"Mi yang bener aja, kenapa aku harus nikah sama dia?" tanya gue di kamar.
"Nggak ada salahnya kita bantuin dia, dia juga sedang tertekan masalah dengan almarhum sepupunya yang pernah menggelapkan uang perusahaan, di satu sisi orang tua yang nuduh kalian juga mantan preman meskipun sudah pensiun di usia tuanya dia masih juga ngincar orang buat di manfaatkan supaya dia bisa makan"
"Tapi kan nggak harus nikahin aku mi" elak gue tetep nggak terima.
"Ini demi kebaikan kalian, katanya dia tadi Meluk kamu saking takut kalau kamu ngamuk nggak karuan, dia juga merasa bersalah dan merasa harus bertanggung jawab atas ketidaknyamanan kamu" jelas mami
"Ya tapi kan nggak harus dengan cara nikah mamiiii, aku nggak mau, kenapa nggak mbak Uti saja yang di nikahin?" ucap gue kesel.
"Mbak Uti mau di lamar anaknya om Tito bulan depan, angel wes bocah iki" gerutu mami kesal.
"Tetap nggak mau" ucap gue nangis kejer. Pura-pura deh kikikikik
"Terserah, yang penting malam ini kalian nikah, besok kamu lihat aja di kantor KUA apa yang bakalan terjadi, beruntung calon suami kamu itu juga magang disana" ucap mami yang bikin gue akhirnya berhenti pura-pura nangis. Hahaha
Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itu pepatah yang cocok untuk gue hari ini. Pulang dari pasar kehujanan, mau pulang hujannya makin deras, di tuduh yang aneh-aneh sama orang tua stres, mana sampai rumah harus nikah secara paksa. belum lagi suhu badan gue sudah berubah, akhirnya malam ini gue lebih milih tidur aja daripada mikirin si bapak muda itu ngucapin ijab qobul.
***
Pagi ini gue bangun dengan rasa kesal berlipat-lipat ganda. Gimana nggak kesel ada si bapak muda itu tidur nyenyak di sofa kamar gue.
Mana kondisi badan gue panas tinggi, menggigil gara-gara semalam kehujanan. gue bahkan nggak tahu kapan proses ijab qobul itu berlangsung tadi malam. Karena kondisi tubuh gue yang nggak bersahabat jadi gue milih tidur aja.
Saat waktunya sarapan, si bapak itu ternyata milih keluar dari kamar tanpa sepatah katapun. Hanya tersenyum doang liat gue sembunyi di balik selimut.
Mami datang bawain makanan buat gue sarapan.
"Mi kenapa bapak itu tidur di kamar aku?" tanya gue cemberut.
"Ya kamu kan istrinya sekarang" jawab mami santai
"Mi, apa suara Karin ini nggak berguna? Apa begini cara Karin harus bakti sama orang tua meskipun Karin nggak pernah setuju?" cecar gue makin terisak
"Rin, mami dan mbak juga mas mu salah, kami minta maaf, tapi kami juga nggak bisa berbuat apa-apa, kamu tahu nak? Semalam ada yang buntutin kalian sampai pulang kerumah, makanya suami kamu nekat nikahin kamu, kalau aja nggak ada bang Arka yang peka dengan keadaan, bisa-bisa rumah kita habis di rampok orang"terang mami
"Maksudnya mami apa sih? Aku nggak ngerti sama sekali, urusan rampok lah ini itulah" ucap gue sambil nangis
"Rin, dengerin mbak" ucap mbak Uti yang tiba-tiba udah nongol aja di dalam kamar.
"Kenapa lagi? Mau jelasin soal rampok? tapi gue yang di tumbalin?" tanya gue sarkas.
"Rin" ucap mbak Uti pelan tapi nadanya tegas banget.
"Iya gue denger" ucap gue sambil balik badan. Gue denger mami tarik nafas dalam-dalam.
"Rin, orang tua yang nuduh kalian semalam itu mantan preman dulunya, dan semalam bisa jadi kamu di incar tapi beruntung ada Rama juga berhenti di situ buat berteduh pulang dari kerja, nah di tuduh lah kalian. bisa jadi waktu pulang ada yang buntutin, tadi subuh pak Dul tetangga depan rumah kesini cerita kalau semalam ada yang mau bobol rumah kita, pak Dul langsung telpon om kamu di Kapolres buat laporan, bang Arka juga di telpon sekitar jam dua malam. Bang Arka lihat komplotan perampok itu juga nyoba naik pagar" jelas mbak Uti.
"Trus bapak itu ijab qobul jam berapa?" tanya gue
"Jam sepuluh lewat lima belas menit tadi malam, badan kamu panas tinggi makanya mami minta ijab qobul di laksanakan di kamar ini, kalian nikah masih secara agama" Jawab mami bikin mata gue langsung membulat.
"Nggak usah kaget gitu, kondisi kamu sakit, dan sekarang suami kamu ngurus administrasi ke KUA kebetulan dia juga magang di sana, Rama akan mengulang akad di KUA kalau kondisi kamu udah baikan, dan soal orang tua itu sebenarnya Rama dulu juga pernah jadi korban jarahan Rin, makanya dia merasa harus menolong kamu dan maksa kamu pulang sebelum semua terlambat, justru Rama pernah dapat siksaan dari anak buah preman itu" tambah mbak Uti.
"Hah? Nggak masuk akaaaaaaaaaal.... Urusannya sama nikahin gue itu apa mami.....????" tanya gue histeris
"Preman tua itu buat laporan dodol kalau ada sepasang anak muda yang berbuat Onar di wilayah nya, laporan nya udah masuk di polisi, kamu pikir Rama mau juga nikahin kamu kalau bukan karena kondisi dia juga terjepit? kalau sampai kalian di penjarain preman gila itu pupus sudah nasib kalian, mana Rama juga harus ngurusin keluarga Tante nya" jawab mbak Uti.
"Si preman itu siapa sih? Tunggu aja gue waras, bakalan habis di tangan gue, tapi nggak gini juga caranya mami huaaaa huaaaa" ucap gue nangis beneran.
"Sudahlah lagian Rama juga udah janji ke mbak nggak bakalan berbuat apapun ke kamu, Rama itu hidup sebatang kara cuma tinggal di rumah peninggalan orang tua nya, dan sekarang harus ngurusin Tante serta menantu dan cucunya dirumah" ucap mbak Uti
"Mbak itu kenal baik dengan keluarga Rama Rin, sampai Ramon meninggal karena kecelakaan tunggal dan nggak selamat juga mbak tahu, soal Rama juga udah lama mbak kenal dia meksipun kami nggak pernah saling sapa. Rin, warga di wilayah tempat tinggal preman tua itu juga resah dengan perbuatannya yang selalu mengganggu ketenteraman umum, bahkan selalu ada laporan masuk laporan menggunakan nama warga di kantor polisi. Dan warga juga di tekan dan takut dengan preman tua itu" lanjut mbak Uti.
"Udah nggak usah panjang lebar mbak, terimakasih laporan nya gue mau tidur lagi" ucap gue sengaja mengusir mereka.
Mami dan mbak Uti melipir pergi setelah gue masuk ke dalam selimut tebal. Gue cuma mau nangis atas nasib buruk gue. Cuma itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
juliya
😊😊😊😁
2023-02-12
0