Andi Nayaka Titisan Si kidal
Pukul 07:00
Di hari senin, di mulai lagi orang-orang untuk melakukan aktivitasnya, dari yang pekerja serabutan sampai ke pekerja kantoran, padatnya arus kendara'an di jalan, sudah biasa terjadi di wilayah Kota-kota besar.
Sebuah kendara'an roda dua ber merek motor jadul yang lagi di kemudi oleh seorang lelaki berseragam putih abu-abu yang tak lain Andi Nayaka melaju menuju sekolahnya di SMA Putra Bangsa, sebuah sekolah pavorit di kota itu.
Tidak lama kemudian Andi Nayaka telah sampai dan memarkirkan kendara'annya di area parkiran yang telah di sediakan oleh pihak sekolah, lalu ia melangkah turun dari motornya.
Ketika Andi mau melangkah masuk teras sekolah, segerombolan anak sekolah pria kelas tiga(senior) datang menghampirinya.
"Kamu anak baru masuk kelas satu?." Bertanya.
"Iya kak, aku anak kelas satu, permisi kak aku masuk kelas dulu." Jawab Andi Nayaka.
"Aeet..Songong juga kau, di sekolah ini ada aturannya tau." Ujarnya.
"Aturan gimana kak?." Tanya Andi.
"Bagi para anak baru(Junior) sebelum memasuki kelas ada persyaratannya." Ungkapnya.
"Persyaratan gimana kak, setau saya ya, pakai baju seragam yang rapi, sopan santun dan berprilaku baik." Ujar Andi.
"Iya itu betul yang di terapkan oleh pihak sekolah, tapi kami para senior, sudah biasa melakukan ini pada para junior, langkah pertama kamu harus perkenalan dulu sama senior.
Langkah kedua kamu harus push up sebanyak lima puluh kali, dan yang terakhir kamu harus mentraktir kami sebelum masuk kelas." Ujarnya menjelaskan.
"Aturan dari mana, ini sekolah bukan perkumpulan geng, oke aku setuju dengan aturan pertama dan kedua, tapi kalau harus mentraktir kakak semua aku tidak punya duit sebanyak itu." Ujar Andi.
"Kamu mau aman gak sekolah di sini." Desaknya memaksa.
Ketika itu pula dua orang temannya berjalan ke belakang Andi dan langsung merebut tas yang lagi Andi gendong, dan langsung membuka sleting tasnya itu dengan menggeledah isi dari tasnya Andi, lalu di temukannya dua lembar uang lima puluh ribu di saku tas bagian depan.
"Woii ini apa, katamu tidak punya uang, kamu sudah berani berbohong pada senior." Timpalnya sambil menunjukan dua lembar uang.
"Jangan Kak, itu uang buat beli keperluan sekolah saya." Ujar Andi sambil mencoba merebut uang itu.
Tapi salah satu temannya yang merupakan gengnya langsung melayangkan tinjunya pada muka Andi.
Hiuuukkk
Buuukk...
Andi pun langsung terjatuh sambil memegang mukanya ia mencoba untuk bangkit.
"Kamu mau melawan pada senior kamu." Bentaknya.
"Tidak kak, tapi aku mohon jangan di ambil semua, itu uang pemberian orang tua saya." Ujar Andi melas.
Ke enam murid kelas tiga itu malah tertawa puas melihat Andi yang lemah dan tak berdaya.
"Siapa namamu?." Tanya anak kelas tiga yang berambut ikal.
"Nama saya Andi Nayaka." Jawab Andi sambil merunduk dan memegang pipinya yang masih terasa sakit.
"Ooh nama yang Bagus, tentunya kamu anak orang kaya, ya sudah sekarang kamu masuk kelas, dan ini tasmu, makasih ya atas uang traktirannya hahaha." Cibirnya penuh ejekan.
Andi pun tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya meng iklaskan apa yang telah di alaminya, dengan langkah sedikit terhuyung Andi memasuki kelas memburu pada bangku yang nampak masih kosong.
Pukul 12:00
Alarm telah berbunyi pertanda jam pelajaran sudah selesai.
"Cukup sekian dulu untuk pelajaran hari ini, dan PR nya kalian kerjakan dengan baik dan benar, nanti bertemu lagi dengan saya di hari rabu di jam pelajaran pertama." Ujar sang Guru.
"Baik Buk Guru." Jawab murid kelas Satu serempak.
Sang Guru pun lalu melangkah keluar dari dalam kelas, yang di ikuti dengan puluhan muridnya, sedangkan Andi Nayaka berjalan dengan teman sebangkunya menuju ke area parkiran kendaraan.
