NovelToon NovelToon

Andi Nayaka Titisan Si kidal

Eps l Di buli

Pukul 07:00

Di hari senin, di mulai lagi orang-orang untuk melakukan aktivitasnya, dari yang pekerja serabutan sampai ke pekerja kantoran, padatnya arus kendara'an di jalan, sudah biasa terjadi di wilayah Kota-kota besar.

Sebuah kendara'an roda dua ber merek motor jadul yang lagi di kemudi oleh seorang lelaki berseragam putih abu-abu yang tak lain Andi Nayaka melaju menuju sekolahnya di SMA Putra Bangsa, sebuah sekolah pavorit di kota itu.

Tidak lama kemudian Andi Nayaka telah sampai dan memarkirkan kendara'annya di area parkiran yang telah di sediakan oleh pihak sekolah, lalu ia melangkah turun dari motornya.

Ketika Andi mau melangkah masuk teras sekolah, segerombolan anak sekolah pria kelas tiga(senior) datang menghampirinya.

"Kamu anak baru masuk kelas satu?." Bertanya.

"Iya kak, aku anak kelas satu, permisi kak aku masuk kelas dulu." Jawab Andi Nayaka.

"Aeet..Songong juga kau, di sekolah ini ada aturannya tau." Ujarnya.

"Aturan gimana kak?." Tanya Andi.

"Bagi para anak baru(Junior) sebelum memasuki kelas ada persyaratannya." Ungkapnya.

"Persyaratan gimana kak, setau saya ya, pakai baju seragam yang rapi, sopan santun dan berprilaku baik." Ujar Andi.

"Iya itu betul yang di terapkan oleh pihak sekolah, tapi kami para senior, sudah biasa melakukan ini pada para junior, langkah pertama kamu harus perkenalan dulu sama senior.

Langkah kedua kamu harus push up sebanyak lima puluh kali, dan yang terakhir kamu harus mentraktir kami sebelum masuk kelas." Ujarnya menjelaskan.

"Aturan dari mana, ini sekolah bukan perkumpulan geng, oke aku setuju dengan aturan pertama dan kedua, tapi kalau harus mentraktir kakak semua aku tidak punya duit sebanyak itu." Ujar Andi.

"Kamu mau aman gak sekolah di sini." Desaknya memaksa.

Ketika itu pula dua orang temannya berjalan ke belakang Andi dan langsung merebut tas yang lagi Andi gendong, dan langsung membuka sleting tasnya itu dengan menggeledah isi dari tasnya Andi, lalu di temukannya dua lembar uang lima puluh ribu di saku tas bagian depan.

"Woii ini apa, katamu tidak punya uang, kamu sudah berani berbohong pada senior." Timpalnya sambil menunjukan dua lembar uang.

"Jangan Kak, itu uang buat beli keperluan sekolah saya." Ujar Andi sambil mencoba merebut uang itu.

Tapi salah satu temannya yang merupakan gengnya langsung melayangkan tinjunya pada muka Andi.

Hiuuukkk

Buuukk...

Andi pun langsung terjatuh sambil memegang mukanya ia mencoba untuk bangkit.

"Kamu mau melawan pada senior kamu." Bentaknya.

"Tidak kak, tapi aku mohon jangan di ambil semua, itu uang pemberian orang tua saya." Ujar Andi melas.

Ke enam murid kelas tiga itu malah tertawa puas melihat Andi yang lemah dan tak berdaya.

"Siapa namamu?." Tanya anak kelas tiga yang berambut ikal.

"Nama saya Andi Nayaka." Jawab Andi sambil merunduk dan memegang pipinya yang masih terasa sakit.

"Ooh nama yang Bagus, tentunya kamu anak orang kaya, ya sudah sekarang kamu masuk kelas, dan ini tasmu, makasih ya atas uang traktirannya hahaha." Cibirnya penuh ejekan.

Andi pun tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya meng iklaskan apa yang telah di alaminya, dengan langkah sedikit terhuyung Andi memasuki kelas memburu pada bangku yang nampak masih kosong.

