Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia untukku berubah menjadi hari berakhirnya kebahagiaanku. Aku genap berusia 24 tahun di hari ini namun di hari ini juga rasa putus asa pada diriku tergenapi karena harus menikah dengan pria arogan yang baru aku temui, bahkan aku belum mengenalnya sedikitpun.
Semua tamu undangan dari kalangan atas hadir karena bagaimana pun juga di negara ini, La Nostra adalah kelompok mafia kelas atas di kota Sisilia yang sangat dihormati bahkan oleh pemerintah Italia sekalipun. Di tambah paman Vernon adalah pimpinan dari mafia kota Napoli Camorra, yang juga merupakan mafia kelas atas di negara ini.
Banyak yang mengatakan kalau pernikahan kami adalah persatuan kedua jaringan mafia kelas atas di Italia. Selain itu banyak tamu yang berasal dari Norwegia, negara asal Vernon. Ibunya menikah dengan orang terkaya di Norwegia yang merupakan ayah Vernon sehingga tidak mungkin sedikit tamu yang hadir.
Sedangkan kedua orang tuaku, mereka tidak hadir karena sedang berada di Amerika. Aku tidak heran kenapa mereka tidak hadir, karena sepertinya mereka juga tidak menginginkan pernikahanku ini.
Arthur yang mengantarku ke altar dan menyerahkan aku pada Vernon. Ya, pada kenyataannya memang seperti itu, kakakku yang terkenal bengis pada siapapun yang menyerahkan aku untuk menjadi mainan musuhnya. Pada kenyataannya Arthur tidak bisa berbuat apapun karena terikat perjanjian di masa lampau pada Vernon. Aku sangat membenci kakakku itu sekarang.
Alec menatapku dengan sebuah tatapan yang tidak bisa aku mengerti maksudnya. Oh, cinta pertama dan terakhirku, kita tidak akan pernah bersama. Betapa sedihnya aku hari ini, aku berharap kau pun sama sedihnya ketika melihatku harus menikah dengan pria lain, Alec.
Vernon menciumku untuk mengakhiri prosesi pernikahan kami, itu artinya kami sudah menjadi sepasang suami istri. Dengan ini resmi sudah aku menjadi mainannya. Air mataku mengalir dengan sendirinya ketika Vernon menciumku, aku membiarkannya melakukan itu, bukan karena aku ingin melainkan sudah tak ada hal lain yang bisa aku lakukan lagi.
"Selamat ya, Viv. Tidak aku sangka kau menikah dengan sangat cepat bahkan sebelum kau lulus kuliah." Suara ceria sahabatku Sesya terdengar seperti lagu kusut di telingaku. Dia menghampiriku ketika acara pesta dimulai dan Vernon meninggalkan aku sendirian. "Selamat ulang tahun juga."
"Apa aku terlihat bahagia sekarang?" Tatapku pada Sesya.
"Ya, bahkan kau menangis saat suamimu menciummu." Jawab Sesya dengan senyum lebar andalannya.
"Sialan kau Ses!!" Geramku kesal.
"Viv..." Panggil Renata yang langsung datang memelukku. "Aku sangat menyayangimu, kau calon adik ipar terbaik di dunia. Aku sangat berterima kasih padamu."
Aku mengerti kenapa Renata mengatakan semua hal itu padaku. Aku memang menyayangi Renata seperti kakak kandungku sendiri karena dia dan Arthur sudah bertunangan selama tujuh tahun, dan selama ini kami dekat, tapi kali ini mendengar kata-katanya itu membuatku kesal dan ingin marah. Karena apa yang dikatakannya seperti dirinya tidak peduli jika aku menderita bersama pria seperti Vernon asalkan kakakku masih hidup.
"Sudahlah Ren, lepaskan aku." Seruku dingin.
Tiba-tiba aku melihat Alec sedang berbincang dengan adik Vernon. Adik Vernon yang duduk di kursi roda karena perbuatan Arthur sepuluh tahun lalu membuatnya lumpuh. Alec bersimpuh berbicara dengan gadis yang usianya sama denganku. Alec tersenyum pada gadis bernama Olivia. Melihat dia tersenyum pada gadis lain membuat aku merasakan kecemburuan.
"Ikut aku!!" Tiba-tiba Vernon menarik lenganku dan berjalan mengikutinya.
Aku berjalan dengan susah payah karena gaun pengantin yang aku kenakan, sedangkan langkah Vernon terlalu lebar. Dia membawaku keluar dari gedung pernikahan kami, dan itu membuatku menjadi bingung. Apa yang mau dilakukannya?
"Lepaskan tanganku!!" Seruku sambil menarik kasar lenganku dari cengkramannya ketika berada di halaman luar gedung.
