Mama Tanti tidak bisa berlama-lama temani Icha di Jakarta. Beliau harus kembali ke kotanya untuk bekerja. Masa izinnya hanya tiga hari. Maka, hari ini Mama Tanti harus kembali ke kota asal mereka.
"Mama pulang ya. Mama percaya kamu bisa menjaga diri dan menjaga kepercayaan papa dan mama." ujar mama Tanti sambil memeluk Icha.
"Iya, ma.... Icha janji." balas Icha terharu. "Maaf, Icha nggak bisa ngantar mama ke stasiun. Icha harus ke kampus." Lanjut Icha sedih.
"Nggak papa, sayang... mama bisa sendiri. Kamu urus aja semua keperluan kamu. Itu yang lebih penting."
Setelah drama pelukan perpisahan ibu dan anak, mama Tanti segera ke stasiun kereta api. Sedangkan Icha dengan memegang surat-surat penting segera menuju kampus pilihannya. Untungnya kos Icha dekat dengan kampus, jadi ia tidak perlu repot naik bis atau angkot dan sejenisnya. Pengeluaran pun sedikit terkendali.
Icha sampai di Universitas X. Salah satu universitas favorit di kota Jakarta. Wajah manisnya langsung jadi perhatian mahasiswa di kampus itu. Dengan menggunakan jeans biru panjang dan kemeja soft pink menambah aura kecantikan gadis daerah ini. Icha terus berjalan menuju loket pendaftaran. Sebenarnya Icha sudah mendaftar secara online dan sekarang harus menyerahkan nomor pendaftarannya untuk ikut tes masuk kampus.
"Hai... " Icha menoleh. Ada gadis hitam manis yang menyapanya.
"Hai... "Balas Icha ramah.
"Aku Arin. Boleh kenalan?" Gadis yang mengaku nama Arin menyodorkan tangannya.Icha langsung menjabat tangan Arin dengan senang.
"Aku Icha. Senang bisa berkenalan dengan kamu. Aku belum ada teman di sini." Ujar Icha senang.
"Berarti sekarang kita temenan dong?" Tanya Arin girang.
"Iya dong." Balas Icha tertawa.
Terimakasih, Tuhan... akhirnya dapat teman juga. Nggak enak juga beberapa hari ini sendiri aja. Pikir Icha dalam hati.
"Yuk... ke loket." Akhirnya dengan senyum bahagia, Icha menggandeng tangan Arin menuju loket. Mereka masuk dalam barisan antrian sambil terus asyik bercerita. Mereka saling bercerita tentang kehidupan pribadi masing-masing, supaya bisa lebih saling mengenal. Icha senang karena walaupun baru bertemu dan berkenalan, ia merasa nyaman dekat Arin.
"Beres." Seru Arin setelah selesai dengan urusan administrasinya.
"Yup... hanya tinggal siap perang untuk tes masuk." Balas Icha tak kalah seru.
"Kita harus lulus ya." Arin memberi semangat.
"Harus dong...!" Icha pun ikut bersemangat.
Icha dan Arin masih terus bercerita di bawah sebuah pohon dekat loket. Tanpa Icha sadar, ia menjadi pusat perhatian beberapa laki-laki di sekitar situ.
"Hai... " Ada yang menyapa. Icha dan Arin langsung menoleh ke sumber suara. Lelaki tampan, tinggi dan putih, memakai baju almamater.
"Hai, kak." Icha langsung menyapa dengan 'kak', karena Icha yakin pasti ia adalah kakak tingkatnya di kampus ini.
"Boleh kenalan?" Laki-laki itu langsung menyulurkan tangan di depan Icha. Icha kaget dan sedikit gugup.
"Oooh... boleh, kak. Aku Icha. Dan ini teman aku." Icha berusaha untuk tenang dan memperkenalkan diri dengan sopan. Senyum tetap ada di bibir manisnya.
"Hai, kak. Aku Arin."
