Sepertinya Mengenal.

Papa Rochmat mengajak pak Abdul ngobrol menjauh dari Fatimah. Entah apa yang mereka bicarakan mungkin masalah bisnis. Sementara Fatimah berbincang-bincang dengan Sabrina menanyakan tentang kuliah.

"Jadi kamu kuliah disini Nak? Jurusan apa?" mama Fatimah ingin tahu banyak tentang pribadi Sabrina. Gadis cantik itu tidak hanya memikat hati Afina. Namun juga membuat hati Fatimah kepincut.

"Jurusan ekonomi Bu," Sabrina mengangguk santun.

"Berarti kenal dengan dosen Lastri?"

"Kenal Bu, malah kenal dengan beliau saat masih SMK dulu," Sabrina ingat ketika tidak bisa membayar ujian, lalu Lastri sang guru yang meluanasi.

"Oh," jawab Fatimah singkat.

"Nak Sabrina, boleh ibu minta nomor hp?" tanya Fatimah.

"Tentu saja boleh Bu," Sabrina segera merogoh tas tukar nomor hp dengan Fatimah.

"Tante Ina, pulang ke rumah papa aku saja," celetuk Afina polos. Membuat Fatimah dan Sabrina saling pandang.

"Nanti bunda tante, di rumah kebingungan menacari tante sayang, seperti nenek Afina tadi, juga kebingungan kan... mencari kamu," Sabrina menjelaskan detail

"Iya juga ya," Afina pun mengerti.

"Tapi lain kali, kita masih bisa bertemu kan Tante?" tampak penuh harap dimata bocah tk yang pintar itu.

"Kalau mau ketemu tante... tiap hari ada disini kok, karena... tante kuliah di sini sayang," Sabrina mencolek pipi bocah montok itu gemas.

"Sabrina... ibu terimakasih ya Nak, jika kamu butuh sesuatu, telepon saya. Kami pamit Nak," Fatimah pun beranjak.

"Baik Tan," Sabrina mencium punggung tangan Fatimah.

"Dadaaa Tante..." Afina melambaikan tangan.

"Daaaaa ..." Sabrina pun menyambut, lalu segera menemui ayahnya yang sedang ngobrol dengan papa Rachmad.

Sabrina berjalan bersama ayahnya dimana mobilnya tadi di parkir memang agak jauh dari masjid. Tampak mobil yang sudah tua, kadang merongrong, sering ke bengkel, karena mesinnya memang sudah saatnya di ganti yang baru. Namun Abdul lebih mementingkan biaya kuliah Sabrina daripada hal yang lain.

"Ayah tadi ngobrol apa sama Om Rachmad? Kok pakai mojok segala?" selidik Sabrina.

"Ayah senang Sabrina, keterlambatan Ayah menjemput kamu membawa berkah," Abdulah menoleh putrinya sekilas mengukir senyum.

"Maksudnya Yah?" Sabrina memutar badan menghadap ayahnya.

"Ayah di tawari membangun sekolah cabang AL INAYAH di luar kota sayang..." tutur Rachmad antusias.

"Alhamdulillah... Ina turut senang Yah, tapi Ayah kalau kecapea-an bagaimana? Apa lagi kerjanya di luar kota pula" Sabrina was-was.

"Ayah kan hanya mengawasi anak buah Na, tidak harus ikut mengerjakan," jawab Abdul santai.

"Ya deh," Sabrina mengangguk.

"Doakan lancar sayang... nanti kalau project ini gold, Ayah akan membelikan kamu motor, supaya nggak mengalami kejadian seperti tadi," kata Abdul.

"Tapi kata Ayah, kejadian tadi membawa berkah. Hihihi..." Sabrina tertawa renyah disambut kekehan oleh sang ayah.

Mobil berjalan sedang, Abdul menoleh putrinya belum ada 5 menit bersandar di jok ternyata sudah tidur pulas, mungkin terlalu lelah. Abdullah merasa kasihan dulu ketika SMP putrinya selalu hidup mewah. Namun ketika SMK mengalami jatuh bangkrut perekonomian pak Abdul pun merosot jauh. Bagusnya Sabrina bukan anak yang manja mengerti keadaan kedua orang tuanya.

********

Setelah kepergian Sabrina, Fatimah segera menghubungi Adnan. Agar tenang dan pulang sendiri dengan mobilnya. Sedangkan Afina pulang bersama Fatimah.

"Kakek... berhenti..." seru Afina, ketika mobil sudah berjalan.

"Ada apa..." papa Rachmad mengerem mendadak.

"Jangan suka ngagetin kakek kalau lagi nyetir dong sayang... bisa bahaya," Fatimah ngelus dada.

"Aku mau turun, lihat kucing dulu," rupanya Afina masih ingat kucing ketika ia tinggal ke masjid tadi.

"Kucing?" tanya Fatimah dan Rachmad bersamaan.

"Iya" pungkas Afina segera membuka pintu perlahan. Ketika menginjak aspal, mata Afina berbinar karena kucing itu masih di tempat semula. Fatimah pun menyusul mendekati cucunya.

"Nenek... aku mau ajak kucing ini pulang," rengek Afina, seraya mengusap lembut kepala kucing yang sedang makan sisa umpan yang di berikan Sabrina tadi.

"Tapi kucing ini belum di Vaksin sayang... jadi tidak boleh di bawa pulang," nasehat Fatimah.

"Biar saja Ma, nanti kita taro di taman belakang, besok baru kita bawa ke dokter hewan." saran Rachmad. Saat ini sudah malam tentu tidak ingin belama-lama disini kasihan cucunya.

"Baiklah... Nanti kita berhenti di minimarket depan Pa, beli pampres," Fatimah mengalah.

"Kucing nya mau di kasih pampres Nek? Hihihi... Nenek... Nenek. Kucing kok di samain dedek bayi," celoteh Afina kas anak-anak membuat kakek nenek itupun tertawa renyah.

*******

Mobil mewah tampak melaju cepat, sang pengendara ingin segera sampai di rumah, dan segera bertemu dengan putri kesayangannya. Dia adalah Adnan setelah mendapat telepon dari Fatimah sejak putrinya sudah bisa di temukan perasan lega membuncah. Adnan berpisah dengan Arman karena arah mereka berbeda.

Pria tampan dan tampak berjenggot yang belum di cucur selama sebulan itu, semakin membuat tampil keren di usianya yang sudah menginjak 32 tahun.

Tin... tiiin... tiiinnn...

Klakson mobil terdengar nyaring ketika sampai di depan rumah mewah milik orang tuanya.

Greeendeeenng..."

Pria bertubuh tegap yang tak lain adalah satpam rumah itu membuka pagar.

"Selamat malam Tuan," sapa satpam.

"Selamat malam, papa sudah sampai, Pak," Adnan memindai mobil papa Rachmad tidak terlihat.

"Sudah satu jam yang lalu Tuan," jawab satpam sambil menutup pagar kembali.

Adnan melangkah cepat mengetuk pintu setelah dibukakan oleh bibi, kemudian masuk ke rumah. Pandanganya tertuju kepada mama Fatimah yang masih menunggu kedatangan putranya. Sedangkan papa Rachmad berada di ruang keluarga.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

"Fina mana Ma?" tanya Adnan memburu, setelah salim tangan Fatimah ingin segera tahu keadaan putrinya.

"Sudah tidur, capek kali Dia, sejak pulang sekolah tadi pagi, ikut kamu sama sekali belum istirahat," tutur Fatimah. Biasanya Afina jika siang selalu bobo.

"Terus... dimana tadi Mama bisa menemukan Fina, Ma? Dia baik-baik saja kan Ma?" cecar Adnan.

"Alhamdulillah... Afina baik-baik saja kok" mama Fatimah mengusap punggung tangan putranya seperti anak kecil.

"Astagfirrullah... hampir mati aku Ma," ucapnya lalu menjatuhkan bokongnya di samping Fatimah bersandar di sofa rasanya lelah jiwa raga.

"Sudah... ini buat pelajaran, lain kali jangan di ulangi, meninggalkan anak sendirian, untung ada gadis baik yang menolong Nan, jika tidak, Mama juga tidak bisa bayangkan," mama Fatimah meraup wajahnya sedih.

"Gadis Ma? Gadis siapa?" secepatnya Adnan duduk tegak menatap Fatimah ingin segera tahu jawabanya.

