"Bu ini belanjaan nya mau di simpan dimana?" tanya gue begitu sampai di depan rumah ibu yang di tabrak tadi. dua motor di belakang gue bawa belanjaan ibu itu yang lumayan banyak.
"Taruh saja di teras ya, ayo singgah dulu minum kalian pasti haus" ucap ibu itu. dua motor di belakang gue menolak dengan halus karena harus cepat ke kampus, mereka udah terlambat hampir setengah jam perkuliahan.
"Mbak nya singgah dulu ya" ucapnya memohon
"Hem gimana ya Bu, saya di tungguin ibu saya mau kontrol ke dokter" tolak gue halus
Sedetik kemudian wajah ibu itu terlihat lesu, terlihat sekali beliau ingin membalas budi atas pertolongan kami. gue tarik nafas dalam-dalam.
"Ya udah Bu tapi saya nggak bisa lama, saya mau antar ibu saya ke dokter" ucap gue akhirnya karena merasa kasihan.
Akhirnya gue simpan motor di halaman rumahnya yang masih luas. rumah sederhana semi permanen, atap masih dari genteng tanah liat, tapi bersih. kelihatan banget orangnya pembersih.
Gue duduk di kursi teras sedangkan ibu itu langsung masuk ke dalam rumah. sayup-sayup gue denger suara bayi menangis di belakang rumah. karena penasaran gue langsung melipir lewat samping rumah.
"Badannya tambah panas Bu, tadi sudah saya kasih obat, gimana kalau di bawa kerumah sakit saja?" tanya seorang wanita berpakaian daster
"Tapi kita nggak punya uang Yun, gajinya Rama sudah habis pakai bayar kontrakan sama listrik sama buat modal di kantin sekolah" ucap ibu itu dengan nada lesu.
"Ibu tadi belanja masih ada sisa nggak?"tanya wanita berdaster
"Ada sisa lima puluh ribu buat kita makan sebulan, ibu pakai beli beras" ucap ibu itu
"Ya udah nanti aku tanya Rama lagi, siapatahu dia bisa pinjam uang di temennya di kampus"
"Seandainya Ramon tidak melakukan tindakan melanggar hukum, tidak mungkin kita kena karma begini Yu, sekarang justru keponakan yang dulu ibu anggap sebelah mata justru yang nolongin kita meskipun hidupnya sendiri susah" ucap ibu itu sedih lalu terisak.
"Sudahlah Bu, ini karma yang harus kita terima karena aku juga yang dulu nyuruh mas Ramon melakukan itu, karena ambisi ku mau hidup enak tanpa susah kerja" ucap wanita berdaster itu
"Gaji Rama cuma sejuta lebih tiga ratus, pakai bayar kontrakan lima ratus, pakai modal ibu jualan 200, sisanya buat kita makan, belum lagi beli susu dan popok untuk Zee, hidup Rama juga semakin susah karena kita Yu, ibu malu karena dulu selalu ngeremehin Rama hanya karena dia hidup serba kekurangan tanpa orang tua" ucap ibu itu semakin terisak.
Hem gue jadi di lupain kan, kalau gini bisa-bisa terlambat gue anterin mami ke dokter. ya udah deh gue pulang aja tanpa permisi. mau pamit nggak enak suasananya nggak mendukung.
Gue balik badan dan lanjut jalan ke arah halaman depan rumah. kasian mami kalau nunggu gue kelamaan.
Eh baru aja mau masukin kunci motor suara bapak tua itu lagi yang gue denger, kenapa sih selalu di hantuin orang tua itu terus? kalau kata penyanyi kondang "Gethiiiing aku".
"Mbak ngapain kerumah saya?" suara itu lagi.
Gue boleh ke belakang....lah dalah... ini hantu beneran apa manusia? kenapa selalu ada orang itu sih? nyebelin.
"Oh ini rumah bapak?" tanya gue sok cuek sambil nyetater motor dan balik arah mau pulang.
"Mbak nyari saya?" tanyanya kepedean.
hellooooo anybody can help me? gue nyari Lo pak tua?? oh big no. emang Lo siapa? hah?. batin gue kesel
"Saya tadi nolongin ibu-ibu yang di tabrak sama pengendara nggak bertanggung jawab trus saya anterin pulang kesini, understand? permisi saya mau pulang." ucap gue ketus sambil nyetir ngelewatin dia yang cuma mesem-mesem aneh.