Pukul 12:00

Alarm telah berbunyi pertanda jam pelajaran sudah selesai.

"Cukup sekian dulu untuk pelajaran hari ini, dan PR nya kalian kerjakan dengan baik dan benar, nanti bertemu lagi dengan saya di hari rabu di jam pelajaran pertama." Ujar sang Guru.

"Baik Buk Guru." Jawab murid kelas Satu serempak.

Sang Guru pun lalu melangkah keluar dari dalam kelas, yang di ikuti dengan puluhan muridnya, sedangkan Andi Nayaka berjalan dengan teman sebangkunya menuju ke area parkiran kendaraan.

"Oh iya Di, lo paham gak dengan soal nomor tiga?." Tanya temannya yang bernama Erik.

"Ya rumusnya masih sama aja dengan soal yang lainnya, cuma kelipatannya aja yang berbeda-beda." Jawab Andi.

"Oh begitu, nanti kita kerjain bareng ya." Ujar Erik.

"Oke." Jawab Andi singkat sambil meraih helmnya.

Kemudian Erik melangkah menaiki motornya dan di nyalakannya.

"Di gua duluan ya." Ujar Erik sambil menarik gasnya.

"Oke, hati-hati." Timpal Andi sambil menyalakan motor.

Setelah motor dinyalakan Andi pun langsung tancap gas melaju keluar dari area parkiran.

Ketika Andi sudah melaju kira-kira tiga ratus meter keluar dari sekolah, tiba-tiba motor Andi oleng ke kiri dan ke kanan, Andipun penasaran lalu menghentikan laju kendara'annya.

"Kenapa ini motor." Gerutu Andi sambil menoleh kebawah ke arah ban belakang.

"Sial, bocor lagi mana tambal ban jauh, sudah pasti ini kerjaan para seniorku." Lanjut Andi menggerutu kesal.

Kemudian Andi melangkah turun, dan terpaksa harus mendorong sepeda motornya ke tempat tambal ban.

Siang itu cuaca begitu panas menyengat, Andi nampak terlihat lelah dengan bercucuran keringat yang sudah membasahi seragam putih abu-abunya.

Tidak lama kemudian Andi telah tiba di sebuah bengkel yang ada tambal bannya, lalu mendorong masuk ke ruang oprasional, dan sang montir pun menghampiri Andi.

"Bocor apa kurang angin?." Tanya sang montir.

"Gak tau Bang, coba aja periksa dulu." Jawab Andi.

Kemudian sang montir mulai memeriksa bannya.

"seperti ini kurang angin deh, saya coba dulu tambah angin ya." Ujar sang montir.

"Iya bang silahkan." Jawab Andi.

Setelah sang montir menambah angin ukuran setandar, dan menunggu sampai beberapa menit, ban motor Andi tidak kempis lagi.

"Ini kurang angin." Ujar sang montir.

"Ko bisa, padahal pagi aku tambahain angin sampai kencang, berapa duit bang?." Tanya Andi.

"Dua ribu rupiah." Jawabnya.

Andi lalu membuka sleting tasnya, sejenak Andi ingat bahwa duitnya habis di gondol semua oleh kakak kelasnya.

"Celaka kan duit nya di ambil semua oleh senior ku tadi." Batin Andi.

"Aduh ma'af bang, di kira masih ada sisa duit, eh taunya abis." Ujar Andi dengan melas.

"Ah payah dasar anak sekolah sekarang, kalau gak punya duit jangan bawa kendara'an, masa duit dua ribu kagak punya, anak mana lo'." Timpal sang montir sedikit marah.

"Aduuh ma'af beneran aku tidak bohong, aku anak Gang Si'iran Bang." Ujar Andi sambil memohon setengah bersujud.

"Anak siapa lo, gua semua kenal sama orang-orang di Gang Si'iran?." Tanya sang montir.

"Aku anaknya pak Nandi Bang." Jawab Andi.

Sang montir sedikit terkejut dengan pengakuannya Andi.

"Beneran lo' anaknya Bang kidal." Desak sang montir.

"Iya Bang demi Allah ku gak bohong, kalau abang gak percaya sebentar ku telpon dulu papa Nandi." Ujar Andi.