Mama Fatimah meceritakan pertemuanya dengan Sabrina yang sudah menolong cucu nya sambil tersenyum menatap lurus ke depan.

"Sabrina itu kuliah di kampus kamu Nan, besok kamu temui Dia, jangan lupa bilang terimakasih, ajak makan, kenalan, atau... pokoknya kamu pasti tahu lah," saran Fatimah.

"Sabrina? Kayaknya aku pernah mendengar namanya?" Adnan mengingat-ingat.

"Pokoknya... besok kamu temui Dia, di kampus, nggak usah kebanyakan mikir Nan," tegas Mama.

"Ya sudah Ma, besok aku mau bilang terimakasih sama Dia, sekarang aku mau ke kamar Afina dulu," pungkas Adnan kemudian meninggalkan Fatimah.

Fatimah memandangi anaknya yang sedang naik tangga tersenyum senang.

*******

Yang merasa aneh mengapa tiba-tiba Adnan menjadi duren, nanti akan di kupas habis. Ok! Tetap disini," ❤❤❤ 💪💪💪.

...Happy reading....

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

hahaaa...duren nih yee adnaan

2024-01-31

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

duren klu di kupas tuh memang enak bun..ni sprriy tanda² sabrina mau di jodohin sm adnan nih sm bunda fatimah...lanjuut

