Terkejut

"Sayang... kamu tunggu disini sama Tante Prily ya, aku mau ambil mukena di rak dulu." kata Sabirina.

"Ok! Tante," Fina mengacungkan jempol ke arah Sabrina. Gayanya seperti Adnan membuat Prily tersenyum. Sementara Sabrina segera ambil mukena memilih yang agak kecil, tak lama kemudian kembali.

"Ini pakai mukena dulu sayang..." Sabrina membantu Afina mengenakan mukena."

Terdengar iqomah di shaf pria mereka segera merapikan shaf pula.

Selesai sholat ada kultum yang di sampaikan oleh salah satu dosen.

"Ina, Pak Adnan tampan ya, anaknya sudah nempel sama kamu seperti lem sama perangko, lama-lama Papa nya nempel juga," Prily terkikik lirih.

"Hus, Loe! Dengerin tuh! Lagi ceramah juga." omel Sabrina.

Prily bukan mendengarkan ceramah justeru sejak tadi menggoda Sabrina. Padahal Sabrina sudah mencubit, menyikut, sampai melotot. Namun sahabatnya tetap saja jahil.

Hingga kultum selesai Sabrina menggandeng tangan Fina keluar di ikuti Prily.

"Ina, gw antar loe pulang ya," kata Kevin selalu pedekate kepada Sabrina.

"Ngga usah Vin, lebih baik loe pulang sama Prily saja," tolak Sabrina. Seketika merubah raut wajah Kevin kecewa untuk yang kesekian kalinya.

"Nggak, gw sudah terlanjur pesan ojek," Prily menjawab. Biasanya ia membawa motor sendiri, tapi kali ini memeilih numpang ojek.

Mereka pun masing-masing membubarkan diri. Tetapi Sabrina masih menemani Afina menunggu sang Papa.

"Kok Papa lama ya Tan?" Afina memindai masjid tapi sudah kosong.

"Mungkin ada urusan Fina, kita tunggu sebentar," Sabrina pun sebenarnya ingin segera pulang karena setelah ashar harus mengajar privat anak-anak SD. Namun tentu tidak tega membiarkan bocah lucu ini sendiri bisa-bisa hilang lagi.

"Maaf saya terlambat, soalnya ke toilet dulu," Adnan menghampiri Sabrina dan juga Afina tampak tergesa-gesa.

"Tidak apa-apa Pak, saya permisi," Sabrina hendak berlalu.

"Tunggu Tante," Afina menghentikan langkah Sabrina. Sementara Adnan hanya memandang interaksi anak dan wanita yang baru dikenal itu. Sebenarnya Adnan waktu Sabrina SMK sering melihat ketika bersama guru Lastri, tetapi Adnan tidak begitu memperhatikan, karena saat itu jelas perhatian Adnan bertumpu pada Lastri.

"Ada apa sayang..." Sabrina memegang pundak Afina.

"Tante kan tadi janji, mau melanjutkan menggambar, tapi Tante bohong," Afina cemberut. Rupanya Afina menagih janji.

"Maaf ya, soalnya Tante harus cepat pulang, Tante sudah ditunggu anak-anak yang mau les privat di rumah," Sabrina menjelaskan.

"Tante janji deh, besok hanya ada kuliah jam pertama, terus jam kedua, nanti kita menggambar. Bagaimana?" Sabrina memberi penawaran.

"Tapi janji ya, nggak bohong lagi," kata Afina cemberut.

"IsyaAllah," Sabrina tersenyum.

"Sekarang begini saja, rumah kamu dimana? Sebagai ucapan terimakasih, saya antar kamu pulang," Adnan menyela obrolan.

"Tidak usah Pak, saya mau pesan ojek saja," lagi-lagi Sabrina menolak.

"Tante... Ayo, kita pulang bareng" Afina menarik-narik tangan Sabrina. Sabrina menoleh Adnan minta bantuan, tetapi Adnan justeru membuka pintu mobil belakang.

"Ayo Tante..." Afina mendorong Sabrina agar masuk ke dalam mobil.

"Tapi sayang..." Sabrina rasanya ingin menangis.

"Sudah turuti saja, ternyata kamu keras kepala juga ya," kata Adnan. Membuat Sabrina terkejut. Belum lima menit yang lalu pria ini bertutur lembut. Kini sudah berubah ketus.