Di depan kami sudah ada mobil yang siap jalan dengan pintu yang dibukakan oleh anak buahnya.
"Mau kemana? Pestanya belum selesai." Ujarku bingung.
"Pestanya tidak akan selesai jika kita masih berada di sana. Semua tamu akan segera pulang ketika tahu kita tidak ada." Jawab Vernon.
"Ta—tapi kita mau kemana?" Tanyaku dengan suara gemetar.
Vernon tersenyum dingin padaku. "Aku rasa kau pun tahu kita mau ke mana."
"Apa maksudmu?" Aku mencoba mengulur waktu dan berharap seseorang menarikku dari hadapan Vernon.
"Setelah kemarin aku melepaskanmu, tidak mungkin kali ini aku melepaskanmu lagi. Kita sudah menikah." Jawab Vernon menyeringai menggambarkan maksud tujuannya padaku.
Dengan cepat aku melangkah mundur dan berbalik mencoba untuk kabur. Namun Vernon malah tertawa sambil menggapai diriku dan mengangkatku lagi, memasukan aku ke dalam mobil.
Rasa takut, kesal, putus asa dan sedih bercampur aduk dalam diriku. Vernon tersenyum melihatku yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.
Aku merasa hidupku di neraka akan segera dimulai, dan entah kapan akan berakhir. Mungkin hanya kematian yang akan mengakhirinya.
"Kenapa wajahmu terlihat kacau seperti itu?" Lirik Vernon dengan menyunggingkan bibirnya. "Aku suamimu, jangan menatapku seperti itu."
Tidak berapa lama kami sampai di rumahnya, dan berarti sekarang adalah rumahku juga. Aku enggan turun karena tahu kali ini Vernon tidak akan melepaskan aku.
"Turunlah." Ujar Vernon. "Kau turunlah!!
Aku masih tidak bergeming sedikitpun.
Dengan kesal Vernon keluar mobil dan berjalan ke arah pintu tempat aku duduk. Dia membukanya dan langsung menarikku keluar, lagi-lagi dia mengangkatku di pundaknya membuatku tidak bisa berbuat apapun walau aku terus meronta-ronta dan memukul punggungnya. Hingga hiasan di kepalaku terlepas, membuat rambut panjangku terurai.
Vernon menaiki tangga menuju kamarnya. Lalu melepaskan aku ke atas tempat tidur yang sudah di hias dengan sangat indah untuk kami, pengantin baru.
"Kau lihat? Dekorasinya sangat bagus kan?" Tatap Vernon menatapku yang berada di atas tempat tidur. "Pasti kau sangat menyukainya, sayang."
Aku diam saja di atas tempat tidur melihat pria yang adalah suamiku berdiri di hadapanku.
"Aku rasa kita harus melakukannya sekarang, karena ini adalah malam pertama kita." Senyum dingin terpancar dari wajah Vernon.
Pria itu mulai melepas satu persatu pakaian pengantinnya dengan kasar hingga tersisa celananya. Sebuah tato dengan huruf W berada di rusuk kanannya.
"Kau ingin melepas gaun itu sendiri atau aku yang melepasnya?" Tatap Vernon tidak sabar.
Aku menggeleng tipis lalu dengan cepat turun dari tempat tidur berniat berlari ke pintu untuk keluar. Namun seperti yang sudah aku duga, Vernon dengan mudah menangkapku dan mendorongku kembali ke atas tempat tidur.
Kali ini dia melompat ke atas tubuhku yang berbaring dan langsung mencium bibirku. Sekuat apapun aku berusaha lepas dari jeratannya, sia-sia. Tenaganya bukan tandinganku.
Vernon menatapku dengan menyeringai. "Dimana gadis yang aku dengar sulit ditaklukkan?"
"Lepaskan aku!!" Tatapku mencoba terlihat berani.
Bukannya mendengar perkataanku, Vernon malah merobek gaun pengantin yang aku kenakan dan mulai mencium bagian leherku. Aku berada dalam kungkungan tubuh kekarnya, dan aku sudah pasrah. Aku mulai menangis ketika dia melepaskan seluruh gaun pengantin yang aku pakai. Memperlihatkan pakaian dalam yang aku kenakan.
"Kau hanyalah penebus dosa kakakmu. Aku akan membuatmu merasakan api neraka, sayang." Bisiknya ke telingaku.
"Lepaskan aku." Pintaku.
"Tidak ada alasan untuk aku melepaskanmu." Jawab Vernon sambil melepaskan kaitan celana panjang yang dikenakannya. "Selamat ulang tahun istriku. Kau adalah milikku sekarang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
ganasss tapi nanti pasti bucin akut🚶🚶🚶🚶
2023-12-16
0
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
kita taruhan deh Vernon pasti bucin duluaaann
2023-10-10
0