Memantapkan diri.

"Afina..." seru Sabrina, kala Afina berlari ke arahnya. Di pengangnya kedua sisi pundak Afina yang mendongak menatap Sabrina.

"Kamu sama siapa?" tanya Sabrina.

"Sama Papa, itu... disana," Afina menunjuk sang papa yang masih berdiri bersandar mobil pura-pura tidak melihat. Ia asik memainkan ponsel padahal sebelumnya keppo.

"Ciee ciee..." ledek Prily, tersenyum jail. Langsung kena plototan mata Sabrina.

Sementara Kevin menatap nanar wajah Adnan dari kejauhan.

"Kita kesana yuk, tapi bilang Papa dulu," kata Sabrina. Afina pun kegirangan berlari-lari kecil menghampiri Adnan, di susul Sabrina dkk.

"Papa... Fina sama Bunda ya,"

Adnan hanya mengacungkan jempol seraya tersenyum, melirik Sabrina sekilas kemudian membiarkan mereka berjalan lebih dulu.

Sampai di tempat, suasana sudah ramai, Sabrina segera mencari tempat untuk mereka duduk.

"Kalian..." sapa tiga orang teman kepada Sabrina dkk yang tak lain alumni satu kelas.

"Apa kabar kalian?" tanya teman Sabrina.

"Alhamdulillah... baik," mereka pun bergabung lalu ngobrol-ngobrol sebelum acara dimulai.

"In, loe sudah punya anak?" tanya temanya yang bernama Akila. Memandangi Afina yang bergelayut manja di lengan Sabrina.

"Sudah, anak ketemu gede," jawab Prily terkikik.

"Tetapi... sebentar lagi akan menjadi ibu beneran. Iya Kan In." Prily nyengir kuda.

"Mulai ngaco deh!" Sabrina meremas pelan bibir Prily.

Sedangkan Kevin tidak mau dengar obrolan teman-temanya, lebih baik memainkan gem pertarungan.

"Hahaha... kalian lihat nggak, yang sedang memberi sambutan," cicit Prily. Semua lantas menoleh memandang pria yang sedang memberikan sepatah dua patah kata yang tak lain adalah Adnan.

"Itu kan Pak Adnan Pril," kata Akila.

"Bukankah itu suami bu Bella yang judes itu?" sambung Akila. Akila rupanya belum mendengar kabar jika Adnan sudah bercerai.

"Seeettt... jangan kenceng-kencang ngomongnya, ada anaknya tuh," bisik Prily. Kedua wanita itu pun bergosip.

"Kalian itu loh... suka ngegosip kaya mak-mak kurang gawe," Sabrina menghentikan gibah Prily dan teman yang lain.

Sambutan demi sambutan telah berlangsung, saatnya selingan musik. MC memanggil siapa yang akan bernyanyi ke panggung.

"In, kita duet yuk," Kevin bersemangat.

"Idih... malu tahu!" tolak Sabrina.

"Ahh... ayo," dengan membawa gitar Kevin menarik lengan Sabrina.

"Bunda... ikut..." Afina menahan tangan Sabrina.

"Ayo," mereka bertiga naik ke panggung. Tepung tangan meriah dari para undangan. Kevin ambil kursi sebelum akhirnya memetik gitar.

Jreng jreng jreng.

Gitar mengalun lembut di iringi suara merdu Sabrina. Ia bernyanyi penuh penghayatan.

🎶 Kubuka album biru

Penuh debu dan usang.

Kupandangi semua gambar diri.

Kecil, bersih belum ternoda.

Kevin berdiri mengait jemari Sabrina. Mereka berhadapan senyum terukir di bibir Sabrina.

Sementara Adnan duduk diantara para penggede yayasan AL INAYAH.

"Hai broo, daripada iri melihat mereka, mendingan loe bergabung," lirih Bobby.

"Diam!" sungut Adnan, hanya melengos kesal.

"Hahaha... panas dingin kan loe?! Makanya... jangan pura-pura nggak mau, cepat lamar Dia, keburu diambil anak itu loh," yang dimaksud Bobby adalah Kevin

"Kamu suka sama gadis itu Nan?" tanya Arman yang duduk di sebelah kanan Adnan, sedangkan Bobbi di sebelah kiri.

