Beberapa orang yang berseragam putih abu-abu tersungkur, setelah terkena hantaman dari tendangan memutar Andi.
Andi berdiri dengan gagah berani sambil membetulkan topinya yang nampak terlihat miring.
"Ayo mau di lanjut gak." Tantang Andi sambil menyeringai.
Ke delapan anak berseragam putih abu, saling pandang sambil beranjak bangkit dan berdiri dengan matanya yang liar memandang Andi penuh dendam.
"Heh, bangsat jangan merasa bangga dulu ya, kali ini lo' akan kami habisin, dari mulai sekarang anak Putra Bangsa (PB) akan selalu bermusuhan dengan anak Gesper (Gema Serikat Pelajar)." Jelasnya bernada tinggi.
"Hahahaha,, dasar anak tidak tau malu, lo' lo' semua di sekolahin oleh orang tuamu, untuk menjadi anak yang pintar, berbudi baik dan bisa berguna bagi nusa dan bangsa, bukan untuk jadi preman." Hardik Andi.
"Haah banyak omong lo', heaaaaa." Ujarnya sambil memberi komando pada temannya untuk menghabisi Andi.
Tidak bisa di hindari lagi, jalan raya Delima kini telah menjadi saksi, atas aksi perkelahian anak-anak yang berseragam Putih abu-abu.
Andi bergerak cepat dan agresip, untuk menghadapi para Geng sekolah Gema Serikat Pelajar (Gesper).
Andi berkelebat kesana kemari, menghadapai serangan dari lawan-lawannya.
Andi yang sudah menyerap semua ilmu bela diri dari Toglo dan jaroni, tentu saja tidak merasa kerepotan menghadapi mereka meski jumlahnya sangat tidak sebanding satu lawan delapan, karena para anak Gesper hanya mengandalkan keberanian dan bertarung ala jalanan.
Hanya dalam enam jurus saja Andi sudah dapat membuat anak-anak Gesper itu pada berjatuhan satu persatu, karena tidak dapat menahan amukan dari jurus-jurus yang Andi lancarkan.
"Hanya segitukah kemampuan kalian, heeh tidak sebanding dengan gaya kalian yang sok jago." Ujar Andi sambil menyunggingkan bibirnya.
Lalu Andi memburu lagi pada motornya, dan melangkah menaiki motor.
Preng peng peng peng.
Motor sudah di nyalakannya kembali, lalu tancap gas, motor melaju meninggalkan anak-anak Gesper yang masih tergeletak di pinggir jalan sambil meringis merasakan kesakitan.
"Aduuuuh.. Sakit banget, kurang ajar, ternyata anak PB itu sangat tangguh dan jago bela diri." Gerutunya sambil memegang pipinya.
"Iya nih, aduuh gigi gue pada goyang seperti mau lepas." Ujar salah satu temannya.
Lalu mereka bangkit berdiri memburu pada kendara'annya dengan langkah terhuyung, pakaiannya yang lusuh dan kotor oleh debu, di tambah mukanya pada membiru di hari terakhirnya mereka belajar karena merasa diri sudah lulus, akhirnya yang tadinya ugal-ugalan merasa diri paling jago, kini telah mengalami kesialan karena ulahmya mereka, hanya unek-unek yang mengkristal menjadi sebuah dendam di hatinya, ingin membalaskan rasa malunya pada Andi Nayaka.
Sedangkan Andi sendiri sudah meluncur jauh dari tempat mereka yang tinggal sedikit lagi akan segera tiba di sekolah Putra Bangsa.
Pukul 07:35 menit.
Andi telah tiba di halaman parkiran sekolah, lalu ia melangkah turun dari motor, dan berjalan menuju ruangan kelas tiga, tapi dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara yang memanggil dirinya.
"An andii...Tunggu."
Andi pun berhenti melangkah lalu netranya menoleh kearah pusat suara yang memanggil namanya itu.
"Hai Erik, gimana lo' lulus gak?." Tanya Andi.
Erik berjalan menghampiri Andi.
"Alhamdulilah gua lulus An, dan lo' juga lulus." Tukas Erik.
"Ah elo tau dari mana, kalau gua lulus." Jawab Andi.
"Kalau gak percaya, ayo kita lihat di papan pengumuman kelulusan." Timpal Erik.