"Oh iya Di, lo paham gak dengan soal nomor tiga?." Tanya temannya yang bernama Erik.
"Ya rumusnya masih sama aja dengan soal yang lainnya, cuma kelipatannya aja yang berbeda-beda." Jawab Andi.
"Oh begitu, nanti kita kerjain bareng ya." Ujar Erik.
"Oke." Jawab Andi singkat sambil meraih helmnya.
Kemudian Erik melangkah menaiki motornya dan di nyalakannya.
"Di gua duluan ya." Ujar Erik sambil menarik gasnya.
"Oke, hati-hati." Timpal Andi sambil menyalakan motor.
Setelah motor dinyalakan Andi pun langsung tancap gas melaju keluar dari area parkiran.
Ketika Andi sudah melaju kira-kira tiga ratus meter keluar dari sekolah, tiba-tiba motor Andi oleng ke kiri dan ke kanan, Andipun penasaran lalu menghentikan laju kendara'annya.
"Kenapa ini motor." Gerutu Andi sambil menoleh kebawah ke arah ban belakang.
"Sial, bocor lagi mana tambal ban jauh, sudah pasti ini kerjaan para seniorku." Lanjut Andi menggerutu kesal.
Kemudian Andi melangkah turun, dan terpaksa harus mendorong sepeda motornya ke tempat tambal ban.
Siang itu cuaca begitu panas menyengat, Andi nampak terlihat lelah dengan bercucuran keringat yang sudah membasahi seragam putih abu-abunya.
Tidak lama kemudian Andi telah tiba di sebuah bengkel yang ada tambal bannya, lalu mendorong masuk ke ruang oprasional, dan sang montir pun menghampiri Andi.
"Bocor apa kurang angin?." Tanya sang montir.
"Gak tau Bang, coba aja periksa dulu." Jawab Andi.
Kemudian sang montir mulai memeriksa bannya.
"seperti ini kurang angin deh, saya coba dulu tambah angin ya." Ujar sang montir.
"Iya bang silahkan." Jawab Andi.
Setelah sang montir menambah angin ukuran setandar, dan menunggu sampai beberapa menit, ban motor Andi tidak kempis lagi.
"Ini kurang angin." Ujar sang montir.
"Ko bisa, padahal pagi aku tambahain angin sampai kencang, berapa duit bang?." Tanya Andi.
"Dua ribu rupiah." Jawabnya.
Andi lalu membuka sleting tasnya, sejenak Andi ingat bahwa duitnya habis di gondol semua oleh kakak kelasnya.
"Celaka kan duit nya di ambil semua oleh senior ku tadi." Batin Andi.
"Aduh ma'af bang, di kira masih ada sisa duit, eh taunya abis." Ujar Andi dengan melas.
"Ah payah dasar anak sekolah sekarang, kalau gak punya duit jangan bawa kendara'an, masa duit dua ribu kagak punya, anak mana lo'." Timpal sang montir sedikit marah.
"Aduuh ma'af beneran aku tidak bohong, aku anak Gang Si'iran Bang." Ujar Andi sambil memohon setengah bersujud.
"Anak siapa lo, gua semua kenal sama orang-orang di Gang Si'iran?." Tanya sang montir.
"Aku anaknya pak Nandi Bang." Jawab Andi.
Sang montir sedikit terkejut dengan pengakuannya Andi.
"Beneran lo' anaknya Bang kidal." Desak sang montir.
"Iya Bang demi Allah ku gak bohong, kalau abang gak percaya sebentar ku telpon dulu papa Nandi." Ujar Andi.
Baru saja Andi mau merogoh ponselnya dari dalam tas, sang montir sudah menahan Andi untuk tidak melakukan panggilan.
"Tahan, kalau memang kamu anaknya Bang kidal, biar saya yang menghubungi bapakmu, siapa nama mu?." Tanya sang montir.
"Andi Nayaka." Jawab Andi.
Setelah itu sang montir langsung melakukan panggilan pada Nandi Suryaman untuk membuktikan pengakuannya Andi.
..........
Bagaimana sikapnya montir, apabila sudah mengetahui bahwa Andi Nayaka adalah putranya Bang kidal? Apakah dia akan bersikap sama atau sebaliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Andi _riff
gua baca novel ini Karen nama aku juga Andi 😭😭😭
2024-06-24
1
F.T Zira
aku mampir ningglin jejak dulu yaa. nanti baca secara berkala.
like, subcrb dan rate segera mendarat
2023-11-27
1
Elisabeth Ratna Susanti
eh, ada yang baru ternyata 😍 maaf baru mampir di karya keren ini🙏 langsung like and favorit ❤️
2023-05-14
1