Karin baru teringat kalau Tante Rama juga di rawat karena kecelakaan.

"Ada petugas, anaknya pak RT juga sesekali datang bawakan makanan, saya baru dari sana tadi sebelum ke ruangan kamu" jawab Rama.

"Bapak hidup sendirian ya selama ini?" tanya Karin basa-basi

"Iya, orang tua saya meninggal tiga tahun lalu, adik saya juga menyusul setahun setelah nya." jawab Rama

"Tapi bapak kok kelihatan santai sekali saya tanya begitu, biasanya kan orang kalau di tanyain sesuatu yang sensitif diem dulu" kata Karin

"Karena saya sudah ikhlas, bukankah semua yang hidup akan mati, seperti firman Allah swt dalam Al-Qur'an?" Seloroh Rama

"Benar juga, jadi karena bapak ikhlas makanya bapak santai saja? Gitu? Sebenarnya bapak nggak nyaman kan tapi bapak berusaha rileks" ucap Karin membuat Rama tersenyum lebar.

"Kamu pintar," ucap Rama mengusap rambut hitam Karin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!