Dipanggil Direktur.

"Maafkan papa sayang..." Adnan mencium pipi putrinya yang sedang tidur pulas, memeluk guling kesayangan. Adnan memandangi Afina merasa bersalah. Anaknya sejak kecil tanpa figur seorang mama, hanya Adnan dan keluarganya yang selalu menyayangi, tapi Adnan hampir saja lalai menjaga putri kesayangannya.

Duda tampan itu segera beranjak membuka kemeja, celana bahan, dan hanya menyisakan celana boxer. Ia kemudian menyegarkan tubuhnya dengan guyuran air kran. Seharian mondar mandir tentu membuatnya berkeringat walaupun bau tubuhnya tetap wangi.

Selesai mandi, Adnan tidur di samping putrinya. Memang begitulah Adnan. Kamarnya sering ia angguri jarang tidur di kamarnya jika bukan karena hanya ambil pakaian ganti.

Di kamar yang lain, pasutri yang sudah tidak lagi muda itu pun sedang membicarakan Adnan.

"Pa" Fatimah menghampiri suaminya di ruang kerja.

"Heeemmm..." sahut Rachmad yang sedang sibuk di depan komputer.

"Gadis tadi baik ya, tidak hanya baik sih... tapi juga cantik," puji Fatimah, seraya mendongak ke atas membayangkan Sabrina yang baru ia temui tadi.

"Terus... kenapa?" tanya Rachmad tanpa menoleh.

"Adnan besok aku suruh temui Sabrina pa, mudah-mudahan... anak kita bisa jatuh cinta pada gadis itu," Fatimah penuh harap.

"Mama berniat menjodohkan mereka?" Rachmad kali ini tampak serius, kemudian mematikan komputer.

"Yah... tidak semudah itu Pa, aku hanya bisa berdoa semoga anak kita bisa sembuh dari gamobphobia," Fatimah menunduk sedih ketika mengingat itu.

"Tapikan setidaknya kita harus ikhtiar, iya kan Pa," imbuh Fatimah.

"Yang Mama bilang itu benar, sekarang lebih baik kita tidur," Rachmad mengalihkan pembicaraan. Kedua pasangan yang selalu rukun walaupun pernikahanya sudah berusia 33 tahun yang lalu itu.

*********

Malam berlalu tergantikan pagi. Sebelum berangkat ke kampus, Adnan mengurus Afina walupun ada asisten, namun perhatian Adnan pada Afina memang perlu diacungi jempol.

"Pa aku nggak usah sekolah ya," Afina membuat aturan.

"Kok, mana bisa begitu, kalau Fina tidak sekolah, nanti tidak cepat masuk SD dong," Adnan menjelaskan.

"Tapi Fina pengen ikut ke dokter hewan sama kakek, nenek, terus... ikut papa ke kampus," celotehnya sambil di sisir rambutnya oleh sang papa.

"Ok... ke dokter hewan nya nanti saja setelah pulang sekolah, bagaimana?" tanya Adnan, memberi penawaran.

"Iya deh," Afina menurut.

"Nah, untuk hari ini... sebaiknya Fina nggak usah ikut ke kampus dulu," saran Adnan drama hilangan Afina masih belum hilang dari ingatan.

"Nggak mau, aku mau ketemu Tante Sabrina," tolak Afina manyun, memonyongkan bibirnya tampak lucu.

"Ya sudah, sekarang kita sarapan dulu, ok!" Adnan pun mengalah. Kemudian mengajaknya ke lantai bawah.

"Yayy..." Afina berseru riang.

Adnan menuntun Fina kelantai bawah, disana Fatimah dan Rachmad sudah menunggu.

"Waah... cucu Nenek, sudah cantik..." Fatimah tersenyum menatap Afina yang sudah rapih hendak sekolah mengenakan seragam tk.

"Iya Nek, kata Papa, ke dokter hewan nya pulang sekolah saja," Fina menirukan kata Adnan.

"Benar kata Papa sayang... lagian dokternya praktek jam tiga sore" pungkas Fatimah mereka lantas sarapan bersama.

*********

Di kediaman Abdullah, tampak seorang gadis setelah selesai mandi, dan berdandan. Di pantulan cermin ia merapikan hijab. Yakin akan penampilannya gadis cantik itu segera berjalan cepat ke meja makan.

"Selamat pagi Bunda..." ucapnya dengan wajah sumringah.

"Pagi sayang... kenapa kamu tadi malam pulangnya sampai malam sekali?" tanya Kamila yang sedang menata makanan di meja makan.

"Ceritanya panjang Bun, memang Ayah nggak cerita?" ucap Sabrina tanganya menarik kursi kemudian duduk.

"Apa? Ketika kita sampai, Bunda kamu sudah mimpi," Abdullah yang baru keluar dari kamar yang menyahut.

"Hehehe iya sih, aku cape banget, kemarin ada pesanan kue banyak," jawab Mila. Memang benar, Kamila bunda Sabrina sering mendapat pesanan kue basah.

"Nggak apa-apa sih Bun,"

"Nanti kalau Ayah sudah kerja lagi, Bunda nggak usah terima pesanan lagi," saran Abdul merasa kasihan pada Istri nya.

"Memang Ayah, ada kerjaan?" tanya Mila sambil melayani suaminya yang sudah duduk di samping nya.

"Alhamdulillah... Bun," Abdul pun menceritakan jika ia bertemu dengan Rachmad dan di tawari kerja. Dan juga menceritakan tentang tersesat nya bocah kecil kemudian ditolong oleh Sabrina.

"Alhamdulillah... jadi Ayah dapat kerjaan?" tampak binar dimata Kamila. Selama enam tahun suaminya memang tetap bekerja, tetapi bukan proyek besar seperti sekarang.

"Doakan lancar Bun,"

"Aamiin..." Mila meraup wajahnya.

"Tapi kok bisa sih, bocah kecil itu kesasar di situ, mana malam-malam pula, memang ke situ sama siapa?" Mila merasa heran.

"Menurut cerita Tante Fatimah... Fina ikut papa nya ke kampus Bun," jawab Sabrina.

"Oh papa nya masih kuliah?" cecar Mila.

"Pak Rachmad kan pemilik kampus itu Bun, ya sudah pasti urusan kerjaan lah," Abdul yang menjawab.

"Oh benar juga,"

Mereka ngobrol panjang lebar di sela-sela menyantap hidangan pagi. Selesai sarapan, Sabrina berangkat diantar Ayahnya.

*******

"Ina, kita nyabu yuk," ajak Prily ketika Sabrina sampai di kampus.

"Sudah sarapan gue," tolak Sabrina berniat ke lantai tiga dimana kelas mereka tapi Prily mencegah.

"Aaahhh... ayo," Prily menyambar lengan Sabrina, mengajaknya ke pinggir jalan di depan kampus menuju gerobak.

"Dasar loe Pril, gue belum naro tas juga!" gerutu Sabrina tak urung menemani sahabatnya juga.

"Eh kalian mau kemana? gue ikut dong," kata Kevin ketika mereka berpapasan.

"Gue mau nyabu," Prily menjawab namun tetap berlalu.

"Kebetulan Pril, gw juga belum sarapan," Kevin bersemangat.

Mereka memesan bubur ayam, tampak pedagang sedang mengelap gerobak dengan serbet.

"Bang, pesan bubur tiga mangkok" kata Prily tanpa bertanya dulu.

"Eh dua saja Bang, saya tadi sudah sarapan," tolak Sabrina.

"Tiga mangkok nggak apa-apa sih, untuk gw dua mangkok," Kevin tersenyum menatap Sabrina dan Prily bergantian.

"Jadinya berapa mangkok nih?" tukang bubur menegaskan.

"Dua saja Bang," pungkas Prily. Setelah makan bubur, mereka melanjutkan ke lantai tiga, jam mata kuliah pun dimulai.

Hingga menjelang siang jam istrihat tiba, Sabrina membereskan buku tebal. Sebab Prily sudah tidak sabar ingin mengajak kedua sahabatnya ke kantin. Soal makan Prily memang nomor satu, namun begitu badanya tetap langsing.

"Yang bernama Sabrina, apa masih di kelas ini?" pria bertubuh tegap yang tak lain satpam bertanya.

"Saya Pak, ada apa ya?" Sabrina menegang karena tidak merasa punya masalah tapi ada satpam mencarinya.

"Pak direktur memanggil Anda Nona," kata satpam.

