Kehadiran Mantan.

Sabrina sudah selesai dirias, kemudian berjalan anggun bak ratu diapit dua orang wanita, Lastri dan juga Prlily menuju masjid.

Di belakangan nya diiring dua bocah yakni sebagai dayang-dayang.

Sampai di depan penghulu ia duduk di samping pria yang tak lain adalah Adnan. Salah satu panitia membentang kain guna menutup kepala calon sepasang pengantin.

Adnan mengucap ijab kabul dengan lancar.

Sah

sah

Sah

Ya saat ini Sabrina sudah menjadi istri sang duda. Doa dari orang tua, kerabat, dan juga sahabat mengalir.

Selanjutnya dilakukan ritual yang lain, seperti nesehat perkawinan, sungkeman, dan lain sebagainya.

********

"Cup" satu kecupan mesra dari bibir Adnan ketika mereka sudah di kamar akan segera bersiap-siap berangkat ke hotel.

"Mas" Wajah Sabrina merona mendapat serangan mendadak dari sang suami yang baru saja sah. Ia memegangi bibirnya, karena Adnan sudah mengambil ciuman untuk yang pertama kali.

Adnan terkekeh lalu memegang dua pergelangan tangan sang istri menatap nya lekat.

"Terimakasih... kamu sudah bersedia mendampingi aku," ucapnya lalu menarik pelan kepala sang istri mencium kening Sabrina lembut.

Deg degan itu yang dirasakan Sabrina, tetapi bukan karena sudah jatuh cinta pada pria yang selalu membuatnya bingung akan sikap dan perilaku Adnan. Tujuh bulan sudah. Sabrina selalu bersama Adnan. Namun, benih-benih cinta belum tumbuh di hati Sabrina. Grogi itulah sebutan yang tepat untuk Sabrina dan mendominasi pikiranya.

Tok tok tok.

"Masuk" suara ketukan pintu membuat Sabrina merasa diselamatkan. Ia segera membuka nya. Namun Adnan mengikuti lalu memegang pundak Sabrina dari belakang.

"Bundaaa..." bocah yang sudah mengenakan baju pesta itu, mendorong lengan Adnan agar menjauh dari Sabrina. Afina lantas merangkul perut Sabrina posesif.

"Waah... kamu sudah cantik!" di toelnya hidung mancung anak sambungnya sambil membungkuk menyejajarkan tubuhnya.

"Sama siapa kamu kesini?" tanya Adnan.

"Sendiri, tadi lari-lari, soalnya kata Nenek, aku nggak boleh mengganggu Bunda, ya sudah! Lari saja nggak bilang sama Nenek," adu Afina. Sabrina menoleh Adnan kedua nya lantas tertawa.

"Fina nggak ganggu kan Bun," Afina mendongak menatap Sabrina.

"Nggak dong... masa ganggu... kesini yuk." Sabrina tersenyum mengait jemari Afina. Namun

Adnan cepat menggendong putrinya lalu mengajaknya duduk di ranjang, diikuti Sabrina.

"Bunda, kata Nenek, Bunda kan sudah menjadi Bunda Fina beneran, berarti nanti malam aku boleh bobok sama Bunda kan?" tanya Afina polos.

"Boleh..."

"Nggak..."

Sabrina maupun Adnan menjawab bersamaan.

"Iihh Papa... orang Bunda saja boleh kok," Afina cemberut.

"Boleh kok sayang..." Sabrina menyahut.

"Nanti malam... Papa nggak boleh lagi bobo sama Fina, biar Fina sama Bunda aja," Afina membuat aturan. Menggerak-gerakan telunjuknya ke arah Adnan tampak lucu. Adnan menggaruk tengkuknya merasa gemas pada putrinya.

"Okay sekarang Fina sama Nenek dulu, Bunda mau siap-siap," kata Adnan.

"Tapi berani nggak Fina, mendingan Mas antar dulu deh, di rumah ini kan kosong Mas," Sabrina khawatir. Sebab semua keluarga masih di masjid.

"Berani Bunda,"

Afina berlari menemui sang Nenek yang masih di masjid. Sementara Fatimah sedang bertanya kesana kemari, mencari cucunya.

