CJIS 17

Karin sedang di UGD, Bu maryam duduk dengan gelisah di depan ruang tunggu. Dua anak laki-laki nya sudah menyusul ke rumah sakit, sedangkan menantunya Aisyah dan cucunya kerumah Rama ikut membantu ibu-ibu disana membuat makanan untuk orang tahlilan nanti malam.

Bu bidan Yuyuk yang mengantar mereka kerumah sakit sudah pamit sejak tadi karena harus ke puskemas ada pasien yang akan melahirkan.

"Apa mami nggak tahu Karin pingsan?" tanya Ardi

"Nggak sama sekali, kata Rama tadi selesai sholat subuh Karin mau bantu-bantu di dapur, Rama keluar duluan karena ada pak ustadz datang sama pelayat yang lain, mami juga sibuk di dapur buatin sarapan Naira keponakan Rama, Uti juga langsung ke pasar selesai sholat, baru jam setengah tujuh tadi Rama masuk kamar dan lihat Karin sudah tergeletak di lantai" jelas Bu Maryam sedih

Ardi menghela nafasnya berkali-kali, ingatan nya melayang pada kejadian dua tahun setengah tahun silam.

"*Bang, aku mau beli kue ulangtahun buat mbak Aisyah, semoga aja nanti aku cepat dapat keponakan" ucap Karina gadis yang baru kelas 10 SMA itu.

"Iya, hati-hati ya"

Selang dua jam tak ada kabar dari Karin yang pergi membawa motornya. Ardi gelisah karena jarak dari rumah dan toko kue tempat Karin memesan hanya berjarak sepuluh menit dari rumah mereka.

Tak lama Arkan mendapat telpon dari rumah sakit jika ada dua orang pasien korban tabrak lari dan salah satunya bernama Karina.

Arkan dan Ardi langsung pergi kerumah sakit demi melihat kebenaran berita yang ia dapat baru saja. Dan benar Karina tengah terkapar di berangkat dengan banyak alat medis tertancap di tubuhnya. Karina di nyatakan koma, sedangkan korban satu lagi meninggal dunia setelah sampai di rumah sakit*.

Karina koma selama tiga bulan lamanya, dan sebuah keajaiban Karin bisa bangun tepat di hari ulang tahunnya yang keenam belas.

"Ardi, ibu mau ke mushola dulu, kalau Arkan datang, bilang ibu ke mushola ya, kalian disini saja" ucap Bu Maryam pelan.

Ardi mengangguk setelahnya menatap pintu UGD yang belum terbuka.

Dari jauh langkah kaki pria berbadan tegap dan tinggi dengan tampilan sederhana datang dengan tergesa-gesa tanpa peduli tatapan mata tiap pengunjung rumah sakit yang menatapnya.

"Bang, Karin kenapa?" tanya Rama dengan wajah penuh peluh.

"Eh," Ardi terkejut karena tak menyadari kehadiran adik iparnya. "Masih di tangani dokter, udah selesai di makam kan?" tanya Ardi

"Udah, tadi aku dari rumah kata mbak Uti Karin di bawa kesini, Karin sakit apa bang?" tanya Rama sembari duduk di kursi samping Ardi.

"Dia koma, mungkin ada sesuatu yang bikin dia pingsan tadi" ucap Ardi membuat Rama sedikit tersentil.

"Maaf bang, tadi aku langsung keluar selesai sholat subuh, Karin katanya mau bantu ibu-ibu di dapur. Aku juga nggak terlalu merhatiin karena sibuk menyiapkan perlengkapan jenazah juga menyalami pelayat, Ku pikir Karin memang sudah di belakang, pas aku ke belakang ternyata Karin nggak ada, aku langsung ke kamar, dan dia sudah tergeletak di lantai. Mungkin Karin tadi bersih-bersih karena meja dikamar rapi sebelah." terang Rama, kedua tangannya mengusap seluruh wajahnya. ia lelah benar-benar lelah.