Baru saja Andi mau merogoh ponselnya dari dalam tas, sang montir sudah menahan Andi untuk tidak melakukan panggilan.

"Tahan, kalau memang kamu anaknya Bang kidal, biar saya yang menghubungi bapakmu, siapa nama mu?." Tanya sang montir.

"Andi Nayaka." Jawab Andi.

Setelah itu sang montir langsung melakukan panggilan pada Nandi Suryaman untuk membuktikan pengakuannya Andi.

..........

Bagaimana sikapnya montir, apabila sudah mengetahui bahwa Andi Nayaka adalah putranya Bang kidal? Apakah dia akan bersikap sama atau sebaliknya.

Eps 2 Sang legenda

Setelah sang montir menelpon Nandi, baru ia percaya bahwan Andi Nayaka adalah putranya, dan pemilik bengkel itu pun lanhsung meminta ma'af atas sikapnya yang kurang begitu percaya.

"Ma'afin abang ya dek sudah tidak percaya padamu, soalnya anak sekolah jaman sekarang suka begitu, bukan sekali dua kali hal seperti ini." Ujarnya.

"Iya Bang tidak apa-apa, besok aku bayar ya." Ujar Andi.

"Udah tidak apa-apa, abang iklas."

"Iih jangan begitu, hutang itu harus di bayar biar sekecil apapun." Timpal Andi Nayaka.

Kemudian Andi langsung melajukan motornya menuju Gang Si'iran.

Lima belas menit Kemudian Andi telah sampai di depan rumahnya, lalu melangkah turun dari motornya, dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Assalam mu'alaikum." Sapa Andi.

"Wa alaikum salam." Jawab Sindi sembari menghampiri Andi.

Lalu Andi mengulurkan tangan meraih tangan ibuknya dan di cium punggung telapak tangan ibuknya.

"Kamu jangan dulu masuk kamar, tadi ayahmu berpesan ada yang mau ayahmu bicarakan." Ujar Sindi.

Andi pun langsung menurunkan tubuhnya duduk di sopa sambil bersandar.

"Pasti ayah akan membicarakan masalah hutang pada tukang tambal, harus bilang apa kalau ayah nanyain masalah uang." Batin Andi.

Di sa'at Andi lagi duduk bersandar, nampak terlihat di sudut netra pandangan Andi Lelaki paruh baya berbadan tinggi berpakaian rapi, lalu duduk di depan Andi.

"Baru pulang kamu nak?." Tanya lelaki itu yang tak lain adalah Nandi( ayahnya Andi).

"Iya Ayah." Jawab Andi sembari berdiri lalu memberi salam dan di ciumnya punggung telapak tangannya Nandi, tak kuasa untuk menatap ayahnya Andi duduk lagi di sopa.

Sebelum melakukan obrolannya Nandi memanggil Sindi.

"Mah mamah..." Panggil Nandi.

"Iya pah." Jawab Sindi sembari melangkah memenuhi panggilan Nandi.

"Ada apa papah memanggil mamah?." Tanya Sindi.

"Bikinin kopi dulu." Jawab Nandi.

Sindi pun langsung bergegas menuju ruang dapur untuk bikinin kopi suaminya.

Tidak lama kemudian Sindi datang membawa nampan berisikan tiga buah gelas.

"Nah ini kopi buat Papah, dan ini jus apukat untuk mu Andi dan ini buat mamah." Ujar Sindi sambil menurunkan gelas di meja, lalu Sindi duduk di sampingnya Nandi.

"Ayo di minum dulu nak, kenapa kamu ko seperti ketakutan begitu, jadi lelaki itu harus berani karena benar dan harus takut bila berbuat salah, apa sikapmu itu karena ada yang salah." Ucap Nandi sambil terus menatap wajah Andi Nayaka yang terus tertunduk.

"Ma'afkan aku Ayah, apa mungkin ayah akan membicarakan masalah aku yang ngutang pada tukang tambal ban itu." Ujar Andi.

