Vernon langsung memelukku ke dalam dekapannya setelah dirinya memanggilku dengan nama wanita yang dicintainya. Aku masih mematung dan membiarkan dirinya memelukku. Vernon menganggap diriku adalah Wynetta. Jadi selama ini setiap dia menyentuhku yang dipikirannya diriku ini adalah wanita itu.
"Aku sangat mencintaimu." Ujar Vernon. "Aku tidak percaya kalau kau mengkhianatiku."
"Vern, apa yang kau katakan?" Tanyaku bingung yang masih didekapnya. "Kau masih tertidur? Ini aku Vivian."
Aku mencoba mendorong Vernon untuk menyadarkan dirinya yang aku duga masih setengah bermimpi. Vernon langsung melepasku dan menatapku dengan kesadaran yang penuh. Dengan segera aku beranjak menghidupkan lampu untuk melihat keadaannya. Karena aku merasakan demam ditubuhnya yang sangat panas.
"Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang." Seruku setelah memegang kening Vernon yang terasa sangat panas. "Kau belum minum obatnya?"
"Tidak perlu ke rumah sakit." Jawab Vernon duduk bersandar di atas tempat tidur. "Matikan kembali lampunya. Aku ingin kembali tidur."
"Kau harus minum obat sebelum tidur." Aku menyodorkan pil aspirin ke arah mulutnya.
Sesaat Vernon melirik padaku sebelum memasukan pil tersebut ke mulutnya. Aku pun memberikannya minum untuk mendorong masuk obat yang diminumnya.
"Apa kau tahu, kau baru saja mengigau?" Tanyaku yang masih duduk di sisi tempat tidur menghadap Vernon. "Kau menyebut wanita itu berkhianat darimu. Apa itu benar? Apa dia mengkhianatimu?"
"Itu bukan urusanmu." Jawab Vernon dingin. "Keluarlah, kau bisa tidur di kamar lain atau perlu kau tidur di ruang pakaian lagi. Aku tidak ingin melihatmu disini."
Mendengar perkataannya aku mendengus kesal. Dia mengusirku keluar dari kamar ini? Yang benar saja. Aku melirik jam dinding yang saat ini masih menunjukan pukul sebelas malam. Aku rasa ini belum terlalu malam.
"Baiklah, kau bisa tidur di kamarmu ini." Aku tersenyum karena berencana pergi. Ya, aku berencana menemui Alec di rumah sakit. Aku sangat merindukannya dan ingin berduaan dengannya sekarang.
Dengan segera aku masuk ke dalam ruang pakaian dan mengambil pakaian baru untuk aku gunakan saat menemui Alec. Saat aku keluar dari ruang pakaian, Vernon menatapku aneh.
"Kau mau kemana?" Tanya Vernon.
"Aku akan tidur di rumahku. Kau tidak ingin aku tidur disini kan? Kebetulan sekali aku sangat ingin kembali ke rumahku." Jawabku sambil menyisir rambutku dengan lembut.
Tiba-tiba Vernon beranjak turun dan mendekatiku lalu memegang lenganku dengan kasar. Tatapannya menajam seperti tidak menyukai apa yang aku katakan. Ya, sepertinya dia memang tidak ingin jika aku pergi ke rumahku.
"Ada apa? Aku sudah bilang padamu sekarang, jadi seharusnya tidak masalah kalau sekarang aku pergi ke rumahku." Ujarku mentap Vernon.
"Sekarang rumah ini adalah rumahmu." Ucap Vernon dengan tatapan dingin. "Kau tidak boleh kemanapun, bahkan hari ini belum terlewati setelah keadaan buruk tadi siang." Tatap Vernon.
"Kau bisa menyuruh anak buahmu mengantarku kan? Aku akan tetap pergi." Aku menarik lenganku dari pegangan tangan Vernon. "Aku juga tidak ingin mengganggumu."
Sekali lagi Vernon menarik tanganku dan kali ini semakin kasar dia mengangkat tangan kiriku ke atas dengan tangan kanannya.
"Dengarkan kata-kataku, atau aku akan mencari pria itu dan membunuhnya!!?" Seru Vernon.
Pria itu? Membunuhnya? Perkataan Vernon membuatku terkejut. Sepertinya dia tahu kalau aku hendak menemui pria yang aku cintai. Itu tidak akan bagus jika Vernon sampai tahu siapa pria itu.
"Baiklah." Jawabku. "Lepaskan tanganku sekarang."
"Ternyata benar, kau ingin menemui pria yang membuatmu ingin bunuh diri kemarin kan? Ada apa? Apa sekarang kau tidak ingin menghabisi dirimu lagi? Apa sekarang kalian bersama?" Tatap Vernon dengan lekat tanpa mengendurkan pegangan tangannya yang kuat dari lenganku. "Kau mengkhianatiku?"
