Mengungkapkan.

Adnan berdoa di masjid agar putrinya segera sembuh, dan juga minta petunjuk apakah Sabrina memang ibu yang tepat untuk putrinya.

Setelah lebih tenang Adnan kembali ke depan ruang pemeriksaan Afina.

"Sudah ada kabar dari dokter Ma?" tanya Adnan segera duduk di samping Fatimah.

"Sudah,"

"Terus kenapa Ma? Sakit apa Fina?" cecar Adnan sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban Fatimah.

"Ini salah Mama, Nan, beberapa hari ini tidak memperhatikan makanan Afina, kata dokter, Afina kekurangan asupan serat," Fatimah merasa bersalah, memang saat ini sedang sibuk di yayasan, menggantikan suaminya. Afina hanya di urus bibi, jika Afina tidak mau makan sayur, dan buah, bibi tidak bisa membujuknya.

"Lalu sekarang bagaimana keadaan Fina Ma, apa kita boleh menjenguk?" Adnan ingin segera tahu kondisi putrinya.

"Afina harus dirawat untuk beberapa hari Nan, tadi Mama sudah pesan kamar," Fatimah mencari kamar yang tebaik untuk cucunya.

"Ya Allah..." Adnan memijit pangkal hidung nya.

Jam 12 malam Afina sudah dipindahkan ke ruang rawat, dan saat ini ia sudah bisa sidur setelah diberi obat oleh suster satu jam yang lalu.

********

Keesokan harinya Adnan kembali ke masjid menjalankan shalat subuh. Dan seperti biasa Adnan berdoa setelah selesai ibadah 5 waktu tersebut.

15 menit kemudian, ia kembali ke ruang rawat membuka pintu. Fatimah sang mama pun masih shalat di samping ranjang pasien.

Adnan mendekati ranjang memandang wajah putrinya yang tampak pucat dengan selang infus yang terhubung ke lengan dan penyangga hatinya sedih.

"Cepat sembuh sayang..." dicium nya dahi Afina lembut.

"Kamu darimana Nan?" tanya Fatimah seraya melipat mukena.

"Shalat berjamaah di masjid Ma," lirih Adnan agar suaranya tidak membangunkan sang putri.

"Ma, aku titip Fina, ya," pinta Adnan menyandak jaket kulit yang ia kenakan tadi malam, kemudian ia pakai kembali.

"Iya, tapi... kamu mau kemana, Nan?" Fatimah memperhatikan putranya yang sedang ambil kunci mobil sudah pasti akan pergi.

"Aku mau menjemput Sabrina Ma, nanti kita beri kejutan Fina, ketika bangun nanti sudah ada Sabrina," tutur Adnan.

"Masih pagi begini?" mama Fatimah terkejut.

"Sudah jam lima kok Ma, Sabrina kan kalau bangun kata Afina pagi-pagi sekali," Adnan tampak yakin.

"Baiklah" mama Fatimah tersenyum menatap putranya yang bersemangat melangkah ke luar pintu hingga Adnan menutupnya kembali.

Adnan menjalankan mobilnya memantapkan hati dan perasaan. Yang membuat hati Adnan bersemangat adalah; ia berkaca pada perkawinan mama Fatimah dan papa Rachmad tampak harmonis hingga 35 tahun.

Sampai di depan rumah berlantai dua masih sepi, Adnan melirik jam ternyata masih jam 5 10 menit. Berarti ia di jalan selama 10 menit.

Adnan berniat turun, namun tampak ragu-ragu. Sudah bangun belum? Mengganggu tidak? Atau... aku menunggu disini saja? Beberapa pertanyaan Adnan berkecamuk di dalam hati.

Saat sedang kebingungan tampak di luar mobil, dua wanita berbeda usia berjalan menuju rumah Sabrina mengempit mukena dan sadjadah di lengan kiri. Dua wanita yang tak lain orang yang Adnan tunggu.

Adnan seketika membuka pintu turun dari mobil. "Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

Sabrina dan juga Kamila menjawab.

"Pak"

"Nak"

Sabrina dan Kamila terkejut lalu saling pandang. Mereka bingung Adnan datang pagi-pagi sekali.

"Maaf Tante... saya datang pagi-pagi sekali," kata Adnan santun.

"Tidak apa-apa Nak, mari masuk," titah Kamila berjalan beriringan membuka pagar, kemudian masuk ke dalam rumah.

