Dubrak!
Aku membanting pintu kamarku dengan sangat keras hingga rasanya rumahku bergetar. Kekesalan pada kakakku sangat aku rasakan saat ini.
Setelah pria bernama Vernon pergi dengan meninggalkan sebuah mimpi buruk padaku, Arthur diam saja saat aku bertanya apa maksud dari semua ini. Dia tidak menampik ataupun mencegah pria itu yang ingin menikahiku.
Pria itu sudah merencanakan pernikahan kami tanpa aku atau keluargaku tahu sebelumnya. Hari sabtu katanya? Itu tiga hari lagi, dan hari itu juga hari ulang tahunku ke 24 tahun. Aku tidak bisa menerima ini.
"Apa maksudnya menebus dosa? Kenapa aku yang harus menebus dosa si bodoh Art?" Kesalku.
Aku berjalan keluar kamarku untuk memprotes habis-habisan mengenai pernikahan tersebut. Aku tidak akan pernah mau menerimanya apapun alasannya.
Ketika aku hendak ke ruangan kerja Arthur lagi, langkahku terhenti saat melewati lorong di rumahku. Dari arah beranda yang tidak jauh dariku berdiri aku bisa mendengar suara Alec dan Arthur yang sedang berbicara saat ini. Aku segera berdiri di balik pintu beranda yang tertutup tirai untuk mencuri dengar.
"Dalam Perjanjian itu memang tertulis dia akan kembali dalam sepuluh tahun untuk menagih penebusan dosamu, Art." Ujar Alec. "Tapi tidak aku sangka dia akan meminta Viv sebagai penebusan dosamu."
"Apa yang harus aku lakukan, Alec?" Suara Arthur yang biasanya terdengar garang sekarang terdengar lirih. "Aku tidak akan menyerahkan adikku sendiri pada pria mengerikan seperti Vernon."
"Kalau begitu serahkan nyawamu padanya." Seru Alec. "Kau sudah mengambil nyawa wanita yang sangat dicintainya, dan kau juga membuat adik perempuannya cacat seumur hidup. Jika kau tidak memberikan apa yang Vernon mau, di perjanjian tersebut tertulis kau harus menyerahkan nyawamu."
Aku sangat terkejut mendengar perkataan Alec mengenai perjanjian antara Arthur dan Vernon. Alasan kenapa dibuat perjanjian tersebut semakin membuatku tidak mengira. Apa benar Arthur membunuh wanita yang dicintai pria bernama Vernon? Apa Arthur juga membuat adik perempuannya menjadi cacat seumur hidup?"
"Apa kau sengaja melakukannya, Art?" Aku muncul ke beranda dan berdiri di ambang pintu. "Kenapa harus aku yang bertanggungjawab untuk dosamu? Serahkan saja nyawamu padanya!!"
"Viv, dengar dulu, jangan bicara seperti itu." Ujar Alec.
"Ya, aku akan menyerahkan nyawaku saja padanya." Jawab Arthur menatapku. "Sampaikan maafku pada papa dan mama. Juga bilang pada Renata aku harus meninggalkannya. Aku akan menemui pria itu sekarang juga."
"Apa maksudmu, Art?" Tiba-tiba Renata tunangan kakakku berdiri di belakang aku. "Apa yang baru kau katakan? Minta maaf karena apa? Kenapa Kau ingin meninggalkan aku? Kau ingin menemui siapa? Apa yang akan terjadi?" Renata menghujani pertanyaan pada Arthur sambil mengguncang tubuh Arthur.
Arthur tak menjawab dan membisu, dia terus menatap padaku, setelah itu berjalan melewatiku dan pergi meninggalkan rumah. Tak mempedulikan tunangannya yang kebingungan.
Melihat kepergian kakakku untuk menyerahkan nyawanya pada pria bernama Vernon, aku berjalan kembali ke kamar. Renata mengejarku dan berusaha mendapatkan jawaban dariku yang enggan menjawab pertanyaannya.
Aku masuk ke kamarku kembali dan mengunci pintu kamarku walau Renata masih berusaha mendapatkan jawaban dariku dengan menggedor-gedor pintu kamar.
"Tenanglah, Ren." Ucap Alec.
"Apa yang akan dilakukan Art, Alec? Kenapa rasanya terdengar seperti dia ingin menjemput kematiannya?" Suara Renata terdengar gemetar di balik pintu.
Aku hanya duduk di sisi tempat tidur sambil memikirkan semuanya. Aku tidak akan menikah dengan pria itu, itu adalah hal yang aku inginkan. Tapi rasanya kenapa aku semakin gelisah? Aku memikirkan Arthur yang pergi ke rumah Vernon untuk menyerahkan nyawanya, itu berarti aku akan kehilangan kakakku selamanya. Entah kenapa aku tidak ingin itu terjadi.
Akhirnya aku beranjak dari tempatku dan berjalan ke arah pintu. Aku membuka pintu dan melihat Renata sedang menangis karena kebingungan dengan apa yang akan terjadi pada tunangannya. Sedangkan Alec langsung menatapku.
