Tok tok tok.
Satpam mengetuk pintu setelah sampai di depan ruangan direktur.
"Masuk..." suara pria dari dalam. Satpam segera membuka pintu perlahan kemudian mempersilahkan Sabrina masuk.
"Saya permisi Dek," kata satpam sambil berlalu setelah di iyakan oleh Sabrina.
Sabrina masih berdiri di depan pintu tampak pria berahang tegas yakni dosen Arman sedang berbicara serius dengan seorang pria entah siapa namanya. Karena posisi pria itu fokus dengan pekerjaan.
Satu menit, dua menit, hingga 10 menit, padahal 5 menit lagi jam mata kuliah akan segera di mulai. Namun pria itu tak kunjung merespon kehadiran Sabrina.
"Apa aku keluar saja ya, tapi kok nggak sopan amat, apa lagi ada pak Arman, tapi kan, 5 menit lagi aku masuk kuliah" batin Sabrina. Ia bingung sendiri.
"Tanteee..." suara cempreng keluar dari kamar di belakang pria itu.
"Afina..." sapa Sabrina tersenyum rasa kesal pun sedikit hilang, kala Afina memeluk perut nya dan mendongak menatap wajah Sabrina.
Kedua pria yang tak lain adalah Adnan dan Arman itu pun menoleh ke arah dua wanita yang berbeda generasi itu saling berangkulan.
"Papa... Tante Ina sudah datang," kata Afina. Adnan melirik Sabrina sekilas. Lalu mengacungkan jempol ke arah Afina.
"Kalau begitu, saya ke lantai atas dulu Nan," Pamit Arman.
"Selamat siang Pak Arman..." Sabrina mengangguk santun. Ketika Arman melewati dirinya.
"Selamat siang... kamu bukan yang waktu itu pernah ke rumah?" tanya Arman.
"Betul Pak" Sabrina memang sering bermain ke rumah Lastri.
"Tante... sini deh," setelah Arman keluar Afina menarik tangan Sabrina mengajaknya duduk di sofa.
"Tante masih ada kelas sayang," tolak Sabrina namun tetap duduk sebentar.
"Sebentar Tan, aku mau cerita, kucing kita sudah dibawa nenek ke dokter, terus di suntik, dikasih minum obat sama dokter," celoteh Afina.
"Waah... hebat kamu," Sabrina menoel hidung mancung sabrina gemas.
Sabrina menoleh Adnan yang masih di depan komputer belum juga menyapa nya. Sabrina bingung untuk apa dia dipanggil ke ruangan ini? batin Sabrina.
"Tante bisa menggambar Kucing nggak?" Afina segera berlari kecil ke kamar ambil buku gambar dan juga pensil.
Sabrina kembali menoleh Adnan posisinya masih belum berubah kedua tanganya masih memainkan mouse.
"Tante... ajari aku menggambar..." Afina bersemangat.
"Ok!" Sabrina ambil alih pensil membuat garis luar kepala dan tubuh kucing.
"Yayyy... Tante hebat... " seru Afina padahal Sabrina baru membuat kerangka bentuk garis tubuh kucing bepapasan dengan garis horisontal palang pada wajah yang menghubungkan bentuk telinga dan mata.
"Nah, sekarang... Tante baru menggambar sampai disini dulu, selebihnya kita lanjutkan nanti," Sabrina meletakkan pensil di atas buku gambar.
"Yaaa... Tanteee... sekarang saja..." Afina tampak kecewa.
"Tante janji deh, setelah jam pelajaran selesai... Tante kesini lagi, soalnya Tante harus belajar dulu," Sabrina membujuknya.
"Ya dech," Afina pun mengerti.
Sabrina cepat keluar tidak sempat lagi izin pada pria dingin itu karena sudah jam masuk. Belum lagi lift jika selesai beristirahat selalu penuh. Sampai di depan lift Sabrina segera bergabung ke dalam lift tampak berdesak-desakan namun ini solusi terbaik daripada menunggu sepi tapi terlambat.
Ting
Lift terbuka, Sabrina cepat menuju kelas, keadaan di depan kelas sudah tampak sepi, rupanya sudah masuk semua. Sejenak ia mengatur napas yang ngos-ngosan.
"Ina, loe darimana?" tanya Kevin mereka sama-sama hendak masuk kelas. Sabrina merasa sedikit lega karena Kevin pun masih di luar.
"Kan tadi loe tahu Vin, gw disuruh ke ruang direktur," jawab Sabrina segera membuka pintu ternyata di kelas belum ada dosen membuatnya lega kemudian memperlambat langkahnya.