"Aku tidak mengkhianatimu karena sejak awal aku tidak mencintaimu. Kau pun tahu itu." Jawabku dengan tatapan dingin pada Vernon.
"Sepertinya kau lupa kalau kita sudah menikah." Ujar Vernon.
Aku sedikit tertawa mendengar ucapan naif Vernon mengenai pernikahan kami. Bagaimana dia bisa menyinggung mengenai pernikahan kami ini? Itu sangat menggelikan sekarang.
"Ayolah Vern, kau juga tahu tidak ada yang harus dibicarakan mengenai pernikahan kita." Ucapku. "Jangan seperti ini, kau jadi terlihat bodoh karena aku juga tahu kau tidak mencintaiku. Kau bisa mencari wanita lain dan bersenang-senang dengan hidupmu."
Vernon mendengus kasar mendengar perkataanku. Tatapannya semakin tajam dan bibirnya menyeringai padaku.
"Jika seperti itu untuk apa aku menikahi gadis sepertimu? Sudah aku katakan aku akan membuat neraka untukmu!! Jangan pernah berpikir kau bebas dengan hidupmu!! Aku akan mengurungmu selamanya!!" Ujar Vernon.
Setelah itu dia mendorongku ke atas tempat tidur dengan sangat kasar. Namun setelahnya menarikku lagi dan merobek blouse yang aku pakai hingga semua kancingnya terlepas lalu menarikku hingga tubuh kami menempel.
"Kau adalah milikku! Arthur harus tahu bagaimana aku menyiksamu karena perbuatannya tidak akan pernah aku ampuni." Ucap Vernon setelah itu mencium bibirku.
Tenaga Vernon semakin kuat mengekang tubuhku padahal saat ini pundaknya masih terluka karena luka tembak itu. Aku tidak bisa berbuat apapun dan membiarkan pria itu menyentuhku lagi.
Vernon mendorongku ke tempat tidur lagi dan melompat ke atasku, menguasai diriku dalam kungkungannya. Dia terus menciumi leherku dengan tangannya memegang lenganku agar aku tidak menghentikan perbuatannya.
"Apa kau tahu apa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu?" Tiba-tiba Vernon berhenti mencumbuku dan menatapku dengan tatapan yang sangat tajam. "Ini sangat tidak adil. Semua karenamu tapi bahkan kau tidak mengingat apapun."
"Apa maksudmu?" Tanyaku tidak mengerti dengan ucapannya.
Kenapa semua menjadi salahku? Sepuluh tahun yang lalu? Apa maksudnya mengenai kematian wanita bernama Wynetta? Tapi kenapa sekarang Vernon menyalahkan aku atas kematiannya? Bukankah Arthur yang membunuh wanita itu? Lalu apa maksudnya dengan aku tidak mengingat apapun?
Mendengarnya aku tersadar kalau banyak hal memang tidak aku ingat dalam hidupku. Semuanya tidak ada di dalam memori kepalaku. Walau aku mencoba mengingatnya, aku tidak bisa mengingat apapun. Mengenai pertanyaan Renata, perkataan Vegard dan sekarang Vernon mengatakan mengenai ingatanku yang tidak mengingat kejadian sepuluh tahun lalu.
"Apa maksudmu, Vern? Katakan padaku apa yang tidak aku ingat?" Aku berharap agar Vernon mengatakan hal yang sebenarnya padaku. "Katakan padaku semuanya. Kenapa kau berkata seperti itu? Memangnya apa yang tidak aku ingat? Kenapa kau berkata semua karenaku juga?"
Pertanyaanku seperti tidak dihiraukan Vernon. Dia kembali menciumku dan bahkan mencoba melepaskan semua pakaian yang tersisa di tubuhku. Walau aku meronta dan ingin dia segera menjawab semua pertanyaanku tadi, dia tetap tidak menghentikan perbuatannya.
Tatapannya terlihat sangat marah hingga rasanya pria yang ada di depanku saat ini adalah seorang iblis. Aku berusaha beranjak bangun namun Vernon mendorongku lagi ke tempat tidur.
Dengan sekuat tenaga aku menampar wajahnya hingga tiga kali untuk menghentikan perbuatannya pada tubuhku yang sudah tak berbusana. Dia hanya menatapku setelah aku menamparnya.
"Katakan padaku apa yang terjadi sepuluh tahun lalu?" Tatapku dengan penekanan agar Vernon menjawabnya.
"Kaulah yang menyebabkan semua itu terjadi." Jawab Vernon dengan mata yang memerah karena menahan air matanya.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments