Dor
Nara langsung terbangun ketika mendengar suara tembakan yang membuatnya ketakutan. Wanita itu langsung mencari Alden ke sampingnya. Tapi ia tak mendapatkan Alden di dekatnya.
Nara ketakutan setiap kali mendengar suara tembakan. Ia selalu teringat kejadian malam kelam itu. Rasa trauma yang tak mudah dihilangkan dari dirinya. Ia selalu ketakutan dan tiap kali mendengar suara dentuman keras.
"Aku sangat takut," ucap Nara dengan tangis kencang.
Ia pun mencari tempat persembunyian. Nara kalang kabut dan langsung masuk ke dalam lemari dan berharap jika keberadaannya tak dapat ditemukan.
Ia menangis sambil menutup mulutnya agar suara tangisannya tak bisa didengar agar tak membuatnya ketahuan tengah bersembunyi.
Nara berusaha untuk tetap bertahan di antara rasa takut dan sekaligus cemas.
Dor
Dor
Suara tembakan itu beberapa kali terdengar hingga membuat Nara pusing. Ia pun teringat lagi dengan masa-masa di mana ayah dan ibunya meregang nyawa. Sementara itu ia tak bisa menolong mereka. Nara memang anak durhaka yang membiarkan ayah ibunya meninggal.
Nara terisak-isak di dalam lemari tersebut hingga tiba-tiba Nara merasa jika pintu lemarinya dibuka. Nara pun bisa melihat dengan jelas siapa yang sudah membuka pintu lemari itu.
Nara memandang pria tersebut dengan senyum lebar. Ia langsung keluar dari lemari tersebut dan memeluk tubuh Alden erat.
"Paman."
Alden diam dan membiarkan Nara memeluk tubuhnya dengan erat. Getaran ketakutan pada Nara dapat ia rasakan dengan jelas.
"Kau sedang ketakutan?"
Nara pun menganggukkan dengan polosnya.
"Tenanglah. Aku akan selalu ada untu mu. Tak usah takut."
"Aku tahu Paman pasti selalu ada untuk ku. Tapi tadi ada Paman? Aku takut mendengar suaranya."
Alden pun teringat jika ia baru saja membunuh seseorang dengan tangannya sendiri. Suara tembakan itu adalah suara yang berasal dari pistolnya. Bahkan darah orang itu juga melekat di tubuhnya.
Nara menatap Alden dan menunggu pria itu menjawab. Jujur ia sangat penasaran dengan suara tembakan nyaring itu. Apakah Alden diserang oleh orang-orang yang dulu menyerang rumahnya.
Nara menatap ada darah di tangan Alden. Wanita itu langsung mundur ketakutan.
"Kau terluka." Alden tak menjawab. "Paman biarkan aku memberikan mu obat."
"Nara tetaplah di tempat mu. Ini urusan ku. Luka ku bisa saja sembuh sendirinya. Kau tak perlu khawatir."
"Tapi apa yang sebenarnya terjadi Paman?"
"Ada beberapa musuh yang mencoba untuk menyerang kita."
"Paman," ucap Nara ketakutan dan ingin menangis. Pakah kejadian malam kelam itu kembali lagi? "Tapi aku sudah mencegah mereka. Jadi tenanglah. Kau tetap di kamar. Aku akan ke kamar mandi akan membersihkan luka ku."
Nara pun mengangguk. Ia terbawa oleh skenario yang dibuat Alden. Nara sudah jauh terbuai oleh pria itu.
Tak lama Nara menunggu Alden pun datang dengan pakaian bersih. Pria itu tersenyum ke arahnya.
Kemudian menghampirinya. Nara merasa jika jantungnya berdegup sangat kencang. Alden begitu sempurna di matanya hingga sulit bagi Nara untuk mengalihkan pandangannya dari Alden.
"Paman!"
"Ada apa Nara?" Suara bisikan yang sangat sensual di telinga Nara. Ia pun mengedipkan matanya melihat Alden.
Alden tersenyum lebar lalu menarik tubuhnya ke atas ranjang. Kemudian pria itu memeluk tubuhnya dengan erat.
"Paman aku sudah besar apakah masih pantas untuk tidur berdua dengan Paman?"
"Kenapa tidak?" tanya Alden sembari mengusap punggung Nara.
Nara meremang ketika tangan kekar itu mengusap punggungnya.
"Paman aku gugup. Apakah aku salah tidur dengan mu?"
"Kau tidak salah. Jika perlu kau tidur bersama ku selama hidup mu."
"Tapi suatu hari nanti aku pasti akan menikah dan kau juga begitu." Tatapan Alden berubah marah. Ia tak suka Nara mengatakan itu. Ada sesuatu yang membuatnya menggebu-gebu.
"Apa yang kau katakan?" Alden terlihat sangat marah dengan Nara.
"Memang itu kan yang akan terjadi." Sejujurnya Nara juga sedih membayangkan ia dan Alden alam berpisah dan memiliki kehidupan masing-masing.
"Siapa yang mengizinkan kau menikah."
Nara terdiam mengetahui amarah yang keluar dari mulut Alden. Tak biasanya Alden seperti ini. Bahkan Alden pun tak mengenal dirinya ketika marah. Ia akan menekan Nara dengan ucapannya seperti mereka tak memiliki hubungan yang dekat sebelumnya.
"Paman, apa aku nanti tidak akan menikah."
"Kau tidak boleh menikah jika aku tidak mengizinkannya. Tapi sepertinya selamanya kau tidak bisa menikah karena aku tak akan merestui kau dengan siapapun."
Nara merasa jika Alden berubah. "Tapi..."
Nara terkejut ketika ia merasakan jika Alden menciumnya. Nara terkejut padahal ini bukan kali pertamanya Alden melakukan hal itu tapi tetap saja Nara merasa kaget setiap kali Alden melakukannya.
"Kau hanya milik ku."
"Paman jika kau menikah. Aku akan sendirian, apakah kau tetap tak ingin aku menikah?"
"Aku tidak peduli. Karena aku juga tidak akan menikah."
"Hah?" Nara terkejut bukan main.
_________
Nara menunggu Alden datang menjemputnya. Ia pun duduk di kursi tunggu sembari memainkan ponselnya. Nara bisa dikatakan ia adalah anak yang introvert lebih menyukai kesendirian padahal banyak anak-anak yang ingin berteman dengan Nara.
Tiba-tiba ada orang yang tidak dikenal duduk di sampingnya. Nara menatap sekilas pria itu dan kemudian fokus dengan ponselnya.
Ini Amerika dan jika tidak peduli dengan orang sekitar adalah hal yang wajar karena semua orang memiliki privasinya masing-masing.
"Hey."
Nara yang tidak terlalu bisa bersosialisasi pun lantas merasa gugup saat ia disapa. Nara memandang pria itu dan tersenyum tipis.
"Hay."
"Nara?"
"Iya. Kenapa kau bisa tahu dengan nama ku?"
"Karena aku tahu."
Nara mengernyitkan keningnya. Kenapa pria ini sangat misterius. Ia rasa tak pernah berkenalan dengannya akan tetapi ia bisa mengetahui namanya.
"Kau benar-benar membuatku bingung."
"Aku tahu kau adalah anak dari Regan dan Janny."
"Kau tahu nama ibu dan ayah ku?" kaget Nara.
"Ya."
"Apa yang kau tahu tentangnya?" tanya Nara berharap jika ia bisa mengetahui lebih dalam lagi mengenai orangtunya karena selama ini Alden tidak mau memberitahukan apapun tentang orangtuanya.
"Bisa dikatakan seperti itu."
"Tapi kau siapa?"
"Tidak perlu kau tahu. Kau tinggal bersama Alden asisten ayah mu itu?"
"Kau juga tahu tentang itu?"
"Well. Seperti yang kau duga."
"Kau benar-benar mengetahuinya. Apa yang lagi kau ketahui?" tanya Nara antusias.
"Aku juga tahu siapa yang membunuh ayah dan ibu mu?"
Deg
Apakah selama ini orang yang ia cari akan ia temukan. Jika Nara mengetahuinya maka Nara tak akan pernah memaafkan orang itu dan akan membunuhnya dengan tangannya sendiri.
Jika perlu cara matinya lebih sadis dari ketika orangtunya dibunuh.
"Alden." Nara membulatkan matanya. "Dialah yang telah membunuh orangtua mu," lanjutnya.
________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sari Utami
lanjutt thor....semakin menarik👍
2022-11-09
1
Uswatun Khasanah
oh.. my.. siapa dia.. konflik dimulaikah.. 🤔
2022-11-09
1