"Tante..." Sabrina mendongak memelas menatap Sabrina yang masih berdiri di pintu mobil.

"Okay..." Sabrina pun akhirnya mengalah.

"Yayyy..." Afina mengangkat kedua tangannya kegirangan.

Adnan yang sedang menyetir pun tersenyum melihat putrinya dari kaca spion.

Mobil berjalan setelah Sabrina memberi alamat pada Adnan.

"Kamu ngajar juga?" tanya Adnan pada akhirnya.

"Hanya bimbel di rumah Pak," Sabrina menoleh Adnan sekilas lalu kembali mendengarkan celotehan Afina.

"Kenapa tidak mengajar di sekolah? SMP AL INAYAH membutuhkan guru jika kamu mau," kata Adnan tetap fokus menyetir.

"IsyaAllah, jika saya sudah lulus Pak, saat ini masih ingin belajar dulu, lagi pula, saya memang belum pantas jadi guru,"

"Memang orang seperti apa yang pantas menjadi guru?" cecar Adnan.

"Guru itu kan digugu ditiru jika kelakuan saya masih buruk tentu akan berdampak negatif bagi para siswa," jawab Sabrina diplomatis.

"Kamu nyindir siapa?!" tanya Adnan ketus. Sabrina pun terkejut.

"Saya tidak menyindir siapapun," Sabrina lantas diam. Begitu juga sebaliknya. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

Adnan menjadi ingat Bella mantan istri nya, tiba-tiba emosi.

Sabrina pun, baru ingat atas penuturan Prily jika kelakuan istri Adnan dulu tidak baik. Sabrina menyadari kesalahannya ternyata ia sudah menyinggung Adnan. Padahal Sabrina bicara sudah hati-hati ditujukan pada dirinya sendiri, namun ternyata masih salah.

Sabrina pun ingat sikap Bella pada murid-murid termasuk dirinya.

Flashback on.

"Kamu ini orang miskin! Tidak pantas sekolah disini. Kami terpaksa akan mengeluarkan kamu, masih banyak orang berduit yang akan sekolah disini!" sinis Bella ketika Sabrina menunggak bayaran hingga 6 bulan.

Padahal Bella saat itu belum menjadi istri Adnan, masih setatus sebagai tunangan.

"Maaf kan saya Bu, beri saya kesempatan, orang tua saya sedang mencari biaya, tinggal 4 bulan lagi saya ujian, jika saya mencari sekolah lain tidak ada yang mau menerima," Sabrina memohon, air mata bercucuran.

"Itu derita kamu! Saya tidak perduli!" Bella pun kemudian pergi meninggalkan Sabrina yang masih syok dengan ultimatum Bella. Tetap sekolah disini tapi harus segera melunasi tunggakan biaya sekolah, atau keluar dari sekolah ini secepatnya. Dan disaat genting itu ada malaikat penolong. Yakni Lastri yang meluanasi biaya sekolah Sabrina.

Flashback off.

Sabrina tidak menyangka jika Seorang Adnan putra pemilik yayasan yang welas asih, namun ternyata menikahi wanita seperti Bella.

"Rumah Tante masih jauh nggak?" tanya Afina mengejutkan lamunan Sabrina.

"Oh tidak kok, paling kalau lancar 5 menit lagi," Sabrina menyahut.

"Nanti mampir ke rumah Tante ya, aku kenalin sama bunda," kata Sabrina.

"Oh Tante manggil mamanya bunda?"

Sabrina menoleh Afina mengangguk tersenyum.

"Kalau aku memanggil Tante sebutan Bunda, boleh nggak?" polos Afina. Sabrina seketika menatap lekat wajah Afina. Tidak menduka bocah kecil itu akan bertanya demikian.

Begitu juga dengan Adnan langsung berekspresi mata melebar tanpa Sabrina tahu.

"Tante... kok malah bengong?" Afina menggoyang lengan Sabrina.

"Afina... Tante Sabrina itu masih muda, masa dipanggil Bunda," potong Adnan.

"Nggak apa-apa, boleh kan Tante... boleh ya," desak Afina memelas.

"Boleh kok, terserah Afina mau memanggil Tante apa," jawab Sabrina mengusap lembut kepala Afina.

