CJIS 16

"Bu, Naira mungkin lapar nangis terus daritadi" ucap Rama pada ibu mertuanya di dapur

Bayi usia satu setengah tahun itu menangis terus sejak bangun. Rama berusaha menenangkannya sejak tadi tapi tak kunjung berhenti.

Bu Maryam membantu ibu-ibu di dapur memasakkan sarapan untuk penghuni rumah sedangkan mbak Uti sudah pergi sejak subuh untuk mengambil beberapa keperluan di toko untuk di bawa kerumah Rama.

Di depan sudah ada pak ustadz dan pak RT serta beberapa warga yang sudah datang sejak subuh untuk mengurus jenazah.

Sesuaikan kesepakatan dan persetujuan adik almarhumah kalau jenazah akan langsung di makam kan pagi ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi, Rama tak melihat penampakan istri kecilnya sejak selesai sholat subuh tadi. karena saking sibuknya menyalami tamu seraya menggendong Naira, Rama tak sempat masuk ke kamar untuk menemui Karin.

"Sini sama Oma ya nak, sarapan dulu" ucap Bu Maryam meraih Naira dari gendongan Rama.

"Pak Rama nikah nggak undang-undang loh" seru Bu RT yang sedang menyiapkan nasi di atas meja.

"Nanti Bu kalau sudah agak longgar baru saya resepsi, untuk saat ini masih belum sempat karena banyak yang harus di urus, oh ya Bu maaf bekal untuk saya bawa kerumah sakit sudah di siapkan?" tanya Rama sopan

"Sudah, nda usah khawatir, biar anak saya saja yang antar bekal ini ke rumah sakit sekalian jenguk Bu Rosa" jawab Bu RT

"Oh iya terimakasih banyak Bu, maaf loh saya merepotkan ibu-ibu di sini" kata Rama meminta maaf

" udah nggak papa, almarhum ibu dan bapak kamu dulu selalu membantu kami kalau ada kesusahan, Bu Rosa juga selalu baik pada kami bahkan sering bagikan jualannya ke anak-anak kalau masih ada sisa" ucap Bu RT mengusap sudut matanya yang berair.

"Terimakasih banyak Bu sudah membantu saya dan keluarga" kata Rama

"Sudah nggak papa, istri kamu mana?" tanya Bu RT memecah ingatan Rama. ya ia lupa kalau tujuannya tadi ingin menemui Karin di kamar.

"Ada di kamar Bu, saya permisi" ucap Rama berlalu meninggalkan dapur dan berjalan tergesa ke kamar.

Perasaannya tak enak seperti ada sesuatu yang terjadi dengan Karin. dengan cepat ia membuka pintu dan penampakan di depannya membuat ia histeris

"Karin astaghfirullah, kamu kenapa?" ucap Rama menepuk pipi Karin yang tengah pingsan di lantai. satu tangannya memegang sebuah foto lama.

Rama meraih foto itu dan mengangkat tubuh Karin ke atas ranjang. Foto itu ia letakkan di dalam lemari.

Ia melihat meja kerjanya sedikit rapi di satu sisi tapi disisi lain masih nampak berserak. Mungkin tadi Karin tengah merapikan lalu menemukan foto lama itu.

Rama langsung keluar dan memanggil Bu Maryam serta Bu RT, memberitahu mereka bahwa Karin tengah pingsan.

Bu Maryam yang sejak tadi malam tidak berinteraksi dengan anaknya langsung terkejut saat mendengar Rama mengatakan kalau Karin pingsan.

"Kenapa bisa begini Ram?" tanya Bu Maryam saat mereka sudah di dalam kamar.

Bu RT membawa minyak angin dan di oleskan ke hidung Karin. seseibu datang membawa segayung air.

Bu RT menyemprotkan air sedikit-sedikit dengan tangan ke wajah Karin. Tapi nihil Karin tetap tidak bangun .

"Nggak bangun-bangun, coba panggil Bu bidan mas Rama, siapa tahu hamil" usul Bu RT

Bu Maryam dan Rama saling berpandangan. Rama menelan ludah menatap ibu mertuanya.

"Panggil aja ram, biar ibu yang jaga, jenazah juga sementara di mandikan, biar Bu RT yang di luar menerima pelayat yang datang. Sebentar lagi mbak Uti kesini" ucap Bu Maryam

Rama hanya diam dan mengangguk saja lalu pergi lewat pintu samping mengambil motor nya lalu pergi ke rumah seorang bidan yang bisa di mintai tolong di kompleks rumahnya.

Semakin siang para pelayat banyak berdatangan, Bu RT dan beberapa tetangga samping kanan kiri Rama menyambut mereka.

Jenazah sedang di kafani, saat sebuah mobil mewah datang dan berhenti tepat di depan jalan rumah Rama.

Seorang pria berjas hitam memakai kacamata hitam berjalan memasuki pelataran rumah. Para pelayat yang datang terkejut melihat pria berbadan tegap itu datang membawa sebuket bunga mawar putih dan tersenyum pada pak RT.

"Ngapain kamu datang kesini mas?" suara bariton itu datang dari arah pagar rumah.

Rama menyimpan motornya di dekat gerbang setinggi dada orang dewasa itu. Matanya nyalang menatap laki-laki tegap yang tersenyum smirk membawa buket bunga.