"Nenek..." tanpa berdosa bocah itu berlari menghampiri Fatimah.

"Fina... duh! Kamu darimana? Nenek mencari-cari kamu?" wajah Fatimah masih tegang.

"Nyusul Bunda, habis kalau bilang sama Nenek. Nenek nggak boleh. Iya kan?" Afina justeru bertanya.

"Kamu! Ya sudah... kita temui Kakek dulu," Fatimah menuntun cucunya mecari sang kakek.

*********

Dua jam kemudian, di salah satu hotel, resepsi pernikahan sangat meriah. Tampak tamu-tamu berdatangan silih berganti. Para sahabat Adan, teman-teman kuliah Adnan dulu.

Para dosen, guru, stap yayasan, stap kampus di antaranya, belum lagi tamu-tamu papa Rachmad dan Fatimah.

Tampak kedua mempelai berdiri di pelaminan tidak berhentinya tersenyum menyambut para tamu. Afina yang duduk di tengah antara Sabrina dan Adnan kerap kali pipi dan hidungnya yang mancung menjadi sasaran empuk para undangan karena gemas.

"Mbak Mila, kok dari tadi saya tidak melihat teman Sabrina yang datang?" tanya mama Fatimah.

"Ada Bu, tapi hanya beberapa teman wanita Ina saja," Kamila menjawab.

"Loh, bagaimana sih Ina, ini kan hari bersejarah baginya, tapi kenapa malah nggak ngundang teman-temannya" sesal Fatimah.

"Tidak apa-apa Bu, sudah keputusan Sabrina," pungkas Kamila.

Memang benar ternyata Sabrina membuktikan ucapanya, tidak mengundang teman-teman pria. Hanya beberapa teman wanita. Itupun, karena Prily yang punya inisiatif. Prily paling sibuk membantu menyiapkan segala sesuatunya termasuk mengundang teman-teman.

"Selamat menempuh hidup baru," Arman datang menggandeng Lastri, bersama anak dalam gendongan yang baru berumur belum genap satu tahun.

"Terimakasih Pak," Adnan menjabat tangan Arman.

"Selamat ya In," Lastri cipika cipiki dengan Sabrina.

"Terimakasih Bu Lastri..." Sabrina senang, guru idolanya datang.

"Ina... hebat loe, sekali tepuk dapat dua," seloroh Akila. Akila dkk sudah datang memberi ucapan kedua mempelai.

"Memang nyamuk," Sabrina menyahut.

"Hihihi..." Prily tetawa geli.

"Oh iya In, Kevin sudah datang belum? Kok dari tadi gw nggak lihat?" tanya Akila, sejak tadi memang mencari Kevin.

Adnan menarik napas berat menoleh Istrinya yang hanya diam. Hingga Akila turun dari pelaminan karena yang di belakang sudah mendorong.

"Cieee... cieee... katanya... Ngak! Nggak! tapi ternyata..." Bobby menaik turunkan alis nya. Mungkin tidak abdol bagi Bobby jika tidak meledek sahabat nya.

"Om cacingan ya, kok kedip-kedip," celetuk Afina. Membuat Sabrina seketika tertawa.

"Kok cacingan sih..." Bobby gemas.

"Kata Nenek, kalau beli kucing jangan yang kedip-kedip, soalnya cacingan," imbuh Afina. Adnan pun menggerakkan bibirnya." Rasain!"

Bobby pun akhirnya turun dari panggung pelaminan. Malu akan kata-kata polos Afina yang menyamakan dirinya denagan kucing.

Setelah kepergian Bobby banyak tamu-tamu yang lain.

Di antaranya wanita berpakaian minim, rambut ikal bergelombang panjang sepundak di cat warna pirang. Di gandeng pria yang tingginya di atas rata-rata orang Indonesia. Kulitnya yang putih kas negara A memang menawan.

Sabrina bergeming memandang sepasang pria dan wanita itu tampak naik ke panggung.

"Bella" batin Sabrina meremas telapak tangan Adnan tanpa ia sadari. Adnan merasa senang baru kali ini Sabrinya berani memegang tangannya. Namun Adnan menatap ganjil kala Sabrina menatap salah satu tamu.

Adnan melempar pandang siapa gerangan yang menjadi perhatian istrinya.

