Malam pun kini telah tiba, Andi, Toglo dan Jaroni masih duduk santai di bangku sambil menikmati secangkir kopi panas, untuk menghangatkan suasana malam yang sudah mulai terasa dingin.
Sementara di tempat lain.
Pak Dirman beserta keluarga, sudah sampai di rumah sakit, tempat Nandi di rawat.
Keadaan Nandi masih kritis dan belum sadarkan diri dari komanya.
Sindi terus menangisi Nandi yang masih terkujur di atas ranjang besi, sementara yang lainnya masih berada di luar ruangan tempat Nandi di rawat, karena yang di perbolehkan menjenguk cuma satu orang saja, kecuali Sindi selaku istrinya di perbolehkan untuk menemani suaminya.
Wajah tampan bertubuh jangkung, dengan mata masih terpejam, yang tak lepas dari tatapan mata yang sahdu yang sudah basah dan bengkak karena tak henti-hentinya meratap dalam kesedihan dan deraian air mata.
Kemudian pintu terdengar di buka, Sindi lalu menoleh ke arah pintu, nampak seorang Dokter dan suster telah memasuki ruangan untuk memeriksa keada'an Nandi.
"Saya harap Ibuk jangan terus-terusan bersedih ini akan berpengaruh pada pasien, lebih baik ibuk berdoa untuk suamimu agar bisa melewati masa-masa kritisnya." Pesan Dokter.
"Iya Dok, saya pun mencoba untuk tidak bersedih tapi aku tak bisa menahan air mata ini." Timpal Sindi.
"Ibuk bersedih wajar, karena kita manusia biasa, apalagi ibuk istrinya pasien, tapi ibuk jangan terlalu larut dalam kesedihan, ibuk harus bisa menjaga kesehatan ibuk, kalau ibuk sakit, lantas siapa nanti yang akan menjaga dan merawat suamimu." Ujar sang Dokter.
Sindi sejenak merenungi ucapannya Dokter itu, setelah dipikir, perkataan Dokter itu benar sekali dan sangat masuk akal, lalu Sindi mengusap bulir-bulir air mata yang keluar membasahi di kedua pipinya.
"Aku harus kuat dan tegar untuk kesembuhan suamiku." Batin Sindi.
Lalu Sindi beranjak bangkit dari tempat duduknya sambil berkata.
"Maaf Dok saya mau keluar dulu." Ijin Sindi pada Dokter yang lagi memeriksa keadaan pasien.
"Oh iya Buk, yang sabar ya Buk." Ujar sang Dokter.
Sindi lalu melangkahkan tungkai kakinya menuju keluar ruangan untuk menemui, Buk sari, Pak Dirman,kamal, Astuti dan ibuk Suminar senta Rendi yang baru tiba setengah jam yang lalu.
Melihat roman wajah Sindi yang kusam, dengan kedua kelopak matanya yang membengkak, ibuk Suminar dan semua yang ada di situ langsung terperanjat dan bertanya.
"Sindi.. Gimana keadaan suamimu nak?." Tanya Buk Suminar sambil bangkit berdiri memburu dan memegang kedua bahunya Sindi.
Buk sari dan Astuti lalu memapah Sindi yang nampak lesu tidak bergairah.
"Kamu yang tenang ya, ayo duduk dulu." Ujar Buk sari.
Sindi pun lalu menurunkan bokongnya duduk di bangku di samping Rendi, sambil menarik napas sebuah kesedihan.
"Ayahnya Andi masih kritis Buk." Ucap Sindi bernada lesu.
"Teh Sindi yang tabah ya, teruslah bedoa meminta pertolongan pada sang pencipta semoga Bang Nandi bisa melewati masa kritisnya." Cetus Astuti.
"Iya betul dek, sekarang kamu ambil air wudhu solat lah meminta pada Allah untuk kesembuhan suamimu." Pungkas Rendi memberi nasehat.
"Iya Sindi, ibuk pun belum solat isa." Sahut Buk Suminar.
Sindi pun langsung berdiri yang di ikuti oleh Buk Suminar (Ibuknya) berjalan menuju ke sebuah mushola di sekitar area Rumah Sakit.
Sementara di lain tempat.
Andi Nayaka yang lagi terus berlatih olah bela diri di depan rumahnya, yang tak lepas dari pantauan Jaroni dan Toglo.