2023-01-22

4

LISA

LISA

Ceritanya bagus jg nih 😄

2023-01-03

4

lihat semua
Episodes
1 Sabrina & Afina.
2 Perkenalan Tokoh.
3 Sepertinya Mengenal.
4 Dipanggil Direktur.
5 Pertemuan.
6 Terkejut
7 Pertengkaran.
8 Merona Karena Malu.
9 Berdesir.
10 Trauma masa silam.
11 Pendekatan.
12 Cemburu.
13 Memantapkan diri.
14 Mengungkapkan.
15 Menyebabkan Jantung Berdebar.
16 Lamaran.
17 Menjelang Pernikahan.
18 Nervous.
19 Kehadiran Mantan.
20 Icip Icip
21 Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22 Afina Hilang.
23 Tidak Boleh Mengeluh.
24 Bibit Unggul.
25 Menjalani Peran Baru.
26 Kepribadian Ganda.
27 Marah Yang Tidak Beralasan
28 Terpesona.
29 Mama Fatimah Marah
30 Hasil tes kesuburan.
31 Kekasih Halal
32 Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33 Main petak umpet.
34 Setelah penantian.
35 Luntur predikat istri patuh.
36 Doorprize mobil.
37 Mengurung diri.
38 Sabrina Hilang.
39 Kalang kabut.
40 Sesal.
41 Pendarahan.
42 Teman Baru.
43 Belum ingin bertemu.
44 Gigit jari.
45 Tidak ingin berpisah.
46 Bertemu.
47 Anak sambung pengobat luka.
48 Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49 Janjian.
50 Ketahuan.
51 Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52 Sapu tangan misterius.
53 Kontraksi.
54 Bayi laki laki.
55 Kemana kamu Afina.
56 Berhasil dihasut.
57 Pilihan Afina.
58 Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59 Dafa Ramdan Rachmadi.
60 Afina tidak masuk sekolah.
61 Dirundung kesedihan.
62 Dimana-mana ada Fina.
63 Ingin sekolah.
64 Mama aku suka memaksakan kehendak.
65 Tidak sadarkan diri.
66 Titik terang.
67 Dehidrasi.
68 Maafkan Fina Mama.
69 Kalap.
70 Melarikan diri.
71 Linggis berkarat.
72 Jin baik menjamu ku.
73 Curahan hati David.
74 Air mata dua wanita.
75 Semua salah.
76 Galah panjang.
77 Derita istri kedua.
78 Mimpi buruk.
79 Sunyi sepi sendiri.
80 Keputusan David.
81 Misi Andini.
82 Bingung memilih.
83 Selamat tinggal.
84 Menemukan surat.
85 Tertangkap.
86 Berjanji.
87 Memaafkan.
88 Aku tidak sempurna.
89 Perasaan Apa Ini?
90 Gendut dan jelek.
91 Bertemu.
92 Rindu berat.
93 Anak baru pindah.
94 Akhirnya bertemu disini.
95 Kebimbangan.
96 Beri saya waktu.
97 Kerja sama.
98 Kebakaran jenggot.
99 Menjadi pengemis.
100 Jodoh sepertiga malam.
101 Bella diculik.
102 Gemar menguntit.
103 Sedih.
104 Sah
105 Jatuh tersungkur.
106 Hidangan pembuka.
107 Tertembak peluru
108 Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109 Sok polos.
110 Persalinan.
111 Aku tidak mau berbagi bunda.
112 Sarapan kue apem.
113 Berangkat negara A.
114 Musibah.
115 Semoga hanya mimpi.
116 Wajah kamu jelek.
117 Lahiran.
118 Kebersamaan yang indah.
119 Istri terbaikku.
120 Pengumuman bukan up
121 Draft
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Sabrina & Afina.
2
Perkenalan Tokoh.
3
Sepertinya Mengenal.
4
Dipanggil Direktur.
5
Pertemuan.
6
Terkejut
7
Pertengkaran.
8
Merona Karena Malu.
9
Berdesir.
10
Trauma masa silam.
11
Pendekatan.
12
Cemburu.
13
Memantapkan diri.
14
Mengungkapkan.
15
Menyebabkan Jantung Berdebar.
16
Lamaran.
17
Menjelang Pernikahan.
18
Nervous.
19
Kehadiran Mantan.
20
Icip Icip
21
Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22
Afina Hilang.
23
Tidak Boleh Mengeluh.
24
Bibit Unggul.
25
Menjalani Peran Baru.
26
Kepribadian Ganda.
27
Marah Yang Tidak Beralasan
28
Terpesona.
29
Mama Fatimah Marah
30
Hasil tes kesuburan.
31
Kekasih Halal
32
Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33
Main petak umpet.
34
Setelah penantian.
35
Luntur predikat istri patuh.
36
Doorprize mobil.
37
Mengurung diri.
38
Sabrina Hilang.
39
Kalang kabut.
40
Sesal.
41
Pendarahan.
42
Teman Baru.
43
Belum ingin bertemu.
44
Gigit jari.
45
Tidak ingin berpisah.
46
Bertemu.
47
Anak sambung pengobat luka.
48
Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49
Janjian.
50
Ketahuan.
51
Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52
Sapu tangan misterius.
53
Kontraksi.
54
Bayi laki laki.
55
Kemana kamu Afina.
56
Berhasil dihasut.
57
Pilihan Afina.
58
Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59
Dafa Ramdan Rachmadi.
60
Afina tidak masuk sekolah.
61
Dirundung kesedihan.
62
Dimana-mana ada Fina.
63
Ingin sekolah.
64
Mama aku suka memaksakan kehendak.
65
Tidak sadarkan diri.
66
Titik terang.
67
Dehidrasi.
68
Maafkan Fina Mama.
69
Kalap.
70
Melarikan diri.
71
Linggis berkarat.
72
Jin baik menjamu ku.
73
Curahan hati David.
74
Air mata dua wanita.
75
Semua salah.
76
Galah panjang.
77
Derita istri kedua.
78
Mimpi buruk.
79
Sunyi sepi sendiri.
80
Keputusan David.
81
Misi Andini.
82
Bingung memilih.
83
Selamat tinggal.
84
Menemukan surat.
85
Tertangkap.
86
Berjanji.
87
Memaafkan.
88
Aku tidak sempurna.
89
Perasaan Apa Ini?
90
Gendut dan jelek.
91
Bertemu.
92
Rindu berat.
93
Anak baru pindah.
94
Akhirnya bertemu disini.
95
Kebimbangan.
96
Beri saya waktu.
97
Kerja sama.
98
Kebakaran jenggot.
99
Menjadi pengemis.
100
Jodoh sepertiga malam.
101
Bella diculik.
102
Gemar menguntit.
103
Sedih.
104
Sah
105
Jatuh tersungkur.
106
Hidangan pembuka.
107
Tertembak peluru
108
Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109
Sok polos.
110
Persalinan.
111
Aku tidak mau berbagi bunda.
112
Sarapan kue apem.
113
Berangkat negara A.
114
Musibah.
115
Semoga hanya mimpi.
116
Wajah kamu jelek.
117
Lahiran.
118
Kebersamaan yang indah.
119
Istri terbaikku.
120
Pengumuman bukan up
121
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!