"Aku Jordan Rafael. Senang bisa kenalan dengan kalian. Aku harap kalian bisa ikut tes dengan baik dan diterima di sini." Laki-laki bernama Jordan itu pun tersenyum lebar setelah bisa berkenalan dengan calon adik semesternya.
Icha dan Arin mengangguk sopan. Jordan sedikit terhipnotis dengan senyuman Icha. Ia menatap wajah Icha agak lama. Icha gugup dan salah tingkah.
"Maaf, kak. Kami mau pulang. Permisi." Akhirnya Icha menarik tangan Arin menjauh dari Jordan. Tatapan Jordan bisa membuat ia pingsan nantinya.
"Oh iya... maaf. Silahkan." Jordan tersadar dan langsung memberi jalan untuk Icha. Senyuman Jordan terus terpancar sampai Icha menjauh.
"Ariiiiin... kok kamu ketawa sih?" Rengek Icha karena sejak kejadian tadi, Arin terus tertawa menggoda Icha.
"Muka kamu tuh lucu. Udah kayak kepiting rebus aja. Baru juga diliat begitu." sela Arin di tengah tawanya. "Tapi eh, Kak Jordan cakep juga ya. Senyumannya cool banget." lanjut Arin.
"Hush... nggak usah ngadi-ngadi. Pikirin tuh ujian tes masuk." bantah Icha kesal.
"Tapi kayaknya Kak Jordan langsung suka deh sama kamu, cha. Liat aja tadi... tatapannya ke kamu... daleeeeeem banget." Ujar Arin semangat.
"Ngawur kamu... udah ah, nggak usah aneh-aneh. Sekarang yang aku pikirkan kita harus sah jadi mahasiswa di sini dulu."
Mereka pun pulang ke kos masing-masing.
Hari-hari dijalani Icha dengan bahagia. Walau pun kadang ia harus teringat wajah itu. Wajah dingin dengan tatapan tajam yang mampu merobek sampai ke lubuk hatinya. Mengganggu konsentrasi belajarnya.
Seperti malam ini. Setelah makan malam, Icha duduk di depan meja belajarnya hendak membaca buku. Suasana agak sepi. Ya, Icha tinggal di tempat yang tidak terlalu ramai. Dan tidak sembarang orang bisa lalu lalang di daerah kos. Karena memang dijaga ketat oleh beberapa sekuriti.
Tiba-tiba bayangan itu muncul. Wajah saat menatapnya dalam ketika mereka bertemu di ruangan Marco. Icha menarik napas panjang dan menutup matanya. Ia tersenyum. Biarlah itu menjadi kenangan yang indah buatnya. Semoga suatu hari nanti semua bayangan itu hilang. Tidak mungkin Icha harus hidup dalam bayang-bayang yang tidak pasti.
Hanya dalam tiga bulan, beberapa kali pertemuan dan satu pertemuan intim mereka, membuat Icha harus menanggung perasaan yang menyiksa batinnya. Ya, apakah ini yang dinamakan cinta? Entahlah. Icha pun tidak paham. Kalau hanya sekedar suka pada lawan jenis, Icha pernah merasakan. Tapi, kalau sampai mengganggu konsentrasinya, mengganggu hatinya, membuat ia tidak tenang, bahkan membuat ia harus memeluk rindu sendirian, itu yang tidak pernah Icha alami. Dan saat ini, ia harus merasakan itu. Marco! Itu semua gara-gara guru dadakan itu. Yang tiba-tiba muncul dengan pesonanya dan membuat hari-hari Icha jadi berantakan.
Icha melihat jam di HPnya.
"Udah jam 10. Udah tangah malam, ternyata. Aku harus tidur." Icha berbicara pada sendiri. Ia segera naik ke tempat tidur. Sebelum merebahkan tubuhnya, ia duduk bersila dan berdoa.
"Tuhan... tetaplah menjadi sandaranku. Saat senang mau pun susah, Tuhan tetap ada untukku. Aku mau tidur, Tuhan jaga sepanjang malam sampai pagi menyambutku nanti. Ajarlah aku untuk selalu mengucap syukur dalam segala hal. Amin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments