Dengan cepat aku langsung beranjak bangun dari tidurku ketika Vegard berjalan masuk ke dalam kamar. Aku tidak mengerti apa yang ingin dilakukan pria itu dengan berada di kamar aku dan Vernon.
"Sepertinya kau memang tidak mengenaliku juga." Ujar Vegard saat sudah berdiri di hadapanku.
Aku sama sekali tidak mengerti dengan perkataannya karena aku merasa tidak pernah bertemu dengannya.
Tanpa aku duga, Vegard memelukku namun aku langsung mendorong tubuhnya. Aku tidak bisa membiarkannya melakukan hal tersebut padaku.
"Aku senang bisa melihatmu lagi." Ucap Vegard dengan sebuah senyum.
"Keluarlah, aku rasa tidak ada hal yang bisa kita bicarakan." Ucapku.
"Tapi banyak hal yang bisa kita lakukan." Jawab Vegard, perkataannya itu membuat aku bingung. "Contohnya, bercinta?"
Aku mendengus kesal melihat pada Vegard. Sifatnya sangat blak-blakan tanpa basa-basi. Berani sekali dia berbicara seperti itu kepada istri dari kakaknya.
"Apa kau tahu? Seharusnya kau menikah denganku bukan dengan Vernon." Vegard menyunggingkan senyumnya. "Sepertinya tidak ada yang pernah memberitahumu."
Tak ada yang aku mengerti dari semua perkataan Vegard. Aku tahu sepertinya dia hanya bergurau atau hanya menggodaku saja. Dia tidak benar-benar serius dengan semua ucapannya. Dari cara bicaranya sangat terlihat jika Vegard merupakan tipe yang asal bicara tanpa dipikir terlebih dulu.
"Ternyata kau menganggap serius perkataanku ya?" Tiba-tiba Vegard tertawa. "Ayolah, santai saja. Kita bisa berteman sekarang. Aku akan berada sangat lama di sini, jadi kita bisa berteman. Bagaimana?"
"Tidak masalah." Jawabku.
Vegard memulas senyum di wajahnya dengan mengedipkan satu matanya sebelum berjalan keluar dari kamar.
Tubuhku aku hempaskan kembali ke tempat tidur sambil menghela napas. Aku tidak ingin menambah pikiranku dengan semua perkataan asal Vegard tadi dan memilih untuk tidur.
Tengah malam aku terbangun ketika seseorang masuk ke kamarku dan menghidupkan lampu yang sudah aku matikan. Aku terkejut melihat kehadiran Vernon yang tampak mabuk.
Padahal sebelum pergi dia bilang akan tidak pulang tapi saat ini di jam dua malam dia kembali dan dengan keadaan yang mabuk.
Aku hanya menatap kehadirannya tanpa beranjak turun dari tempat tidur. Vernon meminum segelas air putih yang berada di bupet di samping pintu kamar mandi setelah itu berjalan sempoyongan ke arahku.
"Viv, apa kau tahu yang terjadi waktu itu?" Racau Vernon yang duduk di sisi tempat tidur menatapku.
Saat ini di dahi Vernon terdapat sebuah luka yang mengeluarkan sedikit darah. Entah apa yang terjadi padanya dan bagaimana luka itu dia dapatkan. Aku hanya diam menatap Vernon yang sudah sangat mabuk saat ini.
"Sepertinya kau memang tidak ingat." Vernon memegang wajahku dengan kedua tangannya.
"Kau sangat mabuk. Cuci mukamu dulu." Jawabku memegang kedua tangan Vernon yang ada di wajahku agar dia melepaskannya.
Namun Vernon malah menarikku dan menciumku. Aku dapat merasakan rasa vodka dari bibirnya. Dengan susah payah aku mencoba menghentikannya untuk tidak menciumku dengan mendorong tubuhnya. Vernon melepasku dengan sebuah tawa.
"Ada apa denganmu? Kenapa dahimu terluka? Sebaiknya basuh wajahmu dengan air dingin dulu dan beristirahatlah. Aku tidak ingin menanggapi ocehanmu, aku hanya ingin kembali tidur."
"Diamlah!!" Seru Vernon memegang wajahku dengan tangan kanannya. Menekan kedua pipiku dengan kasar.
Namun lagi-lagi Vernon menciumku. Kali ini dia menahanku agar tidak menghentikannya dengan cara mendekapku.
"Hentikan Vern, kau sedang mabuk." Ujarku saat Vernon mulai menciumi leherku, namun pria itu tidak mau mendengarkan ucapanku. "Aku bilang hentikan!!"
Vernon berhenti dengan menatapku tajam. "Kau salah, aku tidak mabuk." Jawab Vernon setelah itu mendorongku hingga berbaring dan langsung menciumku.
