Nara terdiam kaku mendengar apa yang diucapkan oleh Alden. Dia hamil? Dan dia keguguran? Dan dia sudah memiliki anak? Hah? Kenapa rasanya semuanya seperti hanyalah ilusi.
Tak terasa air mata pun jatuh ke pipi Nara. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan siapapun tanpa terkecuali. Nara merasa tersiksa akan hal itu. Ia diam dengan mata yang terus mengeluarkan sumber air yang tak berhenti.
"Kau!! Kenapa bisa?"
"Karena aku yang mencetaknya." Nara menatap ke wajah Alden. Apakah pria itu pernah merasa bersalah kepada dirinya telah menyakiti dia berkali-kali dan Kimi bertambah lagi penderitaannya.
Meksipun anak itu adalah hasil dari Alden tapi Nara adalah tipe orang yang sangat menyayangi anak kecil. Ia tak pernah menebak takdirnya akan semengenaskan ini. Ia akan bertemu dengan sosok orang yang tak tahu terima kasih seperti Alden lalu menjalani hidup yang penuh hina dan kemudian mengandung lalu langsung dijatuhkan dari ketinggian jika dia keguguran.
Nara benar-benar merasa jika hidupnya penuh dengan drama.
"Kenapa aku harus merasakan penderitaan seperti ini. Pernahkah kau peduli kepada ku? Aku tersakiti di sini dan kau dengan mudahnya menyakiti hati ku, hiks." Nara pun menangis kencang meratapi dunianya yang Sudah terlanjur hancur.
Alden hanya diam melihat Nara yang histeris. Ia kira Nara membenci kehamilannya dan ternyata wanita itu malah marah karena ia tak bisa menjaga anaknya.
"Apakah aku salah? Aku telah menyakiti bayi ku karena aku yang terlalu egois."
Alden menarik napas panjang lalu mendekati Nara. Ia mendekap tubuh wanita yang sangat rapuh.
Nara diam dan tak menepis pelukan Alden. Nara menangis di dada bidang itu.
"Aku hamil dan aku akan menjadi seorang ibu tapi aku membunuhnya."
"Tenanglah. Kau akan bisa mendapatkannya lagi."
Nara menatap Alden dnegam pandangan marah. Ia tahu ke mana jalan pikiran laki-laki tersebut. Tak ada rasa sakit sama sekali ditunjukkan di wajahnya karena kehilangan sang anak.
Ah, Nara lupa jika Alden hanya menginginkan tubuhnya bukan seorang anak.
"Nara."
"Kau gila. Kau tak pernah merasakan hati seseorang. Kau tak ada sedih sama sekali anak mu sudah tidak ada."
Alden terkejut mendengar hal itu. Bagaimana mungkin ia tak peduli anaknya meninggal. Bahkan Alden sempat tak bisa melakukan apapun karena selalu kepikiran tentang anaknya.
"Aku memikirkannya hanya saja kau yang tak tahu," ucap Alden membuat Nara diam.
Nara tertawa pelan lalu kemudian memejamkan matanya dan bersamaan dengan itu air mata pun luruh.
"Aku ingin menyusul anak ku."
Alden pun menggeram. Ia tak akan membiarkan Nara melakukan bunuh diri sekali lagi.
"Nara kau tak akan ku biarkan membunuh diri mu sendiri. Aku tak akan pernah membiarkannya."
Nara memandang Alden dengan senyum getir di wajahnya. Apakah benar kata suster tadi bahwa Alden mencintainya?
"Aku ingin melihat kuburan anak ku."
Alden menatap Nara yang sedang meratapi kesedihan. Apapun yang Nara inginkan dia penuhi.
"Baiklah. Tapi ku harus beristirahat terlebih dahulu."
Nara mengangguk dan meringkuk di dalam selimut. Nara pun menarik napas panjang dan memejamkan matanya.
Alden merasa damai melihat Nara yang patuh kepadanya. Ia lantas mengikuti jejak Nara dan memeluk tubuh wanita itu. Ia mengusap kepala Nara dan juga membisikkan kata-kata yang menenangkan.
Sudah lama Nara tak merasakan kehangatan dari Alden. Sejak ia mendapatkan fakta tentang Alden dan Alden mengetahuinya langsung berubah sikapnya kepada Nara. Dan kini Nara merasakan Alden yang dulu.
__________
Alden menarik napas panjang. Ia berusaha menahan tangis saat melihat Nara yang menangis di atas batu nisan anaknya.
Calon anaknya yang baru beberapa bulan dan masih berbentuk gumpalan darah.
Nara membenci cara ia mendapatkan anak akan tetapi dia tak pernah membenci anaknya karena Nara sangat menyayangi anak-anak.
"Tenanglah. Dia sudah bahagia di sana." Nara menatap ke arah Alden dan mengangguk.
"Aku sudah tenang. Aku ingin pulang beristirahat. Rasanya aku sangat lelah." Alden pun setuju. Ia lantas membantu Nara yang belum terlalu mahir tersebut.
Nara diam melihat kehangatan yang dimiliki oleh sisi lain Alden. Ia sangat merasa tenang jika Alden baik seperti ini walau tak bisa menampik jika ada kemarahan yang masih terselip pada Nara.
Mereka pun pulang dan Nara merasa sangat lelah. Karena kondisinya yang tak terlalu baik. Ia mengalami luka serius ditambah ia baru saja keguguran.
"Apakah kau ingin beristirahat?" tanya Alden kepada Nara.
Nara mengangguk. "Antarkan aku ke kamar. Dan panggilkan suster karena aku ingin dia menemani mu."
"Baiklah."
Alden pun memanggil suster untuk menemani Nara. Nara menunggu sang suster di dalam kamar.
Saat suster kemarin masuk ia melihat Nara yang tengah menunggunya.
"Kau mencari ku?"
"Apakah aku hamil dan aku keguguran?" tanya Nara kepada sang suster.
Suster itu pun menunduk dan ia merasa sangat bersalah karena menyembunyikan hal tersebut sebab ia tak ingin Nara tenggelam dalam kebencian dan larut dalam kesedihan.
"Maafkan aku. Aku tak mengatakannya. Kau memang hamil kemarin dan keguguran."
Nara berusaha untuk tak menangis lagi karena ia sadar anaknya di sana pasti ingin dia bahagia.
"Aku pembunuh."
"Kau tak pantas mengatakan itu." Nara menatap sang suster itu. "siapa nama mu? Aku pikir kau adalah rekan yang baik untuk membantu ku."
"Nama ku adalah Rose."
"Rose?" tanya Nara memastikan.
"Yeah itu nama ku. Aku siap menjadi pendengar mu."
Nara pun menarik napas panjang dan kemudian mengajak Rose duduk di sampingnya.
"Apa yang kau tahu tentang Alden? Katakanlah aku ingin mendengar semua tentangnya yang tidak aku ketahui."
Tentang Alden Nara merasa sangat penasaran akan pria itu. Apa yang telah ia lakukan selama ini yang belum Nara ketahui.
"Kau ingin mendengarnya? Tapi aku tak bisa mengatakan semuanya kepada mu."
"Kenapa kau tak bisa mengatakannya?"
Rose diam dan tak menjawab.
_________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments