Part 17

Nara pun secara perlahan mulai melakukan misinya. Ia mendekati Alden dan sering memberikan perhatian kepada pria itu.

Untungnya Alden tak merasa curiga kepada Nara. Ia pikir semua itu adalah murni karena perhatian Nara padanya sebab dulu Nara juga seperti itu padanya.

Tentu saja Alden merasa senang akan hal itu. Ia dengan terang-terangan melakukan hubungan baik dengan Nara dan selalu menemui Nara.

Setelah semuanya terbuka Alden pun menceritakan secara perlahan apa pekerjannya.

"Kau tahu aku senang kau mulai jinak seperti dulu," ucap Alden yang membuat Nara teridam dan hanya mengangguk pelan.

"Aku juga senang kau mempercayai ku lagi. Aku tahu memang berat menerima kau ada di sisi ku tapi aku akan berusaha. Karena aku sadar jika aku tercipta hanya untuk mu," ucap Nara yang sebenernya berlawanan arah dengan hatinya.

Alden menarik Nara ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung wanita itu penuh akan kasih sayang. Memang perhatian Alden balik lagi seperti di awal, tapi semua itu tak lagi sama di mata Nara.

Nara mengikhlaskan dirinya yang dibelai oleh Alden. Mungkin ini sudah takdirnya menjadi bagian hidup dari Alden.

"Nara. Kau hari ini ingin makan apa? Aku akan menyiapkan apapun yang kau inginkan kepada mu."

"Kau benar?" tanya Nara kepada laki-laki tersebut. Ia sangat bahagia secara perlahan Alden pun mulai baik dan tak mengetahui tujuannya.

"Aku ingin makan pizza hari ini."

"Baiklah aku akan membuatnya."

"Apa kau serius?" tanya Nara tak berkedip dan dijawab pria itu penuh dengan anggukan yang mengejutkan Nara.

Nara diam-diam menyunggingkan senyum manis di wajahnya. Ia sendiri juga tak menyadari akan hal itu.

"Kau ingin melihat aku membuatnya?"

Nara pun mengangguk dan kemudian dengan cepat Alden membawa Nara menuju dapur untuk memperlihatkan kepada wanita itu bagaimana dirinya memasak untuk Nara.

Nara pun mengikuti Alden dari belakang. Samar-samar ia tersenyum hangat melihat bagaimana Alden yang sangat peduli padanya.

Alden menyuruh agar Nara duduk memperhatikannya bagaimana ia memasak untuk pria tersebut.

"Kau harus memerhatikan aku memasak untuk mu. Kau pasti akan terkejut."

"Aku rasa tidak juga. Aku sering melihat mu memasak Paman," ucap Nara yang disertai dengan embel-embel paman.

Alden terkejut dan menatap Nara. Pasalnya sejak Nara mengetahui siapa Alden wanita tersebut tak pernah lagi memanggil dirinya dengan sebutan itu.

"Kau mengejutkan ku," ucap Alden dan langsung menghampiri Nara.

Ia menarik dagu Nara dan mengecup bibir manis perempuan tersebut.

"Kenapa?"

"Aku senang kau mengatakan itu lagi. Karena kita sudah semakin dekat aku ingin kau memanggil ku dengan sebutan sayang. Yang lebih romantis."

Takut. Itu yang dirasakan Nara saat ini karena Nara melihat jelas jika Alden memiliki obsesi yang sangat besar kepadanya. Ia bertanya-tanya kenapa Alden bisa memiliki perasaan menakutkan seperti itu kepadanya.

Apa hebatnya dia?

"Paman aku ingi tahu kenapa kau sangat menyukai ku?" tanya Nara kepada Alden. Inilah yang selalu mengganjal di hatinya.

Ia benar-benar penasaran apa yang membuat Alden menyukainya.