Nandi langsung menyeripit dulu kopi yang nampak masih mengepul sebelum menjawab Ujaran anaknya.

Setelah gelas kopi di turunkan lagi di meja, lalu Nandi mencabut sebatang roko dan di nyalakannya sebuah korek untuk membakar ujung roko tersebut.

"Sekarang Ayah mau tanya? Apa tadi di sekolah ada pungutan biaya, sehingga kamu kehabisan uang untuk membayar tambah angin, kamu jawab dengan jujur ayahpun tidak akan marah." Ujar Nandi mulai bertanya.

Andi merasa bingung sekali, kalau dia bilang jujur di palak sama kakak kelasnya, Ayahnya pasti akan datang ke sekolah, dan dirinya pasti akan di hajar beramai-ramai oleh kakak kelasnya, dan Andi tidak mau kalau nanti di buli sebagai anak manja yang selalu ngadu pada orang tua.

"Ayo nak Jawab, ayahmu lagi bertanya, jangan menyembunyikan masalah dari orang tuamu." Pingkas Sindi.

"Ba baa baik Buk." Ujar Andi terbata-bata.

"Bicaralah jangan takut, kamu ini anak ayah, dan ayah tidak pernah mengajarkan pada anak untuk jadi pengecut." Timpal Nandi.

"Iya Ayah, pihak sekolah tidak ada pungutan biaya." Ujarnya.

"Lalu kenapa kamu sampai ngutang tambah angin, cuma dua ribu rupiah, apa uang jajan kamu habis?." Tanya Nandi.

"Habis ayah, di pake nraktir teman." Jawab Andi berbohong.

Nandi dan Sindi lalu saling Pandang dan tersenyum tipis seakan tak percaya dengan perkataan anaknya.

"Kamu tidak apa-apa kalau mentraktir temanmu, tapi jangan terlalu keseringan, dan teman yang mana yang harus kamu kasih, apabila ada teman kamu dari keluarga yang kurang mampu kamu boleh kasih." Ungkap Nandi.

"Iya Andi, kamu boleh loyal kalau demi kebaikan, janganlah nantinya kamu di manpaatkan oleh temanmu yang tidak baik." Pungkas Sindi.

"Iya Buk."

"Ya sudah sekarang kamu mandi sana, langsung solat." Titah Nandi.

"Iya ayah." Ujarnya sambil beranjak bangun dari tempat duduknya, berjalan menuju kamar.

Andi Nayaka lalu keluar dari kamar dengan membawa handuk untuk membersihkan badannya, apalagi habis mendorong motor di bawah teriknya cahaya matahari yang membuat badannya lengket bekas keringat.

Selepas mandi Andi duduk di depan rumah sambil memainkan ponselnya, segelas minuman segar berada di depan terdampar di atas meja.

"Aku kangen sama Teh Anggita, kira-kira lagi ngapain ya." Gerutu Andi sambil membuka aplikasi whatssap, lalu jari jemarinya dengan lincah mengetik sebuah pesan.

📱.Andi "Halo kak apa kabar, kakak lagi ngapain?."

📱.Anggita "Halo juga dek, kabar kakak baik-baik aja, kabar adek, Ayah dan ibuk gimana?."

📱.Andi "Adek juga baik, begitu pula Ayah dan Ibuk baik-baik aja."

📱.Anggita "Syukur deh kalau semua baik-baik aja, gimana dengan suasana di sekolah baik-baik aja kan."

📱.Andi "Iya kak, Alhamdulilah baik, kakak kapan selesai kuliahnya."

📱.Anggita "Kakak lagi sekripsi, sebentar lagi kakak pulang ke indonesia, kamu belajar yang rajin ya dan jangan nakal."

📱.Andi "Iya kak, kakak jaga diri baik-baik ya."

📱.Anggita "Iya dek terima kasih."

Kemudian Andi pun menyudahi chatingannya dengan kakaknya Anggita yang lagi kuliah di luar negri.

Selepas itu ia pergi ke rumah bibinya Astuti, untuk menemui adik sepupunya yaitu Konta dan Kanti adalah anak Astuti yang kembar cowo dan cewe, setibanya fi depan rumah Andi memanggil Konta dan Kanti.

"Dek Konta, dek Kanti." Panggil Andi.

Setelah satu menit Andi memanggil Konta dan Kanti, mereka pun muncul dari sudut luar rumah.

"Hai Bang Andi ada apa memanggil kita?." Tanya Kanti.

"Kita main yu." Ujar Andi.

"Main apa sih Bang." Tukas Konta bertanya.

"Kita main gatrik yu, soalnya budaya kita ini hampir punah, bagaiman kalau kita kembangkan lagi, sebagai bentuk hormat kita pada para leluhur yang sudah mewariskan adat dan budaya pada kita anak cucunya." Ajak Andi.

"Ayo, mainnya di mana." Timpal Konta.

"Bagaimana kalau kita main di depan Bengkel aja, selain tempatnya luas, di situ juga kan ada Paman Toglo, Paman Asep dan Paman Jaroni, kita ajak main bareng." Ujar Andi.

"Oke Bang." Jawab Konta dan Kanti.

Kemudian ke tiganya pun langsung bergegas pergi menuju lapangan dekat bengkel.

Tiga bersaudara itu nampak selalu asik dan ceria, meski Andi usianya sudah menginjak enam belas tahun dan Konta kanti yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas tiga, tapi masih seperti anak kelas tiga sekolah dasar, berbeda dengan anak-anak se usianya di Gang Si'iran yang sudah berbau pacaran.

Terkadang Andi sering di buli oleh teman-temannya sebagi anak pecundang, yang masih ke kanak-kanakan, padahal ayahnya adalah salah satu tokoh legenda Gang Si'iran yang sangat di segani, karena Bela dirinya dan berbudi luhur.

Eps 3 Mulai Bangkit.

Setibanya di depan Bengkel Andi, Konta dan Kanti memanggil Toglo, Asep dan Jaroni.

"Paman Toglo, Paman Jaroni dan Paman Asep, kira-kira paman lagi sibuk gak?." Tanya Andi.

Toglo pun lalu melangkah keluar dari dalam bengkel, sementara Asep dan Jaroni yang lagi sibuk melakukan oprasional kendara'an cuma menoleh sambil tersenyum.

"Emang ada apa gitu Nak Andi, ya Paman lagi sibuk noh banyak pelanggan yang lagi pada nunggu." Tutur Toglo.

"Oh ya udah, tadinya Aku mau ajak Paman main Gatrik, kalau banyakan pesertanya seru Paman, ya sudah kita main bertiga aja." Ujar Andi.

"Kapan-kapan aja ya kita main, pasti kalian akan kalah sama Paman." Ujar Toglo sambil tertawa tipis.

Andi, Konta dan Kanti langsung menuju lapangan sampingnya bengkel bermain Gatrik, dengan riang nya ke tiga bersaudara itu bermain, penuh canda tawa terkadang saling ejek, begitu dan begitu sampai hari sudah berganti sore mereka pun langsung pulang ke rumahnya masing.

Ke esokan harinya.

Setelah sarapan pagi, seperti biasa Andi sudah bersiap-siap memanaskan motornya untuk berangkat ke sekolah, Andi menghampiri Nandi dan Sindi untuk pamit dengan mencium punggung telapak tangan ke dua orang tuanya.

"Ku berangkat sekolah dulu, Assalam mu'alaikum." Pamit Andi.

"Iya hati-hati, ingat jangan nakal, wa alaikum salam." Jawab Nandi dan Sindi.

"Iya." Ujar Andi singkat sambil berjalan keluar rumah memburu pada motornya yang lagi di panasin. Lalu ia melangkah menaiki motornya dan di tarik gas perlahan bersama'an dengan membuka kopling dan masuk gigi pertama.

Motor yamaha Rx king peninggalan Nandi melaju meninggalkan rumah menuju sekolah Putra Bangsa.

Motor jadul yang kini melegenda di Gang Si'iran dari semenjak Nandi sampai ke turunannya masih tetap terawat dengan baik.