Adnan tak kalah terkejut, wanita yang sudah menorehkan luka di dalam hatinya, dan luka itu sulit untuk disembuhkan. Kehadiran Sabrina lambat laun membuat lukanya hampir mengering. Namun wanita itu kini datang lagi dan menyiram luka hingga menganga kembali.

"Selamat Nan," Bella mengulurkan tangan. Namun Adnan menatap pun tidak sudi. Pada akhirnya Bella menariknya kembali.

"Oh... kamu! Wanita yang dipilih Adnan?" Bella tersenyum miring.

"Hebat! Hebat!" Isabella tepuk tangan namun tidak berbunyi.

"Bella... No!" melihat gelagat istrinya yang tidak baik, David memperingatkan.

"Selamat broo," ucap David. Menjabat tangan Adnan.

Pandangan Bella beralih pada gadis kecil yang memegangi tangan Sabrina. Menarik perhatiannya.

.

.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

waspadaa...waspadaa..s mulut lemes mulai beraksi

2024-01-31

0

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Gmn itu ya Bella melihat anak nya sndri tnpa Dy sadari...

2023-10-03

0

auliasiamatir

auliasiamatir

kayakmya bela bakal jadiin afina buat mgerecokin hubungam adnan dan sabrina ini.

2023-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 Sabrina & Afina.
2 Perkenalan Tokoh.
3 Sepertinya Mengenal.
4 Dipanggil Direktur.
5 Pertemuan.
6 Terkejut
7 Pertengkaran.
8 Merona Karena Malu.
9 Berdesir.
10 Trauma masa silam.
11 Pendekatan.
12 Cemburu.
13 Memantapkan diri.
14 Mengungkapkan.
15 Menyebabkan Jantung Berdebar.
16 Lamaran.
17 Menjelang Pernikahan.
18 Nervous.
19 Kehadiran Mantan.
20 Icip Icip
21 Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22 Afina Hilang.
23 Tidak Boleh Mengeluh.
24 Bibit Unggul.
25 Menjalani Peran Baru.
26 Kepribadian Ganda.
27 Marah Yang Tidak Beralasan
28 Terpesona.
29 Mama Fatimah Marah
30 Hasil tes kesuburan.
31 Kekasih Halal
32 Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33 Main petak umpet.
34 Setelah penantian.
35 Luntur predikat istri patuh.
36 Doorprize mobil.
37 Mengurung diri.
38 Sabrina Hilang.
39 Kalang kabut.
40 Sesal.
41 Pendarahan.
42 Teman Baru.
43 Belum ingin bertemu.
44 Gigit jari.
45 Tidak ingin berpisah.
46 Bertemu.
47 Anak sambung pengobat luka.
48 Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49 Janjian.
50 Ketahuan.
51 Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52 Sapu tangan misterius.
53 Kontraksi.
54 Bayi laki laki.
55 Kemana kamu Afina.
56 Berhasil dihasut.
57 Pilihan Afina.
58 Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59 Dafa Ramdan Rachmadi.
60 Afina tidak masuk sekolah.
61 Dirundung kesedihan.
62 Dimana-mana ada Fina.
63 Ingin sekolah.
64 Mama aku suka memaksakan kehendak.
65 Tidak sadarkan diri.
66 Titik terang.
67 Dehidrasi.
68 Maafkan Fina Mama.
69 Kalap.
70 Melarikan diri.
71 Linggis berkarat.
72 Jin baik menjamu ku.
73 Curahan hati David.
74 Air mata dua wanita.
75 Semua salah.
76 Galah panjang.
77 Derita istri kedua.
78 Mimpi buruk.
79 Sunyi sepi sendiri.
80 Keputusan David.
81 Misi Andini.
82 Bingung memilih.
83 Selamat tinggal.
84 Menemukan surat.
85 Tertangkap.
86 Berjanji.
87 Memaafkan.
88 Aku tidak sempurna.
89 Perasaan Apa Ini?
90 Gendut dan jelek.
91 Bertemu.
92 Rindu berat.
93 Anak baru pindah.
94 Akhirnya bertemu disini.
95 Kebimbangan.
96 Beri saya waktu.