Vernon langsung melucuti pakaianku dengan memberikan tanda cinta ke sekujur tubuhku. Aku diam saja membiarkan dirinya melakukannya lagi padaku.
...****************...
Aku membuka mata di pagi hari. Vernon masih tertidur di sampingku. Kami masih belum berpakaian setelah beberapa jam yang lalu kami jatuh tertidur setelah lelah bercinta.
Saat ini baru jam enam pagi. Dengan segera aku masuk ke kamar mandi untuk mandi karena hari ini aku berniat untuk ke pergi ke rumahku.
Dengan langkah ringan aku menuruni tangga dengan membawa tas tangan mahal yang aku beli di Paris bulan lalu. Mengingat ketika membelinya dulu membuat aku merindukan masa-masa kebebasanku saat itu.
"Ini masih terlalu pagi untuk pergi berbelanja." Terdengar suara Vegard dari arah belakangku ketika aku hendak membuka pintu rumah. "Mau kemana pagi-pagi begini?"
"Apa aku harus menjawabnya?" Tanyaku dengan kesal melihat kehadiran pria itu yang menghentikan langkahku.
"Tidak juga. Ya, silakan kau bisa pergi kemanapun kau mau." Jawab Vegard dengan sebuah senyuman yang membuat aku tidak suka. "Oh iya, aku dengar hubunganmu dengan Alec lumayan dekat. Apa kalian tidak saling menyukai?"
Aku tertegun mendengar pertanyaan Vegard. Dari caranya bertanya aku tidak terlalu yakin jika itu sebuah pertanyaan karena ingin tahu atau karena merasa curiga pada aku dan Alec.
"Kami saling menyukai." Tiba-tiba Alec turun dari tangga. "Tapi hubungan kami sebatas teman. Veg, biarkan Viv pergi, aku tahu kau tidak suka denganku tapi jangan mencari celah diriku pada keluargamu sendiri. Viv adalah istri kakakmu, jangan membuatnya menjadi tidak nyaman."
Vegard tertawa mendengar perkataan Alec yang sudah berdiri di dekat kami berdua. Aku jadi mengerti jika Vegard bertanya seperti tadi dengan tujuan untuk membuat Alec dan Olivia tidak menikah, karena pria itu tidak menyetujui pernikahan itu terjadi. Entah kenapa aku jadi ingin mendukung Vegard dalam masalah ini. Tapi itu mustahil aku lakukan.
Tapi melihat keberadaan Alec sepagi ini di sini membuat aku menyimpulkan jika semalam dia bermalam bersama Olivia. Mengetahuinya membuat aku tidak mau memikirkannya lagi.
"Kau salah, Alec. Aku hanya berusaha agar Viv dan Vern berpisah." Jawab Vegard tersenyum ciri khasnya. "Ya, aku berusaha agar orang asing itu tidak memiliki hidup yang lebih baik dariku." Setelah berkata seperti itu Vegard berjalan pergi meninggalkan aku dan Alec.
Perkataan Vegard membuat aku tidak mengerti. Siapa yang dia sebut orang asing? Vernon? Bukankah mereka adalah saudara?
"Viv, kau ingin kemana? Aku akan pulang, apa kau ingin aku mengantarmu?" Tanya Alec.
"Aku ingin pulang ke rumahku." Jawabku.
"Baiklah, aku akan mengantarmu, kebetulan aku ingin menemui Art." Ujar Alec.
Aku menyetujui dan ikut bersama Alec, menumpang di mobilnya untuk pergi ke rumahku yang sekarang bukan menjadi rumahku lagi.
Perkataan Vegard membuat aku penasaran saat ini. Apa yang dimaksudnya dengan orang asing tadi? Siapa orang asing itu?"
"Alec, apa maksud dari perkataan Vegard tadi? Dia bilang orang asing. Siapa yang dia maksud orang asing itu?" Tanyaku menoleh pada Alec yang sedang menyetir.
"Aku tidak tahu apa boleh memberitahumu atau tidak. Tapi saat kau tahu, kau harus bersikap seolah-olah belum mengetahuinya. Kau mengerti, Viv?"
Aku mengangguk merespon perkataan Alec.
"Sebenarnya yang dimaksud adalah Vernon. Vernon hanya anak angkat keluarga Skjoldbjærg. Dia hanya diadopsi sejak bayi."
Mendengar Jawaban Alec aku langsung membeku karena kabar yang aku dapat sangat tidak aku kira.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
oh Ver... tidak ku duga ternyata anak angkat.. baca lagi🚶🚶🚶
2023-12-16
0
☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ
hiks hiks hiks
2023-01-09
1