Erik dan Perdi hanya menganggukan kepalanya, lalu mereka melangkah keluar dari kamarnya Andi menuju pada Ruangan tamu.
Sementara Sindi membuat minuman segar untuk Erik dan Perdi yang tentunya sangat haus sekali, karena cuaca hari itu sangatlah panas, dan setelah itu Sindi langsung membawa dua gelas minuman jus alpukat dalam nampan menuju ruang tamu.
Sindi lalu menurunkan gelas satu persatu di atas meja.
"Ayo di minum nak Erik, nak Perdi yang tentunya kalian sangat haus." Tawar Sindi.
"Iya Buk terima kasih." Ujarnya sembari meraih gelas minuman tersebut dan di minumkan perlahan, lalu di simpan lagi di meja.
Kemudian Sindi mulai bertanya perihal apa yang telah menimpa pada anaknya.
"Coba kalian ceritakan, apa sebenarnya yang telah terjadi pada Andi?." Tanya Sindi.
Erik pun langsung menceritakan kronologi kejadiannya dari awal ia makan mie ayam bersama Andi di kantin sekolah, sampai terjadi keributan yang mengakibat perkelahian yang tidak seimbang hingga Andi di hantam pakai batang kayu.
"Nah begitu kronologi kejadiannya, bahwa anak kelas tiga bukan sekali dua kali suka ngebuli pada Andi dan pada semua anak kaelas satu." Ungkap Erik.
"Ooh begitu, kenapa pihak sekolah masih saja membiarkan murid seperti itu, itu kan bisa mencemari citra sekolah Putra Bangsa, apalagi sekolah Faporit lagi." Ujar Sindi.
"Mereka semua pasti akan di keluarin dari sekolah, karena selalu membuat onar, yang bikin murid-murid yang lain merasa di rugikan dan terganggu ke tenangan belajarnya." Timpal Perdi.
"Ya iya atuh, pihak sekolah harus tegas, demi menjaga citra sekolah agar tetap baik." Tukas Sindi.
"Iya betul Buk, makanya Andi memberikan perlawanan karena sudah hilang kesabarannya dan harga dirinya terasa di injak." Timpal Erik.
"Iya sih, Andi memang orangnya agak pendiam dan sabar, tapi bila hatinya sudah tersakiti banget maka sipat jeleknya akan keluar dan punya sipat pendendam." Ujar Sindi.
Pukul 12:00
Pintu masuk ruangan tamu sedikit bergerak bersama'an dengan suara mengucapkan salam.
"Assalam mu'alaikum." terdengar menyapa.
Sindi pun langsung bangikt dan berdiri, karena ia sudah tau bahwa suara itu adalah Suaminya(Nandi).
Wa alaikum salam.
"Bentar ya, ibuk bukakan pintu dulu itu ayah nya Andi." Pamait Sindi pada Erik dan Perdi.
"Oh iya Buk silahkan." Jawab Erik.
Sindi bergegas melangkah menuju pintu masuk ruangan tamu dan di bukanya perlahan.
"Papah, ada tamu pah." Sapa Sindi
"Siapa? Mah." Nandi balik bertanya.
"Teman sekolahnya Andi." Jawab Sindi.
"Ko jam segini sudah dirumah." Ujar Nandi heran.
"Nanti mamah ceritain, sekarang papah makan dulu, sudah mamah sediakan di meja makan, dan selepas itu baru kita ngobrol sama teman sekolahnya Andi." Ungkap Sindi.
"Oh ya sudah." Ujar Nandi sambil melangkahkan tungkai kakinya memasuki ruangan tamu, netra Nandi mentap pada Erik dan Perdi sambil menyapa penuh ramah.
"Wah ada tamu rupanya, sudah lama." Sapa Nandi.
Perdi dan Erik pun bangkit berdiri sambil memberi salam pada Nandi.
"Iya Om, kenalkan kami teman sekolahnya Andi." Ujar Erik sambil menoleh pada Perdi yang lagi membungkukan badannya tanda memberi hormat.
"Ya sudah di lanjut minumnya, Om mau solat dulu." Ujar Nandi.
"Iya om."
Nandi langsung melangkah memasuki ruangan keluarga yang di ikuti oleh Sindi.
Sementara Erik dan Perdi saling pandang sambil berbisik.
"Per, Bokapnya Andi masih sangat gagah dan berwibawa, dan sorot matanya begitu tajam." Bisik Erik.
"Iya betul, akupun sampai gemetar ketika beradu pandangan dengan Pak Nandi." Tukas Perdi.
Singkat cerita.
Erik dan Perdi pamit untuk kembali kesekolah, dan Nandi sudah mendengar kabarnya Andi yang terlibat perkelahian dengan kakak kelasnya, karena mrmbela harga dirinya.
Nandi pun meminta pada Sindi untuk membawa se ember air keran.