"Oh ternyata loe baru kembali? Sampai ngos ngosan begitu," Kevin mentertawakan sahabatnya.
"Huh! Kirain gw sudah terlambat Vin, loe sendiri darimana?" Sabrina balik bertanya.
"Gw dari toilet," Kevin menjawab pendek.
Sabrina melihat Prily tampak sedang membaca buku tanpa memperhatikan kehadirannya.
"Waah... hebat benget, tumben, loe rajin baca, sampai melupakan gw," Sabrina kemudian duduk di bangku sebelah Prily. Ia menelisik buku yang di baca Prily penasaran. Apa yang membuat sahabatnya ini tiba-tiba tertarik untuk membaca, padahal biasanya jika mengerkakan soal pun tanya melulu.
"Oh... ternyata baca buku novel loe? Kirain" Sabrina menatap wajah Prily.
"Habis! Gw bt In, loe lama amat sih?!" Prily cemberut.
"Eh In, loe ada masalah apa dipanggil pak direktur?" Prily segera menutup bukunya.
"Nggak tahu!" ketus Sabrina.
"Gw kesel tahu nggak? Ternyata direktur kampus ini orangnya dingin kaya ice batu! Bayangkan saja, gw ke ruangan Nya, di tanya juga nggak, malah Pak Arman yang nanya," adu Sabrina.
"Terus... loe cuma ngapain disana?" dahi Prily berkerut.
"Tapi gw seneng banget Pril, ternyata anaknya ikut, terus gw main deh sama Dia," Sabrina tersenyum mengingat Afina sungguh menggemaskan. Dulu Sabrina berharap sang ibu memberinya adik tetapi ternyata tidak.
"Oh iya In, pak direktur itu kan sebenarnya sudah duda loh," kata Prily.
"Terus..." Sabrina tampak cuek.
"Loe ingat nggak? Ibu Isabella yang super jutek, galak, tamperamen itu ternyata istrinya, terus gw dengar sih cerai In," tutur Prily.
"Sudahlah... nggak usah bergosip," pungkas Sabrina. Tidak lama kemudian, dosen pun hadir.
********
"Papa... lihat ini, gambar Kucing buatan Tante Ina, Bagus kan" Afina menunjukkan buku gambar.
"Bagus, tapi Tante sekarang kemana?" karena terlalu sibuk, Adnan sampai lupa mengucapkan terimakasih kepada Sabrina yang sudah direncanakan sejak tadi malam.
"Sekarang lagi kuliah Pa, tapi Tante janji, nanti mau melanjutkan menggambar," Afina senang sekali.
"Nanti kita temui Tante ya Pa," rengek Afina.
"Baiklah... nanti kalau Tante sudah selesai kuliah kita temui Dia," Adnan kembali memainkan mouse.
"Yayyy..." Afina kegirangan kemudian melanjutkan menggambar. Sedangkan Adnan melanjutkan bekerja.
Terdengar adzan dzuhur, Adnan segera berkemas, kemudian mengajak putrinya shalat berjamaah bersama mahasiswa di masjid kampus.
Adnan hendak ambil air wudhu di tempat wudhu pria namun sebelumnya mengantar Afina ke tempat wudhu wanita terlebih dahulu.
"Tante..." seru Afina ketika bertemu Sabrina disana.
"Afina... sini sama Tante," Sabrina mengait lengan Afina.
"Kamu yang bernama Sabrina?" tanya Adnan kemudian.
"Betul Pak, tadi saya sudah memenuhi undangan Bapak, tetapi karena Bapak sedang sibuk, akhirnya saya kembali," kata Sabrina panjang lebar.
"Terimakasih ya, kemarin kamu sudah menolong anak saya," ucap Adnan to the point.
"Sama-sama," Sabrina mengangguk santun.
"Sekarang saya mau merepotkan lagi, saya titip Fina." kata Adnan sembari membetulkan peci.
"Baik Pak, permisi" pungkas Sabrina, kemudian menggandeng tangan Fina, bergabung dengan mahasiswi yang lain. Ternyata Prily sudah berada dibarisan paling depan, dan sadjadah Sabrina sudah digelar di samping Prily.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
pa adnan jd orang jngan kaya batu ding..klu mau pede kate yg lues gt..lanjuut buna
2023-01-23
2
Enung Samsiah
udah nolong anaknya terus tutip anak lama" papanya yg ikut
2023-01-12
2
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Jalan masuk nih, afina jadi mak jomblang hehe
2023-01-04
1