"Hehehe... Pak Arman bisa saja, mana mau Dia, sama pria berbuntut seperti saya," Adnan tersenyum kecut. Melihat Kevin mengaitkan jarinya ke jari Sabrina menjadi kesal. "Bilangnya bukan muhrim, tapi ternyata munafik," Adnan membatin.

"Coba dulu dong, jangan pesimis," nasehat Arman. Adnan hanya menanggapi dengan senyuman.

Sementara di panggung mereka masih terus bernyanyi. Kevin menggendong Afina. Kemudian Sabrina menyodorkan mikrofon ke mulut Afina agar Afina bernyanyi.

🎶 Kata mereka diriku, selalu dimanja.

Kata mereka diriku, selalu ditimang.

Oh, Bunda, ada dan tiada dirimu

Kan selalu ada di dalam hatiku.

Afina pun bernyanyi di dalam gendongan Kevin. Mama Fatimah, berkali-kali tidak kuat menahan air mata. Mengingat cucu nya tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu sejak kecil. Ternyata tidak hanya mama Fatimah yang menangis, para undangan yang perempuan pun turut menangis.

Kevin menurunkan Afina kemudian mereka bertiga bernyanyi bersama.

🎶 Pikirku pun melayang.

Dahulu penuh kasih.

Teringat semua cerita orang.

Tentang riwayatku.

Selesai bernyanyi Sabrina menggandeng tangan Fina kembali ke tempat duduk.

*********

Hari berganti hari, minggu, bahkan bulan. Afina semakin lengket saja, tidak jarang Afina menginap di rumah Sabrina.

Tibalah saatnya Sabrina sedang menyusun skripsi. Ia sangat sibuk, mau tidak mau menghentikan kegiatan les privat untuk sementara waktu. Ia ingin konsentrasi menggarap sekripsi. Selama itu pula Adnan melarang putrinya untuk menemui Sabrina.

Pada akhirnya keseriusan Sabrina membuahkan hasil. Ia bisa merampungkan kuliah, tinggal wisuda saja.

Pada suatu malam, ia merasa sepi, sudah tidak ada lagi kegiatan hanya tinggal menunggu wisuda. Sabrina turun ke lantai bawah ambil minum membasahi tenggorokan nya yang terasa kering.

Tok tok tok.

"Masuk"

"Bun... aku boleh bobo sama Bunda nggak?" tanya Sabrina masuk ke kamar Kamila sang Ibu, karena sang ayah masih di luar kota.

"Sina Nak, tumben kamu manja amat?" Kamila terkekeh.

"Bun, aku kangen deh sama Afina, kok tumben sih? Akhir-akhir ini jarang kesini," Sabrina pun merebahkan tubuhnya di samping Kamila.

"Kenapa kamu nggak temui Dia? Kalau saran Bunda sih, mendingan besok kamu ke rumannya saja," kata Kamila.

"Masa sih Bun? Aku kesana? Malu..." jawab Sabrina lalu bersembunyi di ketiak Kamila.

"Sudahlah... besok kita pikirkan lagi, mendingan sekarang kita tidur, sudah malam soalnya." Kamila mengakhiri obrolan. Sabrina pun tidur dalam pelukan sang bunda.

********

"Bunda..." rintih Afina, rupanya bocah kecil itu sedang sakit.

"Iya sayang... besok kita ketemu Bunda ya," hibur mama Fatimah.

"Bunda... aku kangen... Nek... aku mau bertemu bunda sekarang..." ucapnya sambil terpejam.

"Besok... Papa akan menjemput Bunda sayang... sekarang Fina bobo ya," Adnan mengusap kepala putrinya.

Waktu tepat jam 11 malam panas Afina semakin tinggi. "Nan, bagaimana ini?" mama Fatimah panik.

"Kita bawa ke rumah sakit sekarang Ma," tidak banyak berpikir Adnan membopong putrinya ke mobil.

Sementara Fatimah hanya bisa menangis sepanjang jalan. Beliu sedih, saat genting begini suaminya pun tidak ada di rumah.

Saat ini papa Rachmad sedang ke luar kota meninjau project pembuatan gedung cabang yayasan yang di kerjakan Abdul ayah Sbrina hampir paripurna.

Sampai di rumah sakit Afina segera di tangani oleh dokter jaga. Adnan dan mama Fatimah menunggu di luar hanya bisa berdoa semoga Afina hanya demam biasa dan tidak akan terjadi apa-apa.

"Nan, bagaimana? Apa kamu tidak mau memberi kabar Sabrina?" tanya mama Fatimah.

"Aku rasa besok saja Ma, sekarang sudah terlalu malam, yang ada, kita justeru mengganggu," Adnan mondar mandir ia berpikir tidak ada pilihan lain saat ini. Kecuali harus memberanikan diri melamar Sabrina. Pikir nya.

Putrinya adalah harta berharga yang harus ia berikan perhatian khusus. Dan hanya Sabrina yang bisa memberikan perhatian yang tulus.

Adnan ke masjid yang masih di kawasan rumah sakit. Ia berdoa agar putrinya segera sembuh dan juga minta pentujuk apakah Sabrina memang ibu yang tepat untuk putrinya.

*****

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

semoga sabrina mau ya bun..

2024-01-31

1

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Boss Adnan koq g mau trs terang bcralah pada Sabrina , ntar di saut org kelimpungan lagi hi...hi...hi...

2023-10-03

1

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Gimana nih, Sabrina sm fina sudah saling kangen aja

2023-04-13

0

lihat semua
Episodes
1 Sabrina & Afina.
2 Perkenalan Tokoh.
3 Sepertinya Mengenal.
4 Dipanggil Direktur.
5 Pertemuan.
6 Terkejut
7 Pertengkaran.
8 Merona Karena Malu.
9 Berdesir.
10 Trauma masa silam.
11 Pendekatan.
12 Cemburu.
13 Memantapkan diri.
14 Mengungkapkan.
15 Menyebabkan Jantung Berdebar.
16 Lamaran.
17 Menjelang Pernikahan.
18 Nervous.
19 Kehadiran Mantan.
20 Icip Icip
21 Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22 Afina Hilang.
23 Tidak Boleh Mengeluh.
24 Bibit Unggul.
25 Menjalani Peran Baru.
26 Kepribadian Ganda.
27 Marah Yang Tidak Beralasan
28 Terpesona.
29 Mama Fatimah Marah
30 Hasil tes kesuburan.
31 Kekasih Halal
32 Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33 Main petak umpet.
34 Setelah penantian.
35 Luntur predikat istri patuh.
36 Doorprize mobil.
37 Mengurung diri.
38 Sabrina Hilang.
39 Kalang kabut.
40 Sesal.
41 Pendarahan.
42 Teman Baru.
43 Belum ingin bertemu.
44 Gigit jari.
45 Tidak ingin berpisah.
46 Bertemu.
47 Anak sambung pengobat luka.
48 Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49 Janjian.
50 Ketahuan.
51 Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52 Sapu tangan misterius.
53 Kontraksi.
54 Bayi laki laki.
55 Kemana kamu Afina.
56 Berhasil dihasut.
57 Pilihan Afina.
58 Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59 Dafa Ramdan Rachmadi.
60 Afina tidak masuk sekolah.
61 Dirundung kesedihan.
62 Dimana-mana ada Fina.
63 Ingin sekolah.
64 Mama aku suka memaksakan kehendak.
65 Tidak sadarkan diri.
66 Titik terang.
67 Dehidrasi.
68 Maafkan Fina Mama.
69 Kalap.
70 Melarikan diri.
71 Linggis berkarat.
72 Jin baik menjamu ku.
73 Curahan hati David.
74 Air mata dua wanita.
75 Semua salah.
76 Galah panjang.
77 Derita istri kedua.
78 Mimpi buruk.
79 Sunyi sepi sendiri.
80 Keputusan David.
81 Misi Andini.
82 Bingung memilih.
83 Selamat tinggal.
84 Menemukan surat.
85 Tertangkap.
86 Berjanji.
87 Memaafkan.
88 Aku tidak sempurna.
89 Perasaan Apa Ini?
90 Gendut dan jelek.
91 Bertemu.
92 Rindu berat.
93 Anak baru pindah.
94 Akhirnya bertemu disini.
95 Kebimbangan.