Sejenak aku berkutat pada pikiranku sebelum mengatakan sesuatu untuk mengambil langkah besar dalam hidupku. Napasku terasa berat saat ini.
"Alec, tolong antarkan aku ke rumah pria itu." Ucapku dengan keraguan serta rasa pasrah.
Sebuah rumah bergaya Eropa kuno yang luasnya tidak jauh berbeda dengan rumahku terdapat sebuah air mancur berada di tengah-tengah halaman depan bangunan tersebut. Aku dan Alec bergegas turun dari mobil. Beberapa orang berjas awalnya terlihat ingin menghadang langkahku namun saat melihat Alec berada di belakangku, mereka langsung memberikan kami jalan. Bahkan salah satu dari penjaga mengantar kami ke sebuah ruangan.
Ketika pintu ruangan dibuka, Vernon sedang mengacungkan sebuah pistol ke arah Arthur yang berdiri di hadapannya. Secepatnya aku berlari dan berdiri membelakangi kakakku tersayang, Arthur.
"Aku akan setuju—aku akan menikah denganmu." Ucapku.
Vernon menarik pistolnya dengan sebuah senyum kemenangan. Aku bisa melihat seberapa puasnya dia saat ini. Jika mengingat kesombonganku saat di mobil tadi, itu membuatku menjadi malu saat ini. Namun aku sudah ambil keputusan walau dengan terpaksa.
"Katakan sekali lagi!" Seru Vernon dengan senyum mengejeknya.
"Aku setuju menikah denganmu." Mengatakannya sekali lagi membuat rasa sedih yang aku tekan menjadi menyeruak keluar. Pelupuk mataku hingga tergenang dengan air mata.
Aku menoleh pada Alec yang berdiri tidak jauh dariku yang juga menatapku. Selamat tinggal cinta pertama dan terakhirku.
Tiba-tiba Vernon menarikku dan tanpa aku duga, pria itu menciumku. Aku mendorongnya sangat keras agar melepas ciumannya yang memaksa, lalu dengan segenap tenagaku meninju wajahnya.
Namun pria itu tertawa sambil mengusap sudut bibirnya.
"Sialan kau, Vern!!" Seru Arthur mencoba mendekati Vernon namun Alec menahannya. "Jangan sentuh adikku!!"
"Ada apa Art?" Tatap tajam Vernon. "Kami akan menikah. Kau tidak mungkin melarangku menyentuhnya. Pergilah, tinggalkan adikmu di sini atau aku ambil nyawamu."
"Ayo Art!!" Ujar Alec.
Mendengar Alec berkata seperti itu membuat aku bersedih. Alec bersikap seolah-olah tidak peduli dengan nasibku. Dia mengajak kakakku pergi dari sini meninggalkan aku bersama pria ini?
"Art—" Aku mencoba memanggil Arthur agar dia tidak berencana pergi meninggalkan aku.
Arthur hanya menatapku dengan tatapan penyesalan lalu setelah itu berbalik dan berjalan bersama Alec, pergi meninggalkan aku. Aku melangkah berniat mengikutinya namun Vernon lebih dulu mencengkram lenganku.
"Mau kemana kau, sayang?" Ujar Vernon dengan menyeringai.
Aku berusaha melepaskan cengkramannya namun tiba-tiba dia mengangkatku ke pundaknya seperti tadi saat pertama kali kami bertemu. Dia berjalan ke sebuah ruangan yang aku yakin adalah kamarnya. Dia melepaskan aku di tempat tidurnya dengan sebuah senyum yang terlihat menakutkan untukku.
"Kau tahu sayang, sebaiknya kita berkenalan terlebih dahulu sebelum menikah." Ujar Vernon.
"Sialan kau!! Lepaskan aku!!" Aku berada di atas tempat tidurnya dengan menatap dengan kebencian padanya. "Aku setuju menikah bukan berarti kau bisa melakukan segalanya padaku!!"
Vernon tertawa mendengar ocehanku. Itu membuatku menjadi sangat kesal. Rasa kesal bercampur putus asa, membuatku bingung harus berbuat apa lagi.
"Apa kau tahu apa yang sudah kakakmu perbuat pada hidupku?" Tanya Vernon dengan sebuah tawa menatapku.
Tawa itu tidak menggambarkan sebuah rasa senang pada dirinya namun sesuatu tersirat dari tatapannya padaku, sebuah kesedihan. Aku tahu dia kehilangan wanita yang dicintainya dulu karena perbuatan kakakku. Rasa sedihnya dapat aku lihat saat ini.
Tiba-tiba Vernon mendekatiku dan memegang wajahku dengan tangan kanannya, menekan kedua pipiku. Tatapannya tajam, dan penuh kebencian. Ya, bagaimana tidak, dia pasti membenciku sama seperti dia membenci Arthur.
"Aku akan membuat hidupmu seperti di neraka!!" Ancam Vernon dengan tatapan sangat tajam padaku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
bagus cerita nya aku suka
2023-12-16
0
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁
Balas dendam berujung bucin 🙄🙄🙄🙄🙄
2023-10-10
0
🌕🌊🍁🪷
sumpah gue suka ini cerita. teruskan thor
2022-12-22
2