Motor gue melaju membelah jalanan yang udah mulai padat, udah terlambat lebih dari satu setengah jam. harus nya gue sekarang udah standby di rumah sakit sama mami.
Sampai di rumah ternyata pintu di kunci rapat. gue keliling rumah dan nggak ada satupun jalan masuk. mami udah pergi.
"Mami siapa yang anter ke rumah sakit mbak?" tanya gue di telepon.
"Alhamdulillah okelah, tadi ada kecelakaan di tengah jalan, gue anterin korban pulang kerumahnya"
"Oke gue kesitu sekarang".
***
"Mi maaf ya aku tadi telat sampai rumah, ada kecelakaan di tengah jalan aku sama temen-temen bantu nolongin antar pulang kerumahnya" ucap gue malam ini setelah makan malam
"Iya nggak papa, justru mami yang minta maaf karena ngerepotin kamu, padahal kamu harus kuliah, untung aja tadi Abang mu datang lebih cepat" ucap mami mengelus pucuk kepalaku.
"Rin, besok bisa anter mbak mu ke pasar? mas mau ke toko ibu buat ngecek pesenan" tanya bang Arka tiba-tiba nongol di belakang gue.
"Mau beli apa emangnya? mbak Sinta kan nggak bisa masak, bisanya cuma dandan doang" ucap gue sarkas.
"Rin," tegur mami ngusap pundak gue.
"Ck, mami selalunya gitu, bang kalau nyari istri itu kudu yang pinter urus anak, urus suami, urus rumah, jangan tau nya dandan doang" ucap gue kesal.
Mbak ipar gue satu itu emang nggak bisa ngapa-ngapain soal urus rumah bahkan anaknya aja yang ngurusin semua bang Arka. maklumlah anak orang kaya terbiasa di layani. tapi kalau pas dateng kerumah mana sok-sokan kerja rumah ujung-ujungnya di belakang cerita jelek. katanya di suruh-suruh lah sama mami. di gertak sama gue.
Tunggu aja tanggal mainnya gue buka aib Lo yang selama ini Lo tutupin dari Abang gue juga keluarga Lo sendiri. dasar penjilat.
Brak
Gue sengaja nutup pintu kamar keras-keras biar bang Arka sama istrinya tahu kalau gue nggak sreg ada mereka disini.
****
"Rin, obat mami habis, bisa kamu tebuskan di apotek nanti?" tanya mami pagi ini
"Bukannya kemarin dapat jatah obat baru dari dokter?" tanya gue heran
"Udah cuma satu obat suruh Nebus sendiri di apotek, karena di rumah masih ada dua kapsul mami bilang kemarin" Jawab mami
"Ya udahlah, mana resepnya?"
"Ini"
Untung aja hari ini cuma dua mata kuliah sampai jam sebelas. jadi masih bisa bantu mbak Uti di pasar. soal kakak ipar aleman gue tadi pagi nggak jadi ke pasar alasannya nggak enak badan, padahal gue tahu dia nggak mau masuk ke pasar. dasar. tunggu tanggal mainnya.
pulang dari kampus gue singgah ke apotek buat Nebus obat tapi nggak sengaja ketemu ibu-ibu yang pernah gue tolongin kemarin.
"Ibu siapa yang sakit?" tanya gue
"Cucu saya mbak, maaf ya mbak saya kemarin malah lupa kalau ada mbak nunggu di teras. soalnya lagi bingung cucu saya sakit, mantu saya juga nggak bisa ngapa-ngapain dia lumpuh" jawabnya panjang lebar. gue cuma bisa ber_oh aja
"Mbak, katanya ponakan saya mbak ini temannya di kampus ya?" tanya nya
"Ponakan siapa Bu? saya nggak kenal"
"Si Rama, katanya kemarin ketemu mbak di depan rumah saya"
"Nggak tuh Bu, salah orang kali"
"Oh, bisa jadi ya"
"Ya udah Bu saya permisi"
"I...iya mbak"
Gue langsung pergi setelah membayar obat mami. gue tau ibu tadi mandangin gue sampai motor gue menjauh. egp.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
juliya
penyesalan pasti datang di akhir
2023-02-12
0