"Kalian ngobrol dulu, saya buatkan teh hangat," tidak menunggu jawaban. Kamila segera meninggalkan Sabrina dan Adnan.

"Duduk Pak," ucap Sabrina.

"Terimakasih,"

Mereka duduk di sofa berhadapan. "Bapak kesini pagi-pagi sekali, ada apa ya?" tanya Sabrina to the point.

"Saya mau menjemput kamu," Adnan menatap lekat wajah Sabrina yang tampak cantik alami, tidak ada polesan sedikitpun.

"Mau menjemput saya? Ada apa?" Sabrina menduga-duga, pasti ada apa-apa. Sabrina tahu, Adnan orang yang punya gengsi tinggi, jika bukan karena terpaksa tidak akan mungkin datang kemari sepagi ini.

"Afina masuk rumah sakit, dan saat ini ia dirawat," Adnan menceritakan semuanya. Saat Afina demam tinggi, merintih memanggil nama Sabrina, dan saat dilarikan ke rumah sakit.

"Saya pamit ibu dulu, kita berangkat sekarang," Sabrina segera beranjak meletakkan mukena di tempat shalat. Tidak perlu mandi dan ganti baju karena semuanya sudah Sabrina lakukan saat sebelum subuh tadi.

"Bunda... nggak usah bikin minum, kami mau berangkat sekarang Afina sakit Bun," tutur Sabrina menghampiri Kamila yang sedang memasak air.

"Afina sakit? Ya Allah... semoga cepat sembuh, Bunda tidak bisa menjenguk sekarang ya Na, karena pesanan kue basah ini akan diambil jam 9 nanti," tutur Kamila. Kamila sebenarnya ingin ikut menjenguk. Namun ia sudah terlanjur menyanggupi pesanan.

"Tidak apa Bun, aku berangkat ya," Sabrina berangkat setelah mencium punggung tangan Kamila.

"Ini kue dibawa ya, siapa tahu nenek Afina di rumah sakit belum sarapan," Kamila memberikan satu mika kue beraneka rasa.

"Baik Bun,"

Kamila mengantar Sabrina sampai di depan hingga mobil Adnan distarter kemudian berangkat. Di dalam mobil keduanya saling diam, lidah mereka seolah kaku untuk bicara, rencana yang sudah Adnan susun sejak tadi malam seolah ambyar seperti judul lagu.

"Bagaimana sekripsi kamu?" tanya Adnan hingga beberapa saat kemudian.

"Alhamdulillah... tinggal menunggu wisuda," jawab Sabrina.

"Terus... rencana kamu apa setelah lulus?"

"Mau lanjut S-2 Seperti rencana saya sebelumnya," tegas Sabrina.

"Ina" Adnan tidak melanjutkan ucapanya.

"Kenapa Pak?" Sabrina menoleh Adnan yang sedang menyetir menangkap keragu-ragu-an di wajah Adnan untuk melanjutkan ucapanya.

"Kamu tahu kan In, bagaimana Afina itu segitu berharapnya menginginkan kamu sebagai Bundanya," Adnan tampak serius.

"Saya tahu Pak, bukankah saya sudah membiarkan Fina memanggil saya Bunda, dan memberi perhatian khusus untuknya," polos Sabrina. Belum mengerti maksud kata Adnan.

"Bukan begitu maksud saya In, Afina itu ingin kamu menjadi ibu yang sesungguhnya. Menemani saat Dia hendak tidur, ada saat Dia bangun tidur, dan menyambut kedatangan Dia saat pulang sekolah," tutur Adnan panjang lebar.

"Itu artinya, saya harus..." mata Sabrina melebar karena terkejut. Otak cerdasnya segera menangkap apa maksud Adnan.

Sabrina hanya diam, entah apa jawaban yang akan diberikan pada pria di sebelahnya.

Adnan menepikan mobilnya. "Tolong pikirkan In, demi Afina, kamu tidak tahu kan? Selama ini saya berusaha untuk menjauhkan Dia dari kamu, karena saya bingung bagaimana caranya agar tidak mengganggu kamu sebagai seorang gadis lajang dan tidak sepantasnya kamu terlibat mengurus Afina yang bukan siapa-siapa kamu,"

"Cek! Bapak kok bicara begitu sih... saya tidak merasa terganggu kok, dengan kehadiran Afina." jujur Sabrina. "Tapi... untuk mengurus Afina tidak harus..." Sabrina tidak melanjutkan ucapanya.