"Oh iya Tante, Tante menjadi Bunda Afina beneran saja ya,"

Ciiiiittt..." Karena terkejut mendengar permintaan putrinya Adnan mengerem mendadak.

Jeduk.

"Astagfirrullah..." Sabrina maupun Afina membentur jok.

"Pelan-pelan Pa, jidat aku sakit nih," protes Afina.

Sementara Sabrina tidak berani berkata-kata lagi, wajar jika Adnan terkejut karena Sabrina pun tak kalah kaget, atas perkataan-perkataan Afina.

"Sini Tante lihat," Sabrina menelisik wajah bocah lucu itu mengusap dahi Afina memang memerah.

"Maaf, sakit ya?" Adnan menoleh ke belakang. Menatap wajah Afina, dan Sabrina tampak berwarna merah di dahi keduanya. Adnan merasa bersalah.

"Sakit Pa, Papa sih," Afina cemberut.

Terpopuler

Comments

Atik Bunga

Atik Bunga

hayo loh adnan afina sdh kepingin punya bunda baru
ayo adnan sdh afina pilih tu gas ken

2024-03-27

1

Atik Bunga

Atik Bunga

prili rupa2nya mau jd makcomblang nih

2024-03-27

1

Erina Munir

Erina Munir

hahaaa....adnan sport jantung

2024-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Sabrina & Afina.
2 Perkenalan Tokoh.
3 Sepertinya Mengenal.
4 Dipanggil Direktur.
5 Pertemuan.
6 Terkejut
7 Pertengkaran.
8 Merona Karena Malu.
9 Berdesir.
10 Trauma masa silam.
11 Pendekatan.
12 Cemburu.
13 Memantapkan diri.
14 Mengungkapkan.
15 Menyebabkan Jantung Berdebar.
16 Lamaran.
17 Menjelang Pernikahan.
18 Nervous.
19 Kehadiran Mantan.
20 Icip Icip
21 Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22 Afina Hilang.
23 Tidak Boleh Mengeluh.
24 Bibit Unggul.
25 Menjalani Peran Baru.
26 Kepribadian Ganda.
27 Marah Yang Tidak Beralasan
28 Terpesona.
29 Mama Fatimah Marah
30 Hasil tes kesuburan.
31 Kekasih Halal
32 Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33 Main petak umpet.
34 Setelah penantian.
35 Luntur predikat istri patuh.
36 Doorprize mobil.
37 Mengurung diri.
38 Sabrina Hilang.
39 Kalang kabut.
40 Sesal.
41 Pendarahan.
42 Teman Baru.
43 Belum ingin bertemu.
44 Gigit jari.
45 Tidak ingin berpisah.
46 Bertemu.
47 Anak sambung pengobat luka.
48 Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49 Janjian.
50 Ketahuan.
51 Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52 Sapu tangan misterius.
53 Kontraksi.
54 Bayi laki laki.
55 Kemana kamu Afina.
56 Berhasil dihasut.
57 Pilihan Afina.
58 Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59 Dafa Ramdan Rachmadi.
60 Afina tidak masuk sekolah.
61 Dirundung kesedihan.
62 Dimana-mana ada Fina.
63 Ingin sekolah.
64 Mama aku suka memaksakan kehendak.
65 Tidak sadarkan diri.
66 Titik terang.
67 Dehidrasi.
68 Maafkan Fina Mama.
69 Kalap.
70 Melarikan diri.
71 Linggis berkarat.
72 Jin baik menjamu ku.
73 Curahan hati David.
74 Air mata dua wanita.
75 Semua salah.
76 Galah panjang.
77 Derita istri kedua.
78 Mimpi buruk.
79 Sunyi sepi sendiri.
80 Keputusan David.
81 Misi Andini.
82 Bingung memilih.
83 Selamat tinggal.
84 Menemukan surat.
85 Tertangkap.
86 Berjanji.
87 Memaafkan.
88 Aku tidak sempurna.
89 Perasaan Apa Ini?
90 Gendut dan jelek.
91 Bertemu.
92 Rindu berat.
93 Anak baru pindah.
94 Akhirnya bertemu disini.
95 Kebimbangan.
96 Beri saya waktu.
97 Kerja sama.
98 Kebakaran jenggot.
99 Menjadi pengemis.