97 Kerja sama.
98 Kebakaran jenggot.
99 Menjadi pengemis.
100 Jodoh sepertiga malam.
101 Bella diculik.
102 Gemar menguntit.
103 Sedih.
104 Sah
105 Jatuh tersungkur.
106 Hidangan pembuka.
107 Tertembak peluru
108 Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109 Sok polos.
110 Persalinan.
111 Aku tidak mau berbagi bunda.
112 Sarapan kue apem.
113 Berangkat negara A.
114 Musibah.
115 Semoga hanya mimpi.
116 Wajah kamu jelek.
117 Lahiran.
118 Kebersamaan yang indah.
119 Istri terbaikku.
120 Pengumuman bukan up
121 Draft
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Sabrina & Afina.
2
Perkenalan Tokoh.
3
Sepertinya Mengenal.
4
Dipanggil Direktur.
5
Pertemuan.
6
Terkejut
7
Pertengkaran.
8
Merona Karena Malu.
9
Berdesir.
10
Trauma masa silam.
11
Pendekatan.
12
Cemburu.
13
Memantapkan diri.
14
Mengungkapkan.
15
Menyebabkan Jantung Berdebar.
16
Lamaran.
17
Menjelang Pernikahan.
18
Nervous.
19
Kehadiran Mantan.
20
Icip Icip
21
Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22
Afina Hilang.
23
Tidak Boleh Mengeluh.
24
Bibit Unggul.
25
Menjalani Peran Baru.
26
Kepribadian Ganda.
27
Marah Yang Tidak Beralasan
28
Terpesona.
29
Mama Fatimah Marah
30
Hasil tes kesuburan.
31
Kekasih Halal
32
Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33
Main petak umpet.
34
Setelah penantian.
35
Luntur predikat istri patuh.
36
Doorprize mobil.
37
Mengurung diri.
38
Sabrina Hilang.
39
Kalang kabut.
40
Sesal.
41
Pendarahan.
42
Teman Baru.
43
Belum ingin bertemu.
44
Gigit jari.
45
Tidak ingin berpisah.
46
Bertemu.
47
Anak sambung pengobat luka.
48
Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49
Janjian.
50
Ketahuan.
51
Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52
Sapu tangan misterius.
53
Kontraksi.
54
Bayi laki laki.
55
Kemana kamu Afina.
56
Berhasil dihasut.
57
Pilihan Afina.
58
Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59
Dafa Ramdan Rachmadi.
60
Afina tidak masuk sekolah.
61
Dirundung kesedihan.
62
Dimana-mana ada Fina.
63
Ingin sekolah.
64
Mama aku suka memaksakan kehendak.
65
Tidak sadarkan diri.
66
Titik terang.
67
Dehidrasi.
68
Maafkan Fina Mama.
69
Kalap.
70
Melarikan diri.
71
Linggis berkarat.
72
Jin baik menjamu ku.
73
Curahan hati David.
74
Air mata dua wanita.
75
Semua salah.
76
Galah panjang.
77
Derita istri kedua.
78
Mimpi buruk.
79
Sunyi sepi sendiri.
80
Keputusan David.
81
Misi Andini.
82
Bingung memilih.
83
Selamat tinggal.
84
Menemukan surat.
85
Tertangkap.
86
Berjanji.
87
Memaafkan.
88
Aku tidak sempurna.
89
Perasaan Apa Ini?
90
Gendut dan jelek.
91
Bertemu.
92
Rindu berat.
93
Anak baru pindah.
94
Akhirnya bertemu disini.
95
Kebimbangan.
96
Beri saya waktu.
97
Kerja sama.
98
Kebakaran jenggot.
99
Menjadi pengemis.
100
Jodoh sepertiga malam.
101
Bella diculik.
102
Gemar menguntit.
103
Sedih.
104
Sah
105
Jatuh tersungkur.
106
Hidangan pembuka.
107
Tertembak peluru
108
Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109
Sok polos.
110
Persalinan.
111
Aku tidak mau berbagi bunda.
112
Sarapan kue apem.
113
Berangkat negara A.
114
Musibah.
115
Semoga hanya mimpi.
116
Wajah kamu jelek.
117
Lahiran.
118
Kebersamaan yang indah.
119
Istri terbaikku.
120
Pengumuman bukan up
121
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!