"Apa yang aku lakukan? Kenapa aku penyebabnya?" Tanyaku semakin bingung.
Bukannya menjawab, Vernon beranjak turun dari tempat tidur untuk menghindari pertanyaan yang aku ajukan. Ini sangat aneh, aku tidak mengerti apapun mengenai perkataannya. Bahkan tak ada satupun yang aku ingat.
"Katakan padaku, apa yang terjadi sepuluh tahun lalu, Vern?" Aku terus menatap Vernon dan berharap dia akan segera menjawab kebingunganku.
Namun tiba-tiba Vernon malah menyeringai padaku. Tatapannya berubah kembali menjadi penuh kebencian.
"Kau tidak perlu tahu mengenai apapun yang dulu terjadi. Itulah hukuman untukmu." Ucap Vernon dengan menyeringai dan tatapan tajam padaku.
"Katakan padaku!!" Seruku beranjak turun walau dalam keadaan telanjang dan menarik baju Vernon agar dia mau mengatakan sesuatu yang sangat mengusik diriku saat ini. "Kau harus mengatakannya!! Apa yang tidak aku ingat? Dan kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"
Vernon mendorongku kasar hingga aku terpental ke tempat tidur, tidak memedulikan diriku yang meringis kesakitan.
"Selamat datang di neraka yang aku ciptakan." Tampak senyum skeptis pada Vernon.
Setelah berkata seperti itu, Vernon melangkah keluar kamar. Aku memakai pakaianku dengan sangat cepat untuk mengejarnya. Aku tidak bisa terima dengan semua ini. Apa yang tidak aku ingat membuat diriku merasa menyedihkan sekaligus marah saat ini. Ditambah dengan semua perkataannya tadi. Aku tidak bisa menerima semua perlakuannya terhadapku.
Aku menarik Vernon hingga dia berbalik sebelum dia menuruni tangga lalu memukul wajahnya dengan segenap rasa marahku. Walau untuknya pukulanku bukanlah apa-apa karena sedikitpun dia tidak terlihat kesakitan. Namun itu membuat aku sedikit puas.
"KATAKAN SEMUA PADAKU!! APA YANG TERJADI SEPULUH TAHUN LALU!!" teriakku berharap mendapatkan jawaban.
Mendengar keributan yang aku ciptakan semua orang menjadi keluar dari kamar mereka. Kedua orang tua Vernon dan Vegard, bahkan beberapa anak buah yang berjaga masuk ke dalam rumah untuk mengetahui apa yang terjadi.
Vernon melihat padaku dengan sangat marah. Lalu tanpa aku duga dia mengangkatku seperti biasanya, membawaku di atas pundak kanannya. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa melakukannya padahal bahu kirinya terdapat luka tembak yang pastinya rasanya sangat menyakitkan dan ditambah tubuhnya sedang tidak sehat. Entah dari mana dia mempunyai kekuatan seperti itu.
Aku meronta turun saat kami masuk ke dalam kamar lagi. Aku harap Vernon mengatakan semuanya padaku. Mengenai hal-hal yang tidak aku mengerti, mengenai semua kejadian yang tidak satupun ada di memori ingatanku.
"Aku mohon katakan padaku apa yang tidak aku ingat mengenai se—"
Perkataanku terhenti ketika Vernon menarikku dan mencium bibirku. Seperti biasa aku berusaha melepasnya namun tenaga Vernon sangat kuat, lagi-lagi dia berbuat sesukanya. Dia terus menciumiku hingga membawaku kembali ke atas tempat tidur.
"Lepaskan aku, Vern!!" Aku mendorong Vernon dan akhirnya dia berhenti. "Jadi siapa yang membunuh wanita itu? Siapa yang membunuh Wynetta, wanita yang kau cintai itu?"
"Apa sekarang itu penting? Apa yang akan berubah kalau kau tahu mengenai kejadian itu?" Tanya Vernon. "Kau tidak perlu tahu apapun, sudah aku bilang itu adalah hukuman untukmu."
"Itu sangat penting bagiku. Aku tidak mengingat apapun tapi perkataanmu seperti itu padaku. Itu semua menyiksa diriku, apa kau tahu?"
"Ya, memang itu tujuanku. Aku ingin menyiksamu." Ucap Vernon. "Jangan memaksaku untuk mengatakan apapun, kau tidak akan mendapatkan jawaban dariku maupun dari semua orang yang kau tanya. Itu adalah hukuman yang pantas untukmu yang menyebabkan semua ini terjadi."