Tidak lama kemudian Andi telah tiba dan memasuki area parkiran sekolah, Andi melangkah turun dan berjalan menuju ruangan kelasnya yang berada jauh harus melewati dulu ruangan kelas duan dan kelas tiga, dan ini yang Andi takutkan melewati kelas tiga (3A) yang suka ngebuli dan suka ngerjain.

Andi berjalan cepat sambil menundukan topinya menutupi wajah, dasar nasib Andi lagi apes dan selalu di jadikan bahan ejekan oleh seniornya, tiba-tiba enam murid kelas tiga yang biasa suka ngerjain datang dari coridor sebelah kanan dan pas berpapasan sama Andi di sudut coridor.

"Waww, Andi Nayaka kenapa ko topinya di miringin begitu, takut ya sama kita-kita." Cibirnya.

"Uluuh kasian amat anak ganteng, mukanya mendadak pucat, mana nih jatah kita, ini kan masih pagi jadi masih lama untuk menikmati jajanan di kantin." Ejeknya.

"Ma'af kak ku belum mengerjakan PR, ku mau masuk kelas dulu." Tukas Andi.

Perlahan Andi melangkahkan tungkai kakinya, untuk tidak berlama-lama meladeni mereka, tapi tiba-tiba salah satu dari k enam murid kelas tiga menginjak sepatu Andi, tidak bisa di hindari lagi Andi hilang keseimbangannya dan terjatuh menimpa lantai keramik.

"Aduuuh." Sontak Andi merasa sakit karena lututnya kepentok keramik.

Ke enam murid kelas tiga itu malah mentertawakan Andi.

"Hahahahaha,, kasian si ganteng jatuh." Ejeknya sembari tertawa terbahak.

Andi berusaha bangkit berdiri, sambil memegang tasnya yang mau lepas, dan sudut netranya hanya melirik pada ke enam murid kelas tiga tersebut yang lagi tertawa bahagia.

"Tertawalah kalian sepuasnya, nanti ada sa'atnya cakapmu itu akan tertutup rapat." Batin Andi, yang mulai melangkah pergi, sementara mereka masih terus tertawa mengiringi kepergian Andi.

Setibanya di depan ruangan kelas, Andi langsung masuk memburu pada tempat duduknya, nampak Erik teman sebangkunya sudah duluan.

"Tumben lo' datang agak siangan, biasanya paling duluan." Sapa Erik.

"Iya ku kesiangan, abis ngerjain PR." Jawab Andi menutupi.

Lalu Erik secara tidak sengaja melihat pada pakaian seragamnya Andi yang kotor.

"Eh elo' kenapa, ko pakaianmu kotor begitu?." Tanya Erik.

Lalu Andi pun pura-pura tidak tau sambil melihat baju seragmnya yang kotor.

"Ko bisa sih kenapa? Ya, apa mungkin kena debu kali, kan di jalan delima lagi ada perbaikan jalan." Ujarnya men drama.

"Masa kena debu begitu sih An, apa jangan-jangan elo' di buli ya sama anak kelas tiga." Ujar Erik curiga.

"Enggak ko." Jawab Andi singkat.

"Jangan bohong sama aku An, bilang aja, aku juga pernah malahan hampir semua anak kelas satu kena bulian mereka." Ujar Erik memancing.

Andi terdiam tidak langsung menjawab perkataannya Erik.

"Kenapa lo' diam, jadi betul lo' juga kena?." Tanya Erik sambil menatap datar wajah Andi.

Andi cuma menganggukan kepalanya, sambil menyimpan tasnya di kotak bagian bawah meja.

"Yang sabar aja, mungkin sudah tradisi di sekolah ini, yang sudah menjadi turun temurun hingga generasi selanjutnya." Tukas Erik.

"Iya coba aja nanti kita lihat, kalau terus-terusan para senior melakukan begitu pada anak junior, semutpun akan berani menggigit bila di injak." Timpal Andi.

Lima menit kemudian anak kelas satu sudah mulai berdatangan memasuki kelas hingga memenuhi tempat duduknya masing-masing karena lonceng sekolah sudah di perdengarkan pertanda jam pelajaran akan segera di mulai, dan para guru sudah mulai berdatangan memasuki ruangan kelas untuk membawakan mata pelajaran pada seluruh Siswa-siswi dari kelas satu sampai kelas tiga.