100 Jodoh sepertiga malam.
101 Bella diculik.
102 Gemar menguntit.
103 Sedih.
104 Sah
105 Jatuh tersungkur.
106 Hidangan pembuka.
107 Tertembak peluru
108 Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109 Sok polos.
110 Persalinan.
111 Aku tidak mau berbagi bunda.
112 Sarapan kue apem.
113 Berangkat negara A.
114 Musibah.
115 Semoga hanya mimpi.
116 Wajah kamu jelek.
117 Lahiran.
118 Kebersamaan yang indah.
119 Istri terbaikku.
120 Pengumuman bukan up
121 Draft
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Sabrina & Afina.
2
Perkenalan Tokoh.
3
Sepertinya Mengenal.
4
Dipanggil Direktur.
5
Pertemuan.
6
Terkejut
7
Pertengkaran.
8
Merona Karena Malu.
9
Berdesir.
10
Trauma masa silam.
11
Pendekatan.
12
Cemburu.
13
Memantapkan diri.
14
Mengungkapkan.
15
Menyebabkan Jantung Berdebar.
16
Lamaran.
17
Menjelang Pernikahan.
18
Nervous.
19
Kehadiran Mantan.
20
Icip Icip
21
Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22
Afina Hilang.
23
Tidak Boleh Mengeluh.
24
Bibit Unggul.
25
Menjalani Peran Baru.
26
Kepribadian Ganda.
27
Marah Yang Tidak Beralasan
28
Terpesona.
29
Mama Fatimah Marah
30
Hasil tes kesuburan.
31
Kekasih Halal
32
Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33
Main petak umpet.
34
Setelah penantian.
35
Luntur predikat istri patuh.
36
Doorprize mobil.
37
Mengurung diri.
38
Sabrina Hilang.
39
Kalang kabut.
40
Sesal.
41
Pendarahan.
42
Teman Baru.
43
Belum ingin bertemu.
44
Gigit jari.
45
Tidak ingin berpisah.
46
Bertemu.
47
Anak sambung pengobat luka.
48
Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49
Janjian.
50
Ketahuan.
51
Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52
Sapu tangan misterius.
53
Kontraksi.
54
Bayi laki laki.
55
Kemana kamu Afina.
56
Berhasil dihasut.
57
Pilihan Afina.
58
Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59
Dafa Ramdan Rachmadi.
60
Afina tidak masuk sekolah.
61
Dirundung kesedihan.
62
Dimana-mana ada Fina.
63
Ingin sekolah.
64
Mama aku suka memaksakan kehendak.
65
Tidak sadarkan diri.
66
Titik terang.
67
Dehidrasi.
68
Maafkan Fina Mama.
69
Kalap.
70
Melarikan diri.
71
Linggis berkarat.
72
Jin baik menjamu ku.
73
Curahan hati David.
74
Air mata dua wanita.
75
Semua salah.
76
Galah panjang.
77
Derita istri kedua.
78
Mimpi buruk.
79
Sunyi sepi sendiri.
80
Keputusan David.
81
Misi Andini.
82
Bingung memilih.
83
Selamat tinggal.
84
Menemukan surat.
85
Tertangkap.
86
Berjanji.
87
Memaafkan.
88
Aku tidak sempurna.
89
Perasaan Apa Ini?
90
Gendut dan jelek.
91
Bertemu.
92
Rindu berat.
93
Anak baru pindah.
94
Akhirnya bertemu disini.
95
Kebimbangan.
96
Beri saya waktu.
97
Kerja sama.
98
Kebakaran jenggot.
99
Menjadi pengemis.
100
Jodoh sepertiga malam.
101
Bella diculik.
102
Gemar menguntit.
103
Sedih.
104
Sah
105
Jatuh tersungkur.
106
Hidangan pembuka.
107
Tertembak peluru
108
Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109
Sok polos.
110
Persalinan.
111
Aku tidak mau berbagi bunda.
112
Sarapan kue apem.
113
Berangkat negara A.
114
Musibah.
115
Semoga hanya mimpi.
116
Wajah kamu jelek.
117
Lahiran.
118
Kebersamaan yang indah.
119
Istri terbaikku.
120
Pengumuman bukan up
121
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!