Nara mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia terdiam beberapa saat. Nara pun sadar dengan malam tadi. Apakah itu semua nyata? Nara bahkan tak bisa berpikir jernih.
Tapi bayang-bayang yang teringat jelas di kepalanya membuat Nara yang masih terbaring lemah lantas langsung membuka matanya. Ia menatap sekitar dengan perasaan benar-benar hancur. Semuanya sudah terlanjur pupus dan Nara hanya bisa menerima nasib atas kehendak Tuhan yang membuat takdirnya seperti ini.
Di lantai penuh dengan bajunya yang berserakan. Sulit diterima kenyataan yang tak pernah disangka oleh Nara. Alden adalah paman terbaik yang menjaganya selama ini. Bahkan Nara tak pernah tak memuji Alden jika ia datang ke kuburan orangtuanya dan menceritakan segala tentang Alden penuh akan pujian.
Ternyata Alden yang ia anggap sebagai pelindung malah laki-laki itu lah yang menghancurkan Nara hingga hancur lebur.
Cukup sudah kejadian tadi malam menjawab pertanyaannya selama ini. Belum lagi mahkotanya hancur. Padahal hanya itu yang Nara punya dan untuk ia banggakan. Tapi kini pupus sudah harapannya tak ada lagi yang spesial pada dirinya.
"Kau benar-benar jahat. Kau baj.ingan!!! Aku tidak Sudi lagi menyebut nama baj.ingan seperti mu. Aku akan membunuh mu," ucap Nara pelan dan meneteskan air matanya.
Dia tak akan pernah memaafkan semua yang telah terjadi padanya. Alden sengaja menjauhkannya dari dunia yang mengasah bakatnya agar bisa membalas dendam.
Hanya satu yang ada di pikiran Nara saat ini. Yaitu ia melarikan diri dari rumah dan mengumpulkan tenaga untuk membalas dendam. Itu jika ia mampu melakukannya.
Tapi semuanya sudah terlanjur menjadi bubur. Nara sudah dewasa apakah masih sempat dirinya untuk mengasah bakat dan melakukan misi balas dendam? Apalagi ia juga belum pasti keluar dari kurungan emas ini.
Nara berusaha untuk bangkit. Tapi ia untuk bergerak saja sudah kesulitan. Apalagi harus melarikan diri. Nara pikir mungkin dirinya adalah orang terbodoh di dunia.
"Kau ingin ke mana?" Nara terdiam mendengar suara itu.
Suara bass dan sangat misterius. Siapa lagi jika bukan Alden pemiliknya. Mungkin dulu Nara merasa senang saat mendengar suara tersebut tapi berbeda dengan sekarang, rasanya ia ingin mencabik-cabik pria tersebut.
Nara mengabaikan Alden. Ia berusaha untuk melakukannya sendiri. Ia tak sudi jika pria itu menolongnya atau pun menyentuhnya lagi. Terlalu dalam kekecewaan Nara.
Nara berjalan perlahan. Wanita itu mencoba untuk bangkit dan berusaha sendiri agar bisa membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia mampu berdiri tanpa bantuan orang lain.
Tapi apa hasilnya? Nara malah terjatuh dari ranjang ke lantai. Ia meringis ketika merasakan denyut yang luar biasa di pahanya.
Nara diam-diam menangis. Ia kecewa kepada dirinya yang tak mampu untuk berjalan sendiri. Jika begini bagaimana mungkin ia bisa balas dendam? Seperti ini saja Nara sudah tak mampu dan ingin menyerah. Apalagi melakukan balas dendam sebuah misi yang sangat besar.
Nara pun bertekad kuat. Ia melakukan cara apapun agar dirinya bisa mencapai kamar mandi. Nara memutuskan untuk mengesot.
Sementara itu Alden memperhatikan Nara dan menyandarkan punggungnya di dinding. Ia tak melakukan apapun saat Nara terjatuh, karena Alden ingin melihat apa yang akan dilakukan Nara.