Setelah itu Nandi melepaskan kalung yang hingga sa'at ini masih melingkar dilehernya, lalu di celupin kedalam air tersebut dan di biarkan hingga beberapa menit.
Dan setelah itu Nandi meminta pada Andi untuk mandi air rendaman kalung saktinya itu.
Dengan punggung yang masih terasa sakit, Andi menuruti permintaan dari ayahnya, ia berjalan masuk kamar mandi guna membasuh tubuhnya dengan Air rendaman dari kalung tersebut, hingga sesudah itu, Andi sampai terbelalak aneh bin ajaib, rasa nyeri yang sebelum terasa, hingga tembus sesak di dada, kini rasa sakit itu hilang, sirna tanpak berbekas.
Lalu Andi keluar dari kamar mandi langsung menghampiri kedua orang tuanya yang lagi duduk di sopa di ruang keluarga.
"Ayah.. Ibuk, sekarang badanku terasa enteng dan rasa nyeri itu pun hilang lenyap, emang air sih ayah yang di pakai mandi aku tadi?." Tanya Andi penasaran.
"Ya syukur kalau kamu sudah pulih kembali, itu air keran biasa, dan Allah telah memberi kesembuhan padamu." Tukas Nandi.
"Terima kasih ya Allah, engkau telah menyembuhkan rasa sakitku." Ujar Andi sambil mengangkat ke dua telapak tangannya di atas muka.
"Sekarang Ayah mau tanya? Berarti uang itu pun habis di palak sama kakak kelasmu itu?." Tanya Nandi.
"Iya betul ayah, ma'af kan aku Ayah ibu, kalau aku sudah menutupi itu semua pada kalian ." Tukas Andi.
Nandi cuma tersenyum penuh bijaksana. "Tidak apa nak, ayah pun tau itu, dan ayah yakin kenapa kamu tidak berani berterus terang, tentunya ada alasan lain yang menguatkan tekadmu." Ujar Nandi.
"iya benar ayah, waktu itu aku takut ayah akan marah dan mendatangi anak kelas tiga ke sekolah, karena aku gak mau kalau di bilang anak manja yang suka ngadu pada orang tuanya, makanya sebisa mungkin aku akan menyesaikannya sendiri masalah aku." Timpal Andi.
"Betul itu, selesaikan masalah yang menimpamu, tanpak harus melibatkan orang lain, itu baru namanya lelaki sejati." Ujar Nandi
Ke esokan harinya.
Ketika matahari belum muncul, Nandi menelpon Toglo dan Jaroni, menyuruh datang ke bukit.
Toglo dan Jaroni pun langsung sigap dan pergi ke bukit yang yang telah di sebutkan oleh Nandi di telepon. Dan Nandi meminta pada Andi untuk pergi kebukit sebelah barat Gang Si'iran.
Tanpak banyak berkomentar lagi Andi pun langsung meluncur dengan motor Yamaha Rx kingnya menuju Bukit tersebut.
Setibanya di atas bukit, dengan permukaanya datar, dan hamparan rumput hijau telah tumbuh lebat dan tebal memenuhi area Bukit tersebut.
Nampak terlihat oleh Andi ada dua sosok manusia berbadan gempal dan kekar yang Andi sudah sangat mengenalinya.
"Paman Toglo..Paman Jaroni, ko paman berdua ada di sini?." Tanya Andi keheranan, karena ayahnya tidak menyebutkan Toglo dan Jaroni dalam titahnya.
"Iya Nak Andi, Paman berdua di suruh ayahmu kesini, untuk menemani kamu." Cetus Toglo.
"Aku juga bingung Paman, ayah menyuruhku kesini, tapi aku tidak tahu harus ngapain." Cetus Andi.
Toglo pun langsung memberi isarat pada Jaroni, Jaroni mengerti, dengan secepat kilat Jaroni melompat ke tengah, dan memainkan sebuah jurus bela diri hingga beberapa jurus."
Andi tercengang sambil membelalakan kedua bola matanya lalu berkata.
"Apa maksudnya Paman Toglo?." Tanya Andi.
Toglo hanya tersenyum tipis, sambil menjawab perkataannya Andi.
"Ayahmu meminta pada paman berdua, untuk mengajarkanmu ilmu bela diri." Jawab Toglo.
"Ooh begitu, kenapa tidak langsung aja ya, ayah bilang padaku." Ujar Andi.
"Ya mungkin kamunya takut menolak." Jelas Toglo.
Lima belas menit kemudian.
Andi sudah berdiri di belakngnya jaroni dengan mengikuti gerakan-gerakan yang di mainkan oleh Jaroni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
top latihannya 👍😍
2023-05-14
1
Rusliadi Rusli
👍👍👍
2023-03-09
2
Lee
kereenn didikannya pak Nandi
2022-12-16
2