Icha berhasil mengalahkan semua pesaingnya dalam uji kompetensi sekretaris untuk GT Corp. Ia menangis bahagia saat dinyatakan lulus dengan tes yang bukan main susahnya. Begitupun dengan Wulan. Ia harus lebih ekstra lagi. Untungnya divisi keuangan membutuhkan dua pegawai baru, sehingga Wulan masuk di urutan kedua.
Tugas mereka sekarang adalah segera menyelesaikan ujian skripsi dan langsung mulai bekerja aktif di perusahaan. Maka, Icha dan Wulan pun mulai fokus mengikuti ujian skripsi. Karena keduanya mengikuti jalur khusus, maka dipercepat sidang skripsinya.
SKIP
Icha dan Wulan sudah bersiap menuju perusahaan. Keduanya tidak lepas dari senyum manis yang terus terukir di bibir mereka. Kini, mereka tinggal bersama di kostan Icha. Hanya tinggal membayar tambah harga sewa.
"Yuk.. berangkat." Ajak Icha.
"Ayoooo... " Jawab Wulan ceria.
Wulan membawa serta motor matic dari kota asalnya. Motor baru pengganti motor bututnya jaman SMA dulu.
Mereka menerobos ramainya kota Jakarta. Membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke sana. Ke tempat impian semua anak-anak muda yang ingin berkarier.
Tepat pukul 07.50 mereka sampai. Masih ada waktu 10 menit. Icha dan Wulan segera menghadap ke bagian HRD untuk melaporkan diri.
"Oh... kalian sudah datang." Sapa kepala bagian HRD ketika mendengar salam dari dua gadis muda ini.
"Iya, bu... maaf, membuat ibu menunggu." Jawab Icha sopan.
"Nggak papa... " wanita setengah baya itu menjawab ramah. "Nah, ini nametag untuk Wulandarie Rahayu, devisi keuangan. Dan ini nametag utk Marissa Lebrina, sekretaris." Lanjutnya sambil menyerahkan dua buah kartu masing-masing untuk Icha dan Wulan. Wulan menerima dengan sukacita.
"Nah, Wulan... kamu boleh langsung ke lantai 18. Sedangkan Marissa, kamu ke lantai 25. Di sana ada tuan Raymond yang akan mengarahkan kamu." Jelas Wanda, bagian HRD yang sempat memperkenalkan dirinya pada Icha dan Wulan.
"Baik. Terimakasih, bu." Mereka pun pamit.
"Semangat, ya! Ingat, biar pun beda divisi dan ruangan tapi kita masih sekantor ya. Jadi nggak ada alasan untuk nggak ketemu. Paham!?" ancam Icha sebelum masuk dalam lift.
"Iya, buk sekretaris... bye." Wulan pun menuju ke lantai 18.
Sampai di lantai 25, Icha segera keluar dari lift. Ia disambut oleh seorang pria tinggi dan tampan.
"Selamat pagi. Saya Raymond. Asisten pribadi CEO." Raymond mengulurkan tangan dan segera dijabat oleh Icha.
"Pagi, tuan... saya Marissa." Jawab Icha pelan dan penuh hormat.
"Mari, saya antar ke ruangan kamu. Jangan terlalu kaku. Kita bisa bekerjasama dengan baik." Ujar Raymond ramah dengan menampilkan senyuman manisnya.
Icha segera mengikuti langkah Raymond.
Hari ini Icha terlihat cantik dengan baju terusan tanpa lengan berwarna krem dipadu dengan cardigan coklat tua, ditambah high heel berwarna senada dengan cardigannya. Perfect.
"Ini ruangan kamu. Kamu boleh bekerja dari sini. Itu ruangan untuk privasi kamu." Icha mengangguk paham sambil melihat-lihat ruangannya. Sebuah ruang sedikit terbuka lengkap dengan laptop dan banyak berkas di atas meja. Sedangkan di belakang kursi duduknya ada sebuah pintu kamar. Icha membuka pintu kamar itu. Ia sedikit terpana. Ada tempat tidur, meja rias, pantri dan kamar mandi. Ooooh... ini ruangan pribadi. Keren juga. Puji Icha dalam hati.
"Sudah liat-liatnya?" Tanya Raymond pelan membuat Icha kaget. Ia sedikit malu karena kedapatan terlena dengan keindahan ruangannya.
"Ehhh... Iya, maaf." Icha tersenyum malu.
Raymond tersenyum.
"Santai saja. Oh ya, ini tablet untuk kamu pakai memantau semua jadwal CEO. Aku yang menyusun jadwalnya dan mengirimkan ke kamu. Kamu harus pantau dengan teliti. Jangan sampai keliru, Tuan Marco akan sangat marah kalau sampai melakukan kesalahan dalam jadwalnya."
DEG!!!!!!
"Siapa?" tanya Icha spontan setelah mendengar satu nama yang sangat familiar di telinganya.
"CEO perusahaan ini." Jawab Raymond sambil menatap Icha. "Kenapa?" tanyanya cepat.
"Oh, maaf... aku hanya belum mengenal CEO di sini." Icha sedikit gugup dan menunduk. Raymond tertawa.
"Jangan bilang kamu belum tau nama CEO kita?" tebak Raymond curiga. Icha menggeleng malu.
"Astagaaaaa, Marissa... kamu dipilih untuk menjadi sekretaris di perusahaan sebesar ini tanpa mencari tahu nama pemimpinmu?" Raymond tertawa lucu. Icha semakin malu. Ia salah tingkah. Saking senangnya mendengar nama GT Corp, sampai ia lupa sesuatu yang lebih penting dari gedung ini.
"Marco Guatalla. Itu nama CEO kita."
Deg... Deg... Deg...
Icha terpaku tidak percaya. Ia menatap Raymond tak percaya.
Tuhan... ini bukan mimpi, kan? Apakah Marco yang lain? Tetapi kenapa jantung ini berdebar kencang?
"Marissa... hei, Marissa... " Raymond melambaikan tangannya di depan wajah Icha. "Kamu kenapa?" tanyanya heran karena melihat Icha sedikit shock. Ia nampak sangat pucat.
"Kamu sakit? Kamu pucat sekali." Raymond masih terus memperhatikan Icha.
"Oooh... nggak, nggak apa-apa." Jawab Icha gugup. Icha membuang mukanya ke arah lain. Ia takut Raymond melihat perubahan wajahnya.
Ya Tuhan... semoga ini hanya mimpi.
Icha terlihat sedikit gelisah. Namun ia berusaha setenang mungkin di hadapan Raymond.
"Ya sudah... sebentar lagi Tuan Marco datang. Hari ini beliau agak terlambat karena masih ada urusan dengan klien dari Jepang."
Setelah Raymond menjelaskan panjang lebar tentang tugas dan tanggung jawab Icha, ia pun pamit dan segera menuju ke ruangannya.
Ruangan Marco berada depan ruangan Icha bagian kiri. Dan ruangan Raymond di samping kiri ruangan Marco.
Icha melihat-lihat isi tablet di tangannya. Tapi pikirannya jauh memikirkan nama yang menjadi pimpinannya di perusahaan ini.
"Apakah GT singkatan dari Guatalla?" Gumam Icha pelan. "Kenapa aku baru sadar sih?" Sesal Icha sambil meremas rambutnya.
Icha masih serius menatap tablet itu. Pikirannya masih kacau. Bayangan Marco muncul di kepala. Wajah tampan nan dingin itu masih membayangi Icha.
Tanpa ia sadar, ada yang berdiri tepat si depan meja kerjanya.
"Apa jadwal saya hari ini?" suara itu mengagetkan Icha. Ia segera berdiri dan menoleh ke arah suara.
Deg....!!!!!
"Pak.... "
Icha menahan napasnya. Shock. Berarti ia tidak bermimpi.
Untuk beberapa saat mereka saling menatap. Icha merasa semua sendi pergelangan kakinya lemas, hingga tidak sanggup menopang tubuhnya lagi.
Berbeda dengan pria di depan Icha.
Cantik... semakin dewasa dan anggun. Kata Marco dalam hati.
Icha tersadar. Ia segera menunduk dan membuka tabletnya. Ia membaca jadwal Marco hari ini tanpa memandang wajah tampan laki-laki itu. Marco pun menatap wajah cantik itu tanpa kedip. Ada segurat senyum yang tidak kelihatan. Hanya Marco yang tahu apa arti segurat senyum itu.
"Kamu ke ruangan saya!" Perintah Marco sesaat setelah Icha selesai membaca jadwalnya.
Marco berbalik menuju ke ruangannya. Icha langsung terduduk lemas di kursi. Ia masih shock. Ia menarik napas panjang dan berusaha mengatur napas dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Hulwatul Fitri
keren ceritanya ngak kayak cewek murah gitu aku seneng kalau ceweknx pinter nyimpen perasaan
2023-10-25
0