96 Beri saya waktu.
97 Kerja sama.
98 Kebakaran jenggot.
99 Menjadi pengemis.
100 Jodoh sepertiga malam.
101 Bella diculik.
102 Gemar menguntit.
103 Sedih.
104 Sah
105 Jatuh tersungkur.
106 Hidangan pembuka.
107 Tertembak peluru
108 Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109 Sok polos.
110 Persalinan.
111 Aku tidak mau berbagi bunda.
112 Sarapan kue apem.
113 Berangkat negara A.
114 Musibah.
115 Semoga hanya mimpi.
116 Wajah kamu jelek.
117 Lahiran.
118 Kebersamaan yang indah.
119 Istri terbaikku.
120 Pengumuman bukan up
121 Draft
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Sabrina & Afina.
2
Perkenalan Tokoh.
3
Sepertinya Mengenal.
4
Dipanggil Direktur.
5
Pertemuan.
6
Terkejut
7
Pertengkaran.
8
Merona Karena Malu.
9
Berdesir.
10
Trauma masa silam.
11
Pendekatan.
12
Cemburu.
13
Memantapkan diri.
14
Mengungkapkan.
15
Menyebabkan Jantung Berdebar.
16
Lamaran.
17
Menjelang Pernikahan.
18
Nervous.
19
Kehadiran Mantan.
20
Icip Icip
21
Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22
Afina Hilang.
23
Tidak Boleh Mengeluh.
24
Bibit Unggul.
25
Menjalani Peran Baru.
26
Kepribadian Ganda.
27
Marah Yang Tidak Beralasan
28
Terpesona.
29
Mama Fatimah Marah
30
Hasil tes kesuburan.
31
Kekasih Halal
32
Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33
Main petak umpet.
34
Setelah penantian.
35
Luntur predikat istri patuh.
36
Doorprize mobil.
37
Mengurung diri.
38
Sabrina Hilang.
39
Kalang kabut.
40
Sesal.
41
Pendarahan.
42
Teman Baru.
43
Belum ingin bertemu.
44
Gigit jari.
45
Tidak ingin berpisah.
46
Bertemu.
47
Anak sambung pengobat luka.
48
Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49
Janjian.
50
Ketahuan.
51
Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52
Sapu tangan misterius.
53
Kontraksi.
54
Bayi laki laki.
55
Kemana kamu Afina.
56
Berhasil dihasut.
57
Pilihan Afina.
58
Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59
Dafa Ramdan Rachmadi.
60
Afina tidak masuk sekolah.
61
Dirundung kesedihan.
62
Dimana-mana ada Fina.
63
Ingin sekolah.
64
Mama aku suka memaksakan kehendak.
65
Tidak sadarkan diri.
66
Titik terang.
67
Dehidrasi.
68
Maafkan Fina Mama.
69
Kalap.
70
Melarikan diri.
71
Linggis berkarat.
72
Jin baik menjamu ku.
73
Curahan hati David.
74
Air mata dua wanita.
75
Semua salah.
76
Galah panjang.
77
Derita istri kedua.
78
Mimpi buruk.
79
Sunyi sepi sendiri.
80
Keputusan David.
81
Misi Andini.
82
Bingung memilih.
83
Selamat tinggal.
84
Menemukan surat.
85
Tertangkap.
86
Berjanji.
87
Memaafkan.
88
Aku tidak sempurna.
89
Perasaan Apa Ini?
90
Gendut dan jelek.
91
Bertemu.
92
Rindu berat.
93
Anak baru pindah.
94
Akhirnya bertemu disini.
95
Kebimbangan.
96
Beri saya waktu.
97
Kerja sama.
98
Kebakaran jenggot.
99
Menjadi pengemis.
100
Jodoh sepertiga malam.
101
Bella diculik.
102
Gemar menguntit.
103
Sedih.
104
Sah
105
Jatuh tersungkur.
106
Hidangan pembuka.
107
Tertembak peluru
108
Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109
Sok polos.
110
Persalinan.
111
Aku tidak mau berbagi bunda.
112
Sarapan kue apem.
113
Berangkat negara A.
114
Musibah.
115
Semoga hanya mimpi.
116
Wajah kamu jelek.
117
Lahiran.
118
Kebersamaan yang indah.
119
Istri terbaikku.
120
Pengumuman bukan up
121
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!