Nara menatap ke depan dengan pandangan kosong. Ia berpikir jika dirinya sudah tak lagi berada di dunia. Ternyata apa yang ia perkirakan tak sesuai dengan harapan.
Ia masih berdiri di atas bumi dan menikmati penderitaan yang tak berujung. Imbas dari percobaan bunuh dirinya membuat Nara merasakan sakit di area perutnya. Jika ia mati maka ia tak lagi merasakan rasa sakit itu tapi karena ia masih hidup Nara harus menanggung beban tersebut.
Nara menyentuh cahaya matahari. Tak ada bentuknya memang, tapi Nara bisa merasakan panas. Ia pun memejamkan mata dan kemudian pergi dari tepi jendela.
Nara menghela napas panjang dan tatapannya penuh kekosongan. Tak ada gairah hidup di matanya.
"Nara. Kenapa kau harus terlahir menjadi orang yang sangat menderita bahkan tak memiliki siapa-siapa di dunia ini? Semuanya sudah hilang karena pria itu. Benarkah dia seorang manusia?"
Nara tertawa. Bisa disebut juga dia menertawakan dirinya sendiri yang ia rasa hidupnya sangat konyol. Bisa-bisanya ia berpikir jika dirinya bisa bahagia. Padahal semua itu hanyalah harapan semu yang tak akan pernah terwujud sampai kapanpun.
"Kau benar-benar menyedihkan." Nara menyindir dirinya sendiri. Memang ia adalah wanita yang sangat menyedihkan, dan itu fakta.
Nara menarik napas panjang lalu kemudian menghembuskannya kembali.
"Adakah jalan bangga itu?" tanya Nara.
"Ku dengar kau hanya bertanya-tanya dengan masalah mu. Kau pasti bahagia. Karena roda kehidupan berputar. Mungkin saat ini kau penuh dengan penderitaan. Tapi satu hari nanti aku percaya kau akan meraih kebahagiaan mu itu." Nara diam mendengar nasehat orang yang baru saja bergabung dengannya.
Ia menatap ke arah orang tersebut. Ternyata adalah suster yang menangani dirinya.
"Apakah begitu? Kenapa aku tidak yakin."
Suster itu tersenyum lebar di depan Nara seolah mengembalikan harapan Nara. Ia juga sangat perhatian pada Nara dan mengusap pipi Nara.
Tatapannya begitu dalam. Ada sesuatu yang tak dimengerti oleh Nara.
"Kau adalah gadis yang cantik. Masa depan mu masih panjang, kau seorang anak yang masih 17 tahun . Nasib malang sudah kau lewati mungkin sudah saatnya kau untuk bahagia. Percayalah pada Tuhan dan kau akan mendapatkan kebahagiaan mu. Kau tak perlu takut karena ada yang melindungi mu."
"Apakah itu benar?" tanya Nara kepada sang suster.
"Kenapa aku harus berbohong."
"Bagaimana aku bisa melawan semua kegelapan yang menghinggap pada diri ku ini?" tanya Nara kepada suster tersebut.
"Kau harus menghadap Tuhan. Sudah berapa kali kau berdoa dan menghadapnya hari ini?"
Bahkan Nara lupa kapan terakhir kalinya ia pergi ke gereja. Mungkin sudah sangat lama, dan bisa jadi karena semua ini Tuhan memberikannya cobaan di luar batasannya.
"Nara lupa."
Suster itu tersenyum dan mengajak Nara ke hadapan patung Yesus yang ada di ruangan itu.
Nara pun memejamkan mata dan berdoa di hadapan sang Tuhan. Segala curahan hatinya ia ungkapkan di depan Tuhan. Cara terbaik adalah bercerita kepada Tuhan sendiri. Nara merapalkan doa seraya menitikkan air matanya.
"Nara." Nara membuka matanya dan menatap suster yang sudah membimbingnya. "Apakah kau sekarang lega?"