"Karin pernah kecelakaan dua setengah tahun lalu, saat itu dia pergi membeli kue ulang tahun untuk istriku, dia pergi membawa motor milik ku, saat ku tanya katanya ia pergi bersama seorang sahabat barunya dari pesantren dan sahabatnya sudah menunggu di toko kue" terang Ardi.

Rama teringat adiknya yang meninggal di tempat saat kecelakaan dua setengah tahun lalu, sama persis seperti cerita Ardi.

"Karin kecelakaan di mana?"

"Di depan toko kue "Pendopo cake and bakery" saat itu dia mau menyebrang jalan dan ia tidak menyadari ada mobil melaju kencang dari arah berlawanan, salah seorang pengendara yang juga saksi sudah memberi kode dengan tangan agar tidak menyeberang, mungkin saking bisingnya jalanan dan Karin baru bisa naik motor, dia tidak mengerti kode yang diberikan orang itu. Kecelakaan itu terjadi sangat cepat, teman Karin terlempar hingga lima meter dan tubuhnya menabrak tiang listrik sedangkan Karin tertindih motor dan terserempet sampai di depan pintu toko kue" terang bang ardi.

"Astaghfirullah kenapa kejadiannya sama persis dengan kecelakaan yang menimpa almarhumah adik saya bang?" tanya Rama terkejut

"Adik kamu?, kamu punya adik?" tanya Ardi

"Iya usianya sama dengan Karin, dia tinggal di pesantren dan hanya pulang saat liburan saja, saat itu adik saya pamit mau ke toko kue yang sama mas sebut tadi, aku yang anter kesana karena dia bilang mau ketemu sahabat barunya, trus aku pergi ke kantor karena waktu itu aku mahasiswa PPL di salah satu madrasah. Selang satu jam ada telpon dari rumah sakit kalau adik saya meninggal di tempat karena kecelakaan tabrak lari" cerita Rama.

"Apa Adik kamu kenal sama Karin?" tanya Ardi. Satu kesamaan yang ia dengar dari Rama soal kecelakaansaat itu.

"Wali pasien atas nama Karin" panggil salah satu suster dari pintu UGD

Rama yang hendak menjawab pertanyaan Ardi terhenti karena panggilan dari perawat.

"Saya suaminya"

"Saya kakaknya"

Jawab mereka berdua bersamaan. Perawat itu tersenyum mendengar jawaban mereka berdua.

Ardi meminta Rama untuk mengikuti perawat masuk ke UGD. Dan ia memilih mengurus semua administrasi Karin di loket.

Bu Fitri tiba di depan UGD tapi tidak mendapati kedua anaknya berada di sana. Kepanikan langsung melanda. Bu Maryam langsung menghubungi kedua anaknya. tapi sayang keduanya tidak ada yang menjawab.

Bu Maryam kesal bukan kepalang, dan langsung masuk ke dalam UGD. Ia terkejut ternyata Rama sedang duduk di sisi brangkar Karin dan berbincang dengan dokter. Helaan nafas lega langsung ia ucapkan dengan hamdalah. Kekhawatirannya tak beralasan sama sekali.

"Bu, sini" panggil Rama yang menyadari ibu mertuanya ada di dalam.

Rama dengan seksama mendengar penjelasan dokter tentang kondisi Karin.

"Apa sakit anak saya tambah parah dok?" tanya Bu Maryam

", Tidak Bu, Karin ini pasien saya dulu kan, ibu tentunya masih ingat, kondisinya baik-baik saja, memorinya tentang kecelakaan saat itu yang membuat dia seperti ini, bisa jadi ada satu hal yang terlupakan akibat kecelakaan itu. Dan mungkin ada satu hal yang membuat ia teringat dan berujung pingsan" jelas dokter.

"Solusinya apa dok?" tanya bu Maryam.

"Jangan paksakan ia mengingat sesuatu yang sudah di lupakan, biarkan itu berlangsung sendiri sampai ia benar-benar ingat semuanya. Jaga kondisi mentalnya saja" terang dokter

"Baik dok" ucap Bu Maryam dan Rama bersamaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!