Mami udah pulang dari rumah sakit kemarin, beruntung cuma luka kecil di kaki meski sempat terkilir, tapi sembuh setelah di urut.
Mbak Uti kembali sibuk dengan tokonya setelah tiga hari nggak jualan karena jagain mami. duo Ar Abang gue udah pamit pulang ke kampung halaman masing-masing setelah mami bisa pulang.
Dan hari ini gue dapat giliran jagain mami di rumah setelah pulang dari kampus, jadi nggak bisa kemana-mana deh. telfonan sama Nurul juga percuma karena di desanya susah signal.
Bete gue, mau ke pasar bantu mbak Uti juga di larang, toko kue mami juga terpaksa di liburkan dan nggak terima orderan.
Ada sih pelanggan mami yang tetap ngeyel di buatin, meksipun gue bisa aja bikin kue tapi ogah kalau hati gue lagi nggak ngepas gini bawaannya.
Mau tau yang bikin gue eneg pulang kuliah?
Gue ketemu bapak itu lagi dan ternyata dia dosen di kampus gue, di jurusan gue juga, bisnis development.
Yang bikin gue lebih eneg ternyata dia nungguin gue sampai pulang kuliah jam terakhir. buat apa coba? makin Gedeg gue bawaannya.
"Rin, mami mau ke kamar mandi, bisa tolong ambilkan handuk di jemuran?" tanya mami dari dalam kamar.
gue langsung melipir keluar dan ngambil handuk buat mami.
"Mau di tuntun mi? mami mau makan apa? aku masakin" tanya gue begitu sampai di dalam kamar.
"Buatin minuman jahe aja kayak biasanya, tenggorokan mami gatel, panas juga" ucap mami
"Oke"
"Rin, kamu nggak ketemu mas itu lagi yang pernah nolongin mami?" tanya mami saat gue tuntun ke kamar mandi
"Nggak" ucap gue berbohong padahal mah males aja bahas bapak tua itu lagi.
"Oh kalau kamu ketemu bilangin ya mami terimakasih banget sudah di tolongin, katanya mbak mu dia adiknya temen mbak mu kuliah" cerita mami.
"Nggak tahu mi, aku juga nggak kenal"
"Kamu itu daritadi bilang nya cuma nggak tahu" cibir mami padaku.
"Udah sampai,nanti kalau selesai panggil aja aku ke dapur mi" ucap gue. mami cuma melengos aja langsung nutup kamar mandi.
Gue sibuk ngambil jahe di belakang rumah mumpung mami masih mandi, sekalian daun-daun ijo tanaman mami di kebun mini nya. bisa gue olah buat makan malam kayaknya ini. tumis kangkung sama teri, ada tempe di kulkas, ikan gurame juga masih ada. ah capcuss nafsu eneg gue akhirnya hilang.
"Rin, Karin, udah" teriak mami di kamar mandi.
"Iya bentar".
Baru aja gue melangkah ke rumah ada suara panggilan dari rumah sebelah. menyebalkan. pasti cuma mau minta sayuran di kebun mami lagi. kalau minta nya sedikit mah sesuai kebutuhan nggak apa-apa, lah ini ngerampok. semuanya di panen tanpa di sisain buat yang punya.
"Mami tunggu bentar ya" bisik gue sampai di depan kamar mandi
"Rin biarin lah, itung-itung kita sedekah" ucap mami yang tahu maksud gue.
"Keenakan mi, sesekali di tegasin, wong dia minta buat dia jual kembali, nggak penghinaan namanya itu" ucap gue melipir ke luar rumah.
Nah bener kan baru aja gue batin dalam hati. orangnya udah langsung main potong kangkung budidaya mami.
"Bu Ester, apa kabar?" sapa gue sok baik
"Kabar baik mbak Karin, wah makin cantikan aja nih" ucapnya sok kemayu di depan gue. padahal mah punya maksud terselubung.
"Mau masak apa Bu Ester?"
"Oh eh ini anak saya minta di buatin tumis kangkung sama ikan asin, makanya saya minta sedikit kangkung nya buat di masak, boleh kan mbak Karin?" tanyanya sok pasang muka polos. ciiih jijik gue.
"Maaf Bu, saya udah panen, kebetulan saya kuliah di jurusan bisnis, nah ini ada rencana esok dosen saya mau kunjungan kesini buat lihat hasil tanaman mami yang biasa di jualin ke pasar tradisional" ucap gue, muka Bu Ester langsung berubah aneh hahaha.
"O..oh gitu, em boleh nambah dikit nggak mbak Karin?" tanyanya menawar. dasar muka tembok. Lo selalu manen hasil tanaman mami gue kalau rumah lagi kosong. bajingan.
"Pinjam gunting nya Bu" ucap gue nyodorin tangan ke depan muka jelek ya.
"Nih mbak Karin" ucap nya nyerahin gunting.
langsung tuh gue gunting pucuk daun kangkung nya dan kasih ke dia.
"Nih Bu segini aja cukup ya, itu kan di ember masih banyak, nggak mungkin nggak cukup buat satu anak aja yang minta, kecuali kalau ibu mau jual ke pasar, mungkin" ucap gue to the points. muka Bu Ester langsung merah padam. lalu berubah lagi.
"Ya udah makasih mbak Karin, ini udah cukup kok" ucap Bu Ester sambil berbelok jalan mau kerumahnya.
"eh Bu tunggu" ucap gue sengaja.
"Iya mbak Karin ada apa?" tanyanya sok lembut.
"Gini deh, karena ibu udah ambil banyak gimana kita bagi dua, besok kalau dosen saya datang tinggal bawa pulang aja, jadi nggak repot gunting sana sini" ucap gue langsung nyerobot embernya dan ngambil separuh kangkung yang udah dia gunting tadi bahkan gue ambil lagi sampai tersisa satu genggam aja.
Matanya melotot dan pingin ngomel tapi gue balas dengan ucapan sarkas.
"Bu kalau mau menjual jangan hasil jarahan di tetangga ya, nyari duit itu susah. kalau nggak bisa ngehargain jerih payahnya tetangga, mending ibu ngutang modal dulu kek, jangan asal minta tapi ngerampok" ucap gue setengah berbisik. Bu Ester langsung menunduk dan menahan malu.
tanpa sepatah katapun dia langsung pergi dan lewat gerbang samping rumah yang emang kadang nggak mami kunci.
Kasihan sih sebenarnya, tapi kalau di biarin terus, kasihan sama masa depan anak-anak nya. mana suaminya nggak kerja, cuma minta duit Mulu buat judi. kasihan sih. tapi mau gimana lagi kalau gue nggak tegas dia bakalan jadi perampok bukan cuma di rumah gue tapi di rumah tetangga lain.
Mami natap gue dengan pandangan aneh begitu gue sampai di dalam rumah.
"kenapa mi? ceper banget ganti bajunya" tanya gue
"Kamu apain Bu Ester Rin? mami udah bilang kan, biarin aja, kasihan anak-anaknya, mana suaminya kerjanya cuma judi" ucap mami marah.
"Mih, mending mami diem aja, lihat apa yang bakalan Karin lakuin, tenang aja, Karin nggak sejahat itu kok, oke" ucap gue tersenyum penuh arti.
"terserah lah, mana wedang jahe nya mami?"
"Belum jadi. airnya belum mendidih"
Malam hari setelah sholat Maghrib gue sengaja keluar rumah lewat gerbang samping, sambil nentengin rantang berisi makanan hasil masakan gue. gue sengaja masak semua kangkung yang di gunting Bu Ester tadi buat gue kasih ke dia lagi.
Baru aja sampai di belakang rumahnya gue denger suara dentuman keras berasal dari dalam rumah Bu Ester.
Suara Cika nangis, anak Bu Ester yang paling kecil baru seumuran keponakan gue. dua tahunan lah.
Gue intip dari celah tembok yang lubang, astaghfirullah dasar laki-laki bejat. anaknya berdarah di kepala, mana istri di tendang. dua anaknya yang lain berusaha melindungi ibu dan adiknya. nggak bisa di biarin.
brak.
gue yang jago silat langsung nabrak pintu dapur Bu Ester. soal rantang gue lupa, urusan nanti toh ada di bawah pohon mangga.
Bugh.
bugh
Bugh
bugh
.
"Bajingan, nggak guna Lo jadi laki" teriak gue di depan suami Bu Ester yang udah kepalang tanggung terkapar di lantai akibat Bogeman gue di muka dan bagian perutnya.
Bu Ester dan anak-anaknya langsung melipir pindah, ketiga anaknya nangis kejer.
"Bu ke belakang di bawah pohon mangga ada rantang buat ibu sama anak-anak makan malam. urusan bajingan tengik ini biar urusan saya sama polisi." ucap gue ke Bu Ester yang nangis sesenggukan.
Untung aja gue bawa henpon, langsung cus gue telpon kakak sepupu gue yang Kapolres di kota ini.
Tak butuh waktu lama cukup setengah jam rombongan polisi datang dan langsung bawa suami Bu Ester ke kantor polisi buat di mintai keterangan. dan gue jadi saksi. nggak apa-apa ini udah kesekian kalinya buat gue jadi saksi di kantor polisi.hihihi.
Gue ke belakang buat lihat Bu Ester sama anak-anak nya. ternyata mereka duduk ketakutan di bawah pohon mangga dekat kamar mandi bersama seorang polisi wanita yang merayu mereka untuk di bawa ke tempat yang aman.
"Mbak Karin, aku takut, gimana sama anak-anak ku?" ucapnya terisak. ternyata mami sudah ada disini sama mbak Uti.
"Udah Bu ikut aja sama Bu polwan kalau ibu tetap disini nanti nggak aman, ibu tahu kan kalau mertua ibu juga sama bejatnya dengan anaknya" ucap mbak Uti.
"Tapi janji ya Bu jangan ada yang tahu saya dimana, saya aman kan sama ibu polwan ini hiks hiks hiks" ucapnya terisak.
"Ibu ikut kami, insha Allah aman, tidak akan ada lagi yang mengganggu ibu, disana ibu juga bisa belajar mandiri untuk membuat usaha, nanti ibu di bimbing, ibu ini tadi udah cerita sama kami bagaimana kehidupan ibu selama ini." ucap Bu polwan menunjuk mami.
"Terimakasih mbak Karin, terimakasih Bu Arka, terimakasih, tapi saya tetap takut Bu, kalau anak saya nanti di culik" ucap Bu Ester memeluk erat ketiga anaknya.
"udah nggak papa, ibu aman, percaya sama kami" ucap Bu polwan
"Suami Bu Ester udah di bawa ke kantor, bisa jadi hukuman penjara sumur hidup, kalau buat mertua ibu juga sementara dalam pencarian karena nyuri perhiasan di toko emas koh Ahong, ibu pasti nggak tahu kan?" tanya gue. Bu Ester langsung geleng kepala
"Ibu tolong kerjasama nya, mari ikut dengan kami, ibu aman, insha Allah kita bantu ibu buat bangkit kembali" ucap Bu polwan merayu.
huh setelah sekian banyak drama, Bu Ester akhirnya luluh juga ikut Bu polwan ke tempat yang aman.
Huh ternyata selama ini kehidupan Bu Ester lebih buruk di banding gue yang kehilangan bapak saat usia baru enam belas tahun. beruntung papi gue orangnya sabar dan pekerja keras. pantas aja ibu ogah di suruh nikah lagi, meskipun dari segi fisik mami masih kelihatan muda. hahaha. cinta sejati beneran orang tua gue.
Kami pulang kerumah setelah para polisi tadi pergi bersama Bu Ester dan ketiga anaknya. rantang yang tadi tenyata masih utuh. mereka belum sempat makan karena saking takut nya.
"Mi sebanyak ini buat apa? kita kasih ke anak-anak ngaji aja ya?" tanya gue ke mami.
"Iya, kesana aja gih, mereka juga belum pulang kayaknya" ucap mami nyuruh gue ke mushola Abah Rohmat deket rumah jarak enam rumah deh dari rumah gue.
****
Hari ini kuliah pagi, imbas dari kejadian semalam di rumah tetangga, gue jadi nggak bisa tidur gara-gara kepikiran tiga anaknya Bu Ester yang masih kecil-kecil.
pulang kuliah gue langsung cus kerumah buat nganterin mami ke dokter sesuai jadwal. hari ini waktu mami kontrol kondisi kakinya yang sempat terkilir dan keseleo.
"Rin jangan telat pulangnya ya, nanti Abang Arkan kesini soalnya mami belum belanja" teriak mami di dapur.
"Oke".
Begitulah mami tiap kali ada anak sama menantunya datang pasti mau masak banyak buat nyambut mereka. gue kapan ya? hihihi.
Untung jalanan pagi ini nggak terlalu macet, jadi gue bisa nyampe kampus on time. meski cuma satu mata kuliah dengan rentan waktu 1 setengah jam udah bikin otak gue muter-muter nggak karuan gara-gara mikirin angka-angka algoritma yang bikin puyeng.
Gue cus langsung pulang kerumah tapi di tengah jalan lihat ibu-ibu di tabrak sama pengendara nggak bertanggung jawab.
Eh ternyata yang gue tolongin ibu-ibu yang dulu pernah gue tabrak di pasar gara-gara kucing sialan. malah gue di plengosin. anjay nggak tuh kalau gue ingat. udah beberapa bulan berlalu.
"Ibu saya antar pulang ya, ini belanjaan nya biar di bawa motor temen saya" ucap gue, ibu itu natap gue agak lama eh trus senyumin gue.
"Ibu kenapa?" tanya gue.
"Maafkan saya ya pernah bersikap tidak baik sama kamu, saya ingat kamu yang pernah nabrak saya nggak sengaja waktu itu" ucap nya.
"Oh iya nggak papa Bu, ayo saya antar"
"Ayo terimakasih ya nak, mas mbak," ucapnya ke kami semua yang udah nolongin dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
juliya
hehe maaf dah lama gak baca
2023-02-12
0