...............

Dari hari kehari berganti minggu, dan bulan.

Di suatu ketika. Di saat Andi Nayaka lagi makan bareng sama Erik di kantin, datang segerombolan Anak kelas tiga yang merupakan biang rese.

"Wah waah kebetulan nih, si pecundang lagi ada disini." Cibirnya sambil menoleh pada Andi dan Erik.

"Buk bikin mie ayam enam mangkok, nanti yang bayarnya itu tuh, cowo ganteng yang cool banget itu." Ujar sirambut ikal yang bernama Dude, sambil menunjuk ke Arah Andi.

"Kamu jangan begitu nak Dude, kalau ketauan kepala sekolah kamu akan kena sangsi, bisa-bisa di keluarkan dari sekolah ini." Ujar ibuk pemilik kantin.

"Beneran Buk, anak kelas satu itu suka mentraktir kita ko." Ujar salah satu temannya Dude.

"Nak Andi apa benar yang di bilang Dude itu?." Tanya Ibuk pemilik kantin.

Kebetulan Andi dan Erik telah selesai makannya, lalu ia bangkit berdiri dari tempat duduknya, sambil menyimpan uang dulu piluh ribu di meja.

"Buk ini aku bayar dua sama Erik." Ujar Andi sambil melangkah pergi keluar dari dalam kantin.

Ibuk pemilik Kantin langsung melangkah menuju meja tempat makan Andi dan Erik sembari mengambil uang bayarannya Andi.

"Tuh kamu bohong kan nak Dude." Timpal Ibuk pemilik kantin sambil membawa dua mangkok bekas mie ayam.

Dude dan kelima temannya sampai terbelalak sambil menatap kepergiannya Andi.

"Wediih,, cakep itu anak sudah mulai berani nih pada geng kita." Dengus Dude.

"Kita hajar aja, songong benar tuh anak."

"Ayo." Jawbnya sambil bergegas keluar mengejar Andi dan Erik.

Mereka ber enam berjalan kencang mengejar Andi dan Erik yang nampak berjalan santai.

"Woii, anak kelas satu tunggu lo'." Teriak Dude.

Andi pun berhenti sambil membalikan badannya menghadap pada kedatangan Dude dan kawan-kawan, Erik yang nampak seperti ketakutan terlihat di paras wajahnya yang pucat pasi.

"Ada apa kak?." Tanya Andi dengan tenang.

"Kamu sudah berani ya menantang kita." Dengus Dude nampak emosi.

"Tenang dulu kak, siapa yang nantang kakak, aku dan Erik dari tadi diam ko." Bela Andi.

"Sikapmu itu telah menunjukan tantangan pada geng sekolah ini." Timpal Dude.

Andi tersenyum tipis, merasa lucu dengan sikap kakak kelasnya itu.

"Kalian itu senior saya, seharusnya memberi contoh yang baik pada adik-adiknya." Tukas Andi.

"Kurang ajar juga lho hah, plaakkk.." Satu tamparan mendarat di pipi Andi.

Andi cuma memalingkan muka, sambil tangan kanannya memegang pipi yang terkena tamparan, dengan netranya nampak bersinar pertanda kesabarannya sudah tidak bisa lagi di pertahankan.

"Dulu aku selalu diam mendapat bulian dari kalian, dan itu sering kalian lakukan padaku, tapi kali ini aku berhak membela harga diri aku." Seru Andi mulai bangkit.

Dude dan kawan-kawan malah mentertawakan dan mengejek pada Andi.

"Hahaha...Punya nyali juga rupanya, jadi kamu menantang ya." Dengus Dude sambil melayangkan tinjunya.

Dengan cekatan Andi menangkap kepalan tinju Dude dengan tangan kirinya, lalu kaki kanannya melesat menendang perut Dude.

Buuikk.

Dude pun langsung terhuyung mundur sambil memegang perutnya yang nampak sesak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!