Sabrina dan kedua sahabatnya saling pandang. "Ada apa ya Pak, saya dipanggil ke ruang direktur?" tanya Sabrina bingung.

"Saya tidak tahu Non, masalah itu nanti Non bisa tanyakan sendiri," satpam menjelaskan.

"Pril temani gw yuk," kata Sabrina memelas.

"Nggak lah In, gw lapar soalnya," tolak Prily.

"Ah loe Pril, nggak setia kawan! Giliran tadi saja, loe maksa gue!" sungut Sabrina.

"Mari Nona, nanti keburu jam istirahat habis," satpam menengahi.

Dengan perasaan campur aduk, Sabrina mengikuti satpam ke lantai bawah. Ia bertanya-tanya dalam hati, ada masalah apa sampai ia di panggil? Jika masalah bayar semester, Sabrina rasa sudah dilunasi oleh ayah Abdul. Hingga tibalah mereka di depan pintu yang bertuliskan ruang direktur, satpam mengetuk pintu.

*

Terpopuler

Comments

Ida Sahil

Ida Sahil

apa artiny tuhh thor🤭

2024-01-31

0

Erina Munir

Erina Munir

mudah2an berjodoh

2024-01-31

0

Mita Karolina

Mita Karolina

Nyabu itu apa thor?

2023-10-19

1

lihat semua
Episodes
1 Sabrina & Afina.
2 Perkenalan Tokoh.
3 Sepertinya Mengenal.
4 Dipanggil Direktur.
5 Pertemuan.
6 Terkejut
7 Pertengkaran.
8 Merona Karena Malu.
9 Berdesir.
10 Trauma masa silam.
11 Pendekatan.
12 Cemburu.
13 Memantapkan diri.
14 Mengungkapkan.
15 Menyebabkan Jantung Berdebar.
16 Lamaran.
17 Menjelang Pernikahan.
18 Nervous.
19 Kehadiran Mantan.
20 Icip Icip
21 Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22 Afina Hilang.
23 Tidak Boleh Mengeluh.
24 Bibit Unggul.
25 Menjalani Peran Baru.
26 Kepribadian Ganda.
27 Marah Yang Tidak Beralasan
28 Terpesona.
29 Mama Fatimah Marah
30 Hasil tes kesuburan.
31 Kekasih Halal
32 Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33 Main petak umpet.
34 Setelah penantian.
35 Luntur predikat istri patuh.
36 Doorprize mobil.
37 Mengurung diri.
38 Sabrina Hilang.
39 Kalang kabut.
40 Sesal.
41 Pendarahan.
42 Teman Baru.
43 Belum ingin bertemu.
44 Gigit jari.
45 Tidak ingin berpisah.
46 Bertemu.
47 Anak sambung pengobat luka.
48 Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49 Janjian.
50 Ketahuan.
51 Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52 Sapu tangan misterius.
53 Kontraksi.
54 Bayi laki laki.
55 Kemana kamu Afina.
56 Berhasil dihasut.
57 Pilihan Afina.
58 Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59 Dafa Ramdan Rachmadi.
60 Afina tidak masuk sekolah.
61 Dirundung kesedihan.
62 Dimana-mana ada Fina.
63 Ingin sekolah.
64 Mama aku suka memaksakan kehendak.
65 Tidak sadarkan diri.
66 Titik terang.
67 Dehidrasi.
68 Maafkan Fina Mama.
69 Kalap.
70 Melarikan diri.
71 Linggis berkarat.
72 Jin baik menjamu ku.
73 Curahan hati David.
74 Air mata dua wanita.
75 Semua salah.
76 Galah panjang.
77 Derita istri kedua.
78 Mimpi buruk.
79 Sunyi sepi sendiri.
80 Keputusan David.
81 Misi Andini.
82 Bingung memilih.
83 Selamat tinggal.
84 Menemukan surat.
85 Tertangkap.
86 Berjanji.
87 Memaafkan.
88 Aku tidak sempurna.
89 Perasaan Apa Ini?
90 Gendut dan jelek.
91 Bertemu.
92 Rindu berat.
93 Anak baru pindah.
94 Akhirnya bertemu disini.
95 Kebimbangan.
96 Beri saya waktu.
97 Kerja sama.
98 Kebakaran jenggot.
99 Menjadi pengemis.
100 Jodoh sepertiga malam.
101 Bella diculik.
102 Gemar menguntit.
103 Sedih.
104 Sah
105 Jatuh tersungkur.
106 Hidangan pembuka.
107 Tertembak peluru
108 Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109 Sok polos.
110 Persalinan.
111 Aku tidak mau berbagi bunda.
112 Sarapan kue apem.
113 Berangkat negara A.
114 Musibah.
115 Semoga hanya mimpi.
116 Wajah kamu jelek.
117 Lahiran.
118 Kebersamaan yang indah.
119 Istri terbaikku.
120 Pengumuman bukan up
121 Draft
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Sabrina & Afina.
2
Perkenalan Tokoh.
3
Sepertinya Mengenal.
4
Dipanggil Direktur.
5
Pertemuan.
6
Terkejut
7
Pertengkaran.
8
Merona Karena Malu.
9
Berdesir.
10
Trauma masa silam.
11
Pendekatan.
12
Cemburu.
13
Memantapkan diri.
14
Mengungkapkan.
15
Menyebabkan Jantung Berdebar.
16
Lamaran.
17
Menjelang Pernikahan.
18
Nervous.
19
Kehadiran Mantan.
20
Icip Icip
21
Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22
Afina Hilang.
23
Tidak Boleh Mengeluh.
24
Bibit Unggul.
25
Menjalani Peran Baru.
26
Kepribadian Ganda.
27
Marah Yang Tidak Beralasan
28
Terpesona.
29
Mama Fatimah Marah
30
Hasil tes kesuburan.
31
Kekasih Halal
32
Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33
Main petak umpet.
34
Setelah penantian.
35
Luntur predikat istri patuh.
36
Doorprize mobil.
37
Mengurung diri.
38
Sabrina Hilang.
39
Kalang kabut.
40
Sesal.
41
Pendarahan.
42
Teman Baru.
43
Belum ingin bertemu.
44
Gigit jari.
45
Tidak ingin berpisah.
46
Bertemu.
47
Anak sambung pengobat luka.
48
Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49
Janjian.
50
Ketahuan.
51
Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52
Sapu tangan misterius.
53
Kontraksi.
54
Bayi laki laki.
55
Kemana kamu Afina.
56
Berhasil dihasut.
57
Pilihan Afina.
58
Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59
Dafa Ramdan Rachmadi.
60
Afina tidak masuk sekolah.
61
Dirundung kesedihan.
62
Dimana-mana ada Fina.
63
Ingin sekolah.
64
Mama aku suka memaksakan kehendak.
65
Tidak sadarkan diri.
66
Titik terang.
67
Dehidrasi.
68
Maafkan Fina Mama.
69
Kalap.
70
Melarikan diri.
71
Linggis berkarat.
72
Jin baik menjamu ku.
73
Curahan hati David.
74
Air mata dua wanita.
75
Semua salah.
76
Galah panjang.
77
Derita istri kedua.
78
Mimpi buruk.
79
Sunyi sepi sendiri.
80
Keputusan David.
81
Misi Andini.
82
Bingung memilih.
83
Selamat tinggal.
84
Menemukan surat.
85
Tertangkap.
86
Berjanji.
87
Memaafkan.
88
Aku tidak sempurna.
89
Perasaan Apa Ini?
90
Gendut dan jelek.
91
Bertemu.
92
Rindu berat.
93
Anak baru pindah.
94
Akhirnya bertemu disini.
95
Kebimbangan.
96
Beri saya waktu.
97
Kerja sama.
98
Kebakaran jenggot.
99
Menjadi pengemis.
100
Jodoh sepertiga malam.
101
Bella diculik.
102
Gemar menguntit.
103
Sedih.
104
Sah
105
Jatuh tersungkur.
106
Hidangan pembuka.
107
Tertembak peluru
108
Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109
Sok polos.
110
Persalinan.
111
Aku tidak mau berbagi bunda.
112
Sarapan kue apem.
113
Berangkat negara A.
114
Musibah.
115
Semoga hanya mimpi.
116
Wajah kamu jelek.
117
Lahiran.
118
Kebersamaan yang indah.
119
Istri terbaikku.
120
Pengumuman bukan up
121
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!