Apa yang dikatakan Vernon membuatku merasa usahaku sia-sia. Aku membiarkan Vernon berjalan pergi meninggalkan aku dan tidak berniat mengejarnya lagi. Aku jadi merasa kalau diriku begitu sangat menyedihkan sekarang. Tanpa ingatan apapun mengenai kejadian sepuluh tahun lalu. Itu menjadikan apa yang aku rasa sangat buruk.
Saat sarapan semua orang berkumpul kecuali Vernon. Semua orang menatap diriku yang hanya berusaha mengalihkan pandanganku dari mereka semua dan mencoba fokus makan.
Ingatanku yang tak bisa mengingat apapun masih mengganggu pikiranku. Aku terus berusaha mengingat semua itu semalaman hingga sekarang kepalaku menjadi sangat sakit.
"Viv, di mana Vernon?" Tanya Vegard. "Apa dia pergi?" Vegard bertanya lagi karena aku tidak langsung menjawabnya.
Aku merasa bingung harus menjawab apa karena aku pun tidak tahu dimana dia. Bahkan aku tidak ingin mencari tahu keberadaannya.
"Semalam apa yang terjadi? Apa kalian bertengkar?" Tanya Vegard lagi.
"Veg, itu bukan urusanmu." Seru Paula, ibu Vernon. "Viv, aku dan Bard akan pulang ke Oslo, kami akan kembali saat Oliv menikah."
"Apa perlu aku mengantar kalian?" Tanyaku menatap Paula.
"Tidak usah, Veg yang akan mengantar kami. Kau di rumah saja bersama Oliv. Vernon tidak ingin kau kemanapun." Jawab Paula.
Vernon tidak ingin aku kemanapun? Dia benar-benar mengurungku sekarang. Ini sangat buruk, bahkan aku tidak bisa keluar lagi dari rumah ini.
"Oliv, kau tidak ke rumah sakit melihat Alec?" Tanyaku ketika aku mendorong kursi roda Olivia membawanya ke kamar.
"Hari ini dia akan keluar dari rumah sakit." Jawab Olivia. "Setelah keluar dia akan ke sini menemuiku."
Tanpa aku sadari aku tersenyum mendengar ucapan Olivia. Ya, aku akan menemui Alec nanti, kalau perlu aku akan bercinta dengannya juga di rumah ini. Bahkan aku akan membawanya masuk ke kamar aku dan Vernon untuk bercinta di tempat tidur kami.
"Bagaimana hubunganmu dengan Alec, Viv?" Tanya Olivia ketika kami masuk ke dalam kamarnya. "Kalian sedekat apa?"
"Dekat?" Aku balik bertanya karena bingung harus menjawab bagaimana. "Ya, kami sangat dekat." Kami sangat dekat hingga kami bercinta kemarin.
"Aku iri padamu karena selama ini dekat dengannya. Kalian sering bertemu sedangkan kami sudah lama tidak bertemu." Ujar Olivia dengan sebuah senyum tertahan menunjukan rasa sedihnya. "Tapi aku senang sebentar lagi kami akan menikah."
Melihat Olivia dan mendengar apa yang dikatakannya mengenai pernikahannya dengan Alec sedikit membuat aku merasa lucu sekaligus kasian pada gadis malang yang ada di hadapanku saat ini. Pria yang akan menikah dengannya sudah mengkhianati dirinya bahkan sebelum mereka menikah.
Entah bagaimana aku tertawa dalam hati melihat nasib malang dari adik pria yang sangat aku benci ini. Kau tidak akan bahagia karena Alec mencintaiku, Oliv. Rasanya ingin aku katakan kalimat itu padanya untuk memperlihatkan kalau aku adalah wanita yang beruntung memiliki cinta Alec.
"Viv, semalam apa yang terjadi? Dan dimana Vernon sekarang?" Tanya Olivia.
"Maaf, ibumu juga sudah bilang pada Veg kalau itu bukan urusannya. Dan seharusnya kau tahu jika itupun bukan urusanmu, Oliv." Jawabku. "Aku juga tidak peduli dimana Vernon berada sekarang."
"Kenapa kau berkata seperti itu? Bukankah kau sangat mencintainya? Sejak dulu kau mencintai Vernon bukan?"
Aku tertegun mendengar perkataan Olivia yang mengatakan sejak dulu aku mencintai Vernon.
"Karena itu kau mau menikah dengannya." Lanjut Olivia.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ
Thor...
teka-teki nya masih lama kaaaaaah?
2023-01-09
1