"Pergi, kami nggak butuh kamu" kata Rama menatap nyalang pada laki-laki itu, satu telunjuknya mengarah ke pagar rumah.

"Baik, saya turut berbelasungkawa atas meninggalnya kakak ipar, dan turut berdukacita atas rasa sakit yang nyonya Rosa rasakan saat ini, saya permisi" ucap laki-laki itu menyimpan buket di dada Rama. lalu pergi meninggalkan rumah sederhana itu dengan air mata yang tak seorang pun tahu termasuk Rama saudara sepupunya.

Rama memberikan buket itu pada seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Pak RT maaf jika ada kejadian tidak mengenakan hati" ucap Rama menunduk di depan pak RT dan pak ustadz.

"Sudahlah itu urusan nanti, sebaiknya kita semua sekarang ke masjid untuk mensholati almarhumah agar segera di kuburkan." ucap pak ustadz menengahi.

"Mas Rama, saya ada wasiat yang dari almarhum orang tua, bisa nggak nanti setelah dari makam kita membahas ini bersama pak ustadz?" tanya adik kandung almarhumah.

Rama nampak berfikir sejenak lalu mengangguk.

"Kita ke masjid dulu, nanti saja setelah kita dari makam ya," ucap Rama menepuk pundak remaja bernama Aziz itu.

Rama dan Azis memikul jenazah ke masjid bersama dua orang lagi memikul dibelakang mereka. warga perlahan meninggalkan rumah Rama dan berbondong-bondong ke masjid untuk mensholati almarhumah.

Tinggal beberapa ibu-ibu yang berada di rumah menjaga Naira dan Karin yang masih belum bangun.

Tak lama seorang bidan datang dengan membaw peralatan medis. Bidan yang biasa di panggil Bu Yuyuk itu tersenyum menyalami Bu RT dan Bu Maryam juga beberapa ibu-ibu yang memilih tinggal di rumah Rama.

"Yang sakit istrinya Rama?" tanya Bu Yuyuk pada Bu RT.

"Iya Bu, pingsan mungkin dari subuh, wong sudah siangan baru di tahu sama Rama" jawab Bu RT.

"Oh, ibu ini mertuanya Rama?" tanya Bu bidan pada Bu Maryam

"Iya Bu, saya mertuanya Rama" jawab Bu Maryam

"Saya bidan Yuyuk, mohon izin ya Bu saya periksa dulu pasien" ucap Bu bidan

"silahkan Bu" kata Bu Maryam mempersilakan.

Setelah beberapa saat memeriksa Bu bidan Yuyuk terdiam dengan nafas tertahan lalu ia hembusan perlahan.

"Maaf Bu, apa pasien pernah punya trauma, atau suatu hal yang membuat dia merasa tidak nyaman, atau pernah menjalani operasi sebelumnya?" tanya Bu bidan pada Bu Maryam.

"Maaf Bu, baru kali ini anak saya pingsan sampai seperti itu, semenjak terakhir kali dia koma dua setengah tahun lalu" Kata Bu Fitri.

"Menurut diagnosis saya, pasien ini tidak hamil juga tidak mengalami gangguan lambung dan demam tinggi, coba ibu bawa ke rumah sakit untuk bisa di ketahui dengan jelas penyebab pasien pingsan, saya hanya mendiagnosis kalau ada sesuatu yang membuat ia teringat sesuatu tapi sulit untuk diingat dengan jelas dan itu menganggu kerja otaknya" jelas Bu bidan.

"Bawa aja ke rumah sakit mi" bisik mbak Uti di dekat Bu Maryam.

"Terimakasih Bu bidan, kalau begitu saya bawa kerumah sakit sekarang, tapi kondisi kendaraan kami, tidak ada yang menyetir bagaimana?" ucap Bu Maryam membuat seisi kamar ikut tersenyum lucu.

"Saya yang bawa mobil ibu, kalau di izinkan" ucap Bu bidan menawarkan diri.

"Ooh terimakasih banyak Bu, kalau begitu ibu RT bisa ikut saya ke rumah sakit, sekalian saya juga mau jenguk Bu Rosa, Naira biar disini sama anak saya yang sulung, kan ada ibu-ibu yang lain yang berjaga di sini" ucap Bu Maryam pada bu RT.

"Iya Bu dengan senang hati, mbak Uti minta tolong ya jaga Naira, nanti ada istri pak ustadz kalau datang dari luar kota, bilang aja apa yang terjadi di rumah ini ya" ucap Bu RT.

"Baik Bu"ucap mbak Uti.

"Ibu-ibu tolong ya, yang amanah, pemilik rumah ini yatim piatu, almarhum kedua orang tua dan adiknya orang yang sering bantu kita disini, sudah sepatutnya kita membalas kebaikan mereka meskipun tidak di minta" ucap Bu RT memberi amanah pada warga kompleks.

"Baik Bu" jawab mereka kompak

Bu Maryam dan Bu RT menggendong Karin dan masuk ke dalam mobil, sedangkan bidan Yuyuk bersiap di depan setir.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju ke rumah sakit.

Rama tak tahu jika sang istri di bawa kerumah sakit, dan foto yang sempat ia ambil dari genggaman Karin tadi masih menjadi momok untuk istrinya tanpa ia sadari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!