"Kau tau kau sangat cantik dan membuat ku tidak ingin siapapun memiliki mu. Aku sudah menyadari perasaan ku saat kau berumur lima belas tahun. Semenjak saat itu aku pun yakin jika kau adalah orang yang sangat berharga dalam hidup ku. Nara aku benar-benar mencintai mu. Aku tahu semua yang aku lakukan adalah kesalahan besar karena telah memiliki pekerjaan buruk dan juga membunuh orang tua mu. Tapi aku tak menyesal dan aku juga tak menyesal mencintai mu. Berbagai cara aku akan mendapatkan mu, percayalah," ucap Alden dengan wajah serius.

Nara diam dan merasa tubuhnya bergetar. Pisikopat, itulah satu-satunya kata yang bisa mendeskripsikan betapa kejamnya seorang Alden.

Nara bahkan tak yakin jika ia sanggup hidup bersama pria itu lebih lama lagi. Bahkan baru sebentar ia merasa sangat menderita.

"Paman."

"Nara kau tak perlu ragu kepadaku. Ah, tapi aku sangat penasaran bagaimana ekspresi Regan dan Janny di atas jika gadis cantiknya menjadi kekasih dari bodyguardnya dan orang yang telah membunuh dia."

Tes

Nara menangis mendengar ucapan Alden. Ia seolah mengejek keuda orangtuanya. Alden bahkan tak memiliki hati nurani sama sekali.

"Paman, kenapa kau tega melakukan itu."

"Karena aku membencinya dan ingin menguasai hartanya. Tapi tenang saja kau mendapatkan bagian jika kau terus berada di samping ku." Nara ketakutan, "kenapa sayang? Kau ingin mengkhianati ucapan mu sendiri? Kau ketakutan dan ingin menjauh dari ku? Tapi sayangnya kau sama sekali tak memiliki peluang untuk kabur dari ku. Nara kau hanya milik ku, hanya milik ku."

Alden menarik pinggang Nara laku kemudian mencium Nara dengan sangat brutal dan juga membuat Nara kelelahan.

Nara memukul dada Alden agar pria itu melepaskan ciuman pada dirinya tapi Alden terus memaksa bibirnya bertaut.

"Hah hah hah Alden!!"

"Baiklah kita akan masak-masak sayang."

___________

Nara menyiram bunga kesayangannya di halaman luar. Ia begitu menyayangi tanaman itu karena sudah dirawatnya sejak ia pertama kali datang ke rumah ini.

"Ah, bunga yang cantik," ucap Nara mengagumi betapa indahnya bunga tersebut.

Saat sedang merawat bunga itu Nara tak sengaja melihat jika anjing peliharaannya lepas. Ia pun dengan panik mengejar anjing tersebut keluar.

"Mochi!!" Nara pun keluar dari pagar dan celengak-celenguk mencari Mochi.

Ia pun melihat jika anjingnya itu tengah bersama seseorang yang tengah memberinya makan.

Nara pun menghela napas lega. Lantas wanita itu menghampiri Mochi dan langsung menangkapnya. Mochi yang sedang menikmati makanannya merasa terganggu lantas menggonggong keras.

"Heh, apa yang kau lakukan di luar. Kau tidak boleh keluar sembarangan."

Nara pun menatap ke arah orang yang memberikan Mochi makanan kepada anjingnya. Tapi, Nara malah terkejut saat melihat rupa pria itu. Pria yang sama dengan pria yang mengatakan jika Alden adalah pembunuh orang tuanya.

"Kau!!"

"Apakah kali ini kau percaya pada ucapan ku?"

Nara diam. Ia pun tahu jika apa yang dikatakan oleh pria tersebut telah terbukti.

"Kenapa kau bisa tahu?"

"Karena aku adalah salah satu orang kepercayaan papa mu tapi sayang aku difitnah oleh Alden hingga aku pun dipecat dan dikeluarkan. Tapi tenanglah, aku tidak pernah dendam kepada orang tua mu. Aku ingin membantu mu."

Nara menatap serius pria tersebut yang tengah tersenyum sambil menawarkan sebuah kerja sama.

_______

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!