Kelebatan-kelebatan dari gerakan jurus-jurus yang di mainkan oleh Andi nampak begitu cepat dan agresif.
Jaroni dan Toglo yang menyaksikan gerakan-gerakan Andi yang begitu cepat, merasa kagum akan kehebatan dan kecerdikannya, lalu Toglo meminta Andi untuk menghentikan dulu latihannya.
"Stop nak Andi, ilmu bela dirimu sudah sangat sempurna sekali." Tukas Toglo.
Andi pun langsung menghentikan gerakan-gerakannya lalu berjalan menghampiri Toglo dan Jaroni.
"Ku masih belum lelah Paman." Ujar Andi.
"Iya paman tau itu, tapi kamu pun harus bisa menjaga kesehatanmu, harus secara bertahap, sekarang kamu duduk bersila, letakan kedua tanganmu di atas paha, lalu kosongkan pikiranmu dan konsentrasi penuh, lakukan pernapasan untuk menarik energi inti alam." Ungkap Toglo.
"Baik Paman." Ujar Andi sembari melangkah ke dekat kolam di sebuah taman, lalu menurunkan tubuhnya duduk bersila di atas batu-batuan yang di bikin dari semen.
Kedua netranya mulai di tutup untuk berkosentrasi, perlahan di tarik napas dalam-dalam melalui lubang hidung dan di tahan sebentar, kemudian di hempaskan perlahan-lahan melalui mulut, begitu dan begitu di lakukan berulang kali, sampai toglo merasakan seperti ada kekuatan Alam yang merasuk masuk dalam darahnya.
Toglo dan Jaroni adalah dua murid ki Parta (Almarhum) yang kini telah tiada, apalagi Toglo sudah diwarisi kitab buhun yang banyak terkandung di dalamnya ilmu-ilmu yang bermanfaat buat bekal di kehidupannya, baik ilmu pengobatan maupun ilmu benteng diri yang semua itu sudah toglo kuasai dengan sempurna.
Andi masih duduk bersila untuk menjalani meditasi penyerapan tenaga inti alam, berhubung Andi masih usia muda, jadi Toglo cuma memberikan waktu cuma dua jam saja, dan Toglo mengajarkan secara bertahap, karena masih banyak tahapan yang mesti Andi pelajari.
Ketika tiba pada waktunya dua jam, Toglo pun meminta pada Andi untuk menyudahi dulu meditasinya.
"Nak sekarang bukalah matamu." Ujar Toglo berbisik dari kejauhan, Anehnya padahal Toglo berkata sangat pelan sekali, tapi terdengar oleh Andi di kedua telinganya sangatlah jelas.
Andi pun lalu membuka kedua netranya secara perlahan, lalu membuka kakinya yang dalam posisi di lipat bersila dan melangkah turun dari atas batu hitam yang ada di taman depan rumahnya, yang di ikuti dengan kaki kirinya, kemudian bangkit berdiri, dan perlahan Andi melangkah berjalan menghampiri Toglo dan Jaroni, Andi mulai menurunkan tubuhnya duduk berhadapan dengan Toglo dan Jaroni.
"Paman berdua hebat, tubuhku sekarang serasa lebih enteng, ilmu apakah itu Paman?." Tanya Andi.
"Itu cara kita menyerap unsur alam nak Andi." Jawab Toglo.
"Kamu harus banyak berlatih Den Andi, nanti kekuatanmu akan semakin bertambah kuat." Pungkas Jaroni memberi petuah.
"Iya Paman, memang harus malam hari ya." Sahut Andi.
"Tidak juga, kamu bisa melakukan di pagi hari, kalau bisa harus di tempat yang jauh dari keramaian." Cetus Toglo.
"Bagaimana kalau di bukit tempat dulu kita berlatih Paman." Ujar Andi memberi pilihan.
"Iya itu bagus, di situ udaranya pun masih alami." Ujar Toglo.
"Cara meditasi itu, kegunaannya untuk apa saja Paman?." Tanya Andi.
"Banyak epek bagus yang kita rasakan dari meditasi itu, menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh, mempertajam indra kita, karena dengan cara itu jantung akan bereaksi memompa darah keseluruh organ kita." Jelas Toglo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
aku petik 🌹 utk karya keren ini 👍
2023-05-20
1
Sunmei
3like hadir lagi ksk
semangat
2023-01-31
1
Lee
Next thor semangatt..
Andi smngat 💪💪
2023-01-01
1