"Ayo, gua gak percaya kalau belum melihat dengan mata kepala gua sendiri." Ujar Andi.
"Emang lo' tidak percaya pada kemampuanmu An, malahan lo' dapat nilai tertinggi." Ujar Erik.
"Ah yang bener lo'." Sahut Andi merasa tidak percaya dengan kabar yang Erik bawa.
"Ya susah sih kalau sama orang yang tidak percaya'an, emang gua bercanda gitu." Ujar Erik.
"Ya bukan begitu sih, tapi gua pingin lihat sendiri." Ujar Andi sambil mempercepat langkahnya menuju papan pengumuman.
Setelah tiba di papan pengumuman kelulusan kelas tiga, netra Andi memandang ke arah nama-nama yang tertera di papan tersebut nampak terlihat dengan jelas nama Andi Nayaka tertera di paling atas dengan nilai tertinggi, nampak di wajahnya berseri sambil tersenyum semringah, merasa bahagia ternyata ia bisa mencapai nilai yang paling tinggi, walaupun di hati masih tidak percaya dengan hasil yang telah di cantumkan di papan pengumuman itu.
"Alhamdulilah aku masih bisa mencapai nilai tertinggi, Ayah dan Ibuk pasti akan senang melihatnya." Batin Andi.
Kemudian Erik berkata sambil memandang wajah Andi.
"Sekarang lo' percaya kan." Pungkas Erik.
"Iya iya, ma'af gua bukan gak percaya sama ucapanmu tadi, sebenarnya gua gak yakin." Tukas Andi.
"Gak yakin gimana maksud lo' An?." Tanya Erik.
"Iya gak yakin, elo' juga tau sendiri kan, dari kelas satu sampai kelas tiga, gua sering terlibat perkelahian, ya setidaknya bisa mengurangi nilai." Timpal Andi.
"Ya itu kan, bukan kemauan elo' An, lo' hanya membela diri, dan guru-guru pun percaya ko sama lo', kalau Andi Nayaka adalah murid berprestasi." Timpal Erik memberi pujian.
"Ah kamu bisa aja, gua sama seperti murid-murid yang lain, yang masih banyak ke kurangannya." Ujar Andi.
.............................
Singkat cerita.
Andi bersama murid-murid kelas tiga yang lainnya, berkumpul berpoto bersama untuk di jadikan kenangan, dan ada pula yang mencoret-coret baju seragamnya, terutama di pakaian putih abu-abu miliknya Andi, semua murid kelas tiga menuliskan namanya di seragamnya Andi.
Dan ada satu nama yang yang tertulis jelas di baju Andi, se orang wanita yang diam-diam menaruh simpati dan menyukai Andi.
Vina Artiyana salah satu siswi yang berprestasi juga yang menyukai Andi, seorang siswi berparas cantik jelita, kini perasaan nya telah di ungkapkan lewat tulisan di baju Andi, tertulis namanya yang di lingkari oleh gambar love.
Sedangkan Andi sendiri tidak menyadari bahwa di balik ketampanan dan kepintarannya, se orang Vina telah melepaskan panah cintanya pada Andi.
Setelah itu Vina duduk di samping Andi, meminta pada Erik untuk memotret dirinya bersama Andi.
"Sory ya An, boleh kan gue berpose dengan lo'." Pinta Vina.
"Ya boleh dong." Jawab Andi.
"Ayo Rik cepetan." Ujar Vina meminta pada Erik untuk memotret dirinya bersama Andi.
Erik pun langsung memotret dengan ponselnya Vina, sampai berulang kali dengan gaya yang berbeda beda.
Selepas itu Erik pun langsung menyerahkan ponsel tersebut pada Vina.
Dengan paras yang berbunga-bunga Vina membuka hasil dari pemotretan tersebut, nampak Vina tersenyum semringah melihat dirinya berdampingan sama Andi, Seorang pemuda tampan pujaannya.
Vina memandang poto Andi Nayaka dengan sangat intens, yang di iringi dengan gelombang-gelombang cinta keluar dari pandangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
like plus satu iklan😍 semangat 👍
2023-05-22
1
Rusliadi Rusli
💟💟💟💟💟
2023-03-09
1
Lee
Ciee Andi...Vina ada somethink tuh .🤭
2023-01-17
1