Nara mengangguk. "Aku merasa lebih baik."
"Syukurlah."
Nara pun berdiri dan menarik napas panjang. Ia pun menarik bibinya untuk tersenyum.
"Terima kasih. Kau membuat mu sedikit lebih tenang."
"Tidak apa-apa. Aku merasa bahagia jika kau pun lebih baik. Oh iya Nara, jika kau ingin melawan Alden maka kau tak bisa menggunakan kekerasan. Kau bisa melawannya dengan cinta karena itulah kelemahan seseorang. Hanya saja syaratnya kau tak ikut jatuh cinta padanya."
"Maksud mu?" tanya Nara tak mengerti.
"Kau bisa berpura-pura mencintainya lalu memberikan perhatian dan kasih sayang. Lalu selanjutnya kau menyakitinya. Mungkin cara itu yang terbaik karena jika kau ingin membunuhnya dengan cara melukainya maka kau tidak akan pernah berhasil."
Nara pun menarik napas panjang. Tidak mungkin ia melakukan hal itu. Nara rasa tak akan sanggup.
"Tidak mungkin. Aku tidak bisa melakukannya."
"Baiklah jika kau tidak ingin melakukan itu."
Nara pun merasa ragu-ragu. Apakah ia akan melakukan hal tersebut untuk menyakiti Alden?
"Apakah tidak ada cara lain?"
"Cara lain? Hm, mungkin ku rasa tidak ada."
Nara pun menghembuskan napas gusar.
"Benarkah? Benar-benar sudah tidak ada. Kenapa aku harus melakukan itu. Aku tidak yakin akan berhasil."
"Karena kelemahan dia satu-satunya adalah kau. Hanya kau yang bisa mengubahnya dan juga menyakitinya. Tolong lah kami yang di sini. Kami benar-benar hidup dalam ancaman dan ketakutan. Kami tak bisa melaporkan semua kejahatannya."
Nara diam dan berjalan ke tepi jendela lagi. Apakah mungkin ia melakukan hal itu? Nara merasa ragu-ragu karena dia bukanlah tipe orang yang bisa menyakiti hati seseorang. Terlebih lagi Nara adalah orang yang tak mengenal cinta, lantas bagaimana caranya ia menyakiti Alden?
"Apakah aku berhasil?"
"Tentu, karena aku tahu dia terobsesi kepada mu."
"Kenapa bisa?"
"Karena kau cantik."
"Hanya karena aku cantik?" tanya Nara tertawa pelan. Tawa yang menyimpan sejuta luka. "Dan karena itu pula dia menganggap ku seorang pelacur. Ketika aku menjatuhkan diri ku padanya kau tahu jika aku akan menjadi pelacurnya?"
Sang suster itu pun diam dan tak menjawab Nara. Jika ingin mencapai sesuatu maka ada yang harus dikorbankan.
"Kau tahu lebih baik kau mengorbankan sesuatu jika kau ingin apa yang kau dapatkan berhasil. Semua butuh pengorbanan."
Nara pun mulai mengerti. Ada bisik di telinganya untuk menyakinkan dirinya melakukan hal tersebut. Menjatuhkan diri pada Alden.
"Aku menjadi budaknya?"
"Saya rasa kau bukanlah seorang budak di matanya. Kau sangat berharga."
Nara pun berjalan ke arah ranjangnya dan merebahkan dirinya di sana. Sejenak ia pun memejamkan matanya.
Tak lama seseorang yang memiliki aura paling pekat pun masuk ke dalam kamar. Suster itu terkejut dan langsung pergi.
Tanpa melihat Nara pun sudah tahu siapa yang telah masuk.
"Pergilah aku ingin sendiri."
"Kau keguguran. Kau harus banyak beristirahat." Nara membuka matanya.
Ia terkejut mendapatkan sebuah fakta bahwa ia telah memiliki seorang anak.
_______
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Uswatun Khasanah
oh on.. hamil... 😱
2022-11-11
0