"Tidak harus menikah dengan saya gitu kan In? Maksudmu?" Adnan menatap Afina yang sedang bersandar di jok melipat kedua tangan.

"Saya sadar kok In, saya sudah tidak muda lagi, tidak seperti Kevin, tapi percayalah. Saya akan berusaha untuk mengimbangi kamu. Sepertinya kita memang dipertemukan untuk membesarkan Afina bersama-sama,"

Sabrina diam, merenungkan kata-kata Adnan. "Beri saya waktu untuk bepikir Pak," pada akhirnya Sabrina menjawab.

"Okay... tapi ingat, Afina membutuhkan kamu," tegas Adnan. Tetapi sebenarnya tidak hanya Afina yang membutuhkan gadis seperti Sabrina. Adnan pun sama. Hanya Adnan masih merasa berat untuk mengucap kata itu.

********

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

doooo...adnan....jangan kliwat gengsi...doong...

2024-01-31

1

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Huuuuuu....mkn gengsi dech loe....nggak usah munafik Adnan klo kmu juga mencintai Sabrina....apa rata2 secara realis itu sgt gengsian yaaaak....para laki2....( wanita nya cupleg dech... )....

2023-10-03

1

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

wkwkwkwk adnan, adnan,

2023-04-16

0

lihat semua
Episodes
1 Sabrina & Afina.
2 Perkenalan Tokoh.
3 Sepertinya Mengenal.
4 Dipanggil Direktur.
5 Pertemuan.
6 Terkejut
7 Pertengkaran.
8 Merona Karena Malu.
9 Berdesir.
10 Trauma masa silam.
11 Pendekatan.
12 Cemburu.
13 Memantapkan diri.
14 Mengungkapkan.
15 Menyebabkan Jantung Berdebar.
16 Lamaran.
17 Menjelang Pernikahan.
18 Nervous.
19 Kehadiran Mantan.
20 Icip Icip
21 Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22 Afina Hilang.
23 Tidak Boleh Mengeluh.
24 Bibit Unggul.
25 Menjalani Peran Baru.
26 Kepribadian Ganda.
27 Marah Yang Tidak Beralasan
28 Terpesona.
29 Mama Fatimah Marah
30 Hasil tes kesuburan.
31 Kekasih Halal
32 Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33 Main petak umpet.
34 Setelah penantian.
35 Luntur predikat istri patuh.
36 Doorprize mobil.
37 Mengurung diri.
38 Sabrina Hilang.
39 Kalang kabut.
40 Sesal.
41 Pendarahan.
42 Teman Baru.
43 Belum ingin bertemu.
44 Gigit jari.
45 Tidak ingin berpisah.
46 Bertemu.
47 Anak sambung pengobat luka.
48 Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49 Janjian.
50 Ketahuan.
51 Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52 Sapu tangan misterius.
53 Kontraksi.
54 Bayi laki laki.
55 Kemana kamu Afina.
56 Berhasil dihasut.
57 Pilihan Afina.
58 Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59 Dafa Ramdan Rachmadi.
60 Afina tidak masuk sekolah.
61 Dirundung kesedihan.
62 Dimana-mana ada Fina.
63 Ingin sekolah.
64 Mama aku suka memaksakan kehendak.
65 Tidak sadarkan diri.
66 Titik terang.
67 Dehidrasi.
68 Maafkan Fina Mama.
69 Kalap.
70 Melarikan diri.
71 Linggis berkarat.
72 Jin baik menjamu ku.
73 Curahan hati David.
74 Air mata dua wanita.
75 Semua salah.
76 Galah panjang.
77 Derita istri kedua.
78 Mimpi buruk.
79 Sunyi sepi sendiri.
80 Keputusan David.
81 Misi Andini.
82 Bingung memilih.
83 Selamat tinggal.
84 Menemukan surat.
85 Tertangkap.
86 Berjanji.
87 Memaafkan.
88 Aku tidak sempurna.
89 Perasaan Apa Ini?
90 Gendut dan jelek.
91 Bertemu.
92 Rindu berat.
93 Anak baru pindah.
94 Akhirnya bertemu disini.
95 Kebimbangan.
96 Beri saya waktu.
97 Kerja sama.
98 Kebakaran jenggot.
99 Menjadi pengemis.
100 Jodoh sepertiga malam.
101 Bella diculik.
102 Gemar menguntit.
103 Sedih.
104 Sah
105 Jatuh tersungkur.
106 Hidangan pembuka.
107 Tertembak peluru
108 Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109 Sok polos.
110 Persalinan.
111 Aku tidak mau berbagi bunda.
112 Sarapan kue apem.
113 Berangkat negara A.
114 Musibah.
115 Semoga hanya mimpi.
116 Wajah kamu jelek.
117 Lahiran.
118 Kebersamaan yang indah.
119 Istri terbaikku.
120 Pengumuman bukan up
121 Draft
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Sabrina & Afina.
2
Perkenalan Tokoh.
3
Sepertinya Mengenal.
4
Dipanggil Direktur.
5
Pertemuan.
6
Terkejut
7
Pertengkaran.
8
Merona Karena Malu.
9
Berdesir.
10
Trauma masa silam.
11
Pendekatan.
12
Cemburu.
13
Memantapkan diri.
14
Mengungkapkan.
15
Menyebabkan Jantung Berdebar.
16
Lamaran.
17
Menjelang Pernikahan.
18
Nervous.
19
Kehadiran Mantan.
20
Icip Icip
21
Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
22
Afina Hilang.
23
Tidak Boleh Mengeluh.
24
Bibit Unggul.
25
Menjalani Peran Baru.
26
Kepribadian Ganda.
27
Marah Yang Tidak Beralasan
28
Terpesona.
29
Mama Fatimah Marah
30
Hasil tes kesuburan.
31
Kekasih Halal
32
Jatuh cinta hingga tidak bisa bangun.
33
Main petak umpet.
34
Setelah penantian.
35
Luntur predikat istri patuh.
36
Doorprize mobil.
37
Mengurung diri.
38
Sabrina Hilang.
39
Kalang kabut.
40
Sesal.
41
Pendarahan.
42
Teman Baru.
43
Belum ingin bertemu.
44
Gigit jari.
45
Tidak ingin berpisah.
46
Bertemu.
47
Anak sambung pengobat luka.
48
Panggilan nomor hp tidak di kenal.
49
Janjian.
50
Ketahuan.
51
Maaaakkkk... aku kwalaaaattt.
52
Sapu tangan misterius.
53
Kontraksi.
54
Bayi laki laki.
55
Kemana kamu Afina.
56
Berhasil dihasut.
57
Pilihan Afina.
58
Andai aku menjadi jodohmu sejak 10 tahun yang lalu.
59
Dafa Ramdan Rachmadi.
60
Afina tidak masuk sekolah.
61
Dirundung kesedihan.
62
Dimana-mana ada Fina.
63
Ingin sekolah.
64
Mama aku suka memaksakan kehendak.
65
Tidak sadarkan diri.
66
Titik terang.
67
Dehidrasi.
68
Maafkan Fina Mama.
69
Kalap.
70
Melarikan diri.
71
Linggis berkarat.
72
Jin baik menjamu ku.
73
Curahan hati David.
74
Air mata dua wanita.
75
Semua salah.
76
Galah panjang.
77
Derita istri kedua.
78
Mimpi buruk.
79
Sunyi sepi sendiri.
80
Keputusan David.
81
Misi Andini.
82
Bingung memilih.
83
Selamat tinggal.
84
Menemukan surat.
85
Tertangkap.
86
Berjanji.
87
Memaafkan.
88
Aku tidak sempurna.
89
Perasaan Apa Ini?
90
Gendut dan jelek.
91
Bertemu.
92
Rindu berat.
93
Anak baru pindah.
94
Akhirnya bertemu disini.
95
Kebimbangan.
96
Beri saya waktu.
97
Kerja sama.
98
Kebakaran jenggot.
99
Menjadi pengemis.
100
Jodoh sepertiga malam.
101
Bella diculik.
102
Gemar menguntit.
103
Sedih.
104
Sah
105
Jatuh tersungkur.
106
Hidangan pembuka.
107
Tertembak peluru
108
Kebahagiaan sekaligus kesedihan.
109
Sok polos.
110
Persalinan.
111
Aku tidak mau berbagi bunda.
112
Sarapan kue apem.
113
Berangkat negara A.
114
Musibah.
115
Semoga hanya mimpi.
116
Wajah kamu jelek.
117
Lahiran.
118
Kebersamaan yang indah.
119
Istri terbaikku.
120
Pengumuman bukan up
121
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!