Ia tak menyangka jika Nara akan mengesot sambil menangis. Ternyata nyali Nara sangat kuat. Alden merasa senang tapi juga terancam.
Lantas ia pun menghampiri Nara lalu menggendong tubuh Nara. Nara membelalak ketika tubuhnya melayang di udara. Ia merasa sangat marah karena telah diangkat oleh Alden.
"Kau terlalu lambat."
"Apa yang kau lakukan si.alan? Aku bisa melakukannya sendiri!!" teriak Nara marah dan membulatkan matanya.
"Jangan berpura-pura kuat di depan ku jika kau hanyalah wanita lemah yang menyedihkan."
Deg
Bak ada ribuan pisau yang menikam hatinya. Nara benar-benar merasakan sakit hati karena ucapan Alden. Tapi bagaimana pun Alden ada benarnya.
Ia hanyalah wanita lemah yang sangat menyedihkan. Orangtuanya sudah tidak ada dan ia hidup sebatang kara terlebih lagi ia juga tinggal di rumah orang yang sangat dibencinya dan ditambah hal yang berharga pada dirinya direnggut secara paksa.
"Kau!! Hiks." Nara tak bisa berkata-kata. Ia kehabisan suara untuk mengatakan segala makiannya kepada Alden.
Mengingat jika Alden adalah musuhnya yang sangat besar membuat Nara berpikir Kenapa tak sekalian dia meminta Alden membunuhnya agar ia bisa berkumpul dengan keluarganya di sana.
"Bunuh aku," ucap Nara saat dirinya berada di dalam buth up.
Alden memandang Nara dengan intens. Ia hanya tersenyum miring lalu mendekatkan bibirnya di telinga Nara.
"Setelah apa yang aku lakukan pada mu agar kau bisa sebesar ini dan kau meminta aku membunuh mu? Kau pikir aku akan melakukannya?"
Alden tak akan pernah memenuhi keinginan Nara. Nara adalah candunya apalagi saat ia mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari wanita ini. Alden malah terobsesi kepada Nara dan yakin jika candunya adalah seorang Nara.
Plakk
Nara menampar Alden dengan keras. Memang awalnya ia sendiri tak percaya kepada dirinya telah melakukan itu. Nara sempat ketakutan tapi lama kelamaan ia pun mulai tenang dan tak akan takut lagi kepada pria di depannya.
"Kau!!"
Nara menyeringai seolah menantang Alden. Alden sempat terdiam sesaat melihat keberanian Nara.
"Apa itu sakit? Apakah kau ingin yang lebih dari itu? Aku bisa melakukannya atau perlu aku yang akan membunuh mu."
Alden tertawa sumbang. Nara-nya yang lemah lembut dan polos kini telah berubah dan tak sama lagi dengan Nara yang dulu.
"Kau benar-benar membuat ku tertantang, Baby!"
Nara pun membalas tawa Alden. Ia pun mengusap pipi pria itu lalu mendorongnya. Entah keberanian dari mana yang Nara miliki hingga melakukan hal tersebut. Tapi saat ini Nara benar-benar merasa jika dirinya harus melawan Alden jika tidak ingin ditindas.
"Kau tahu? Kau benar-benar membuat ku mabuk. Sifat mu yang sekarang malah membuat ku menyukainya. Aku suka wanita yang aktif, apalagi itu di ranjang."
Nara terkejut tapi ia berusaha untuk tenang. Ia tak menyangka jika pamannya akan seprontal ini.
"Kau tahu. Aku benar-benar merasa geli dengan sifat mu! Kau bedebah. Enyahlah kau!!" Nara menyerang Alden tapi ia tak bisa bergerak karena kakinya yang terasa keram.
Selain itu Alden juga mengangkat tubuhnya dan mencium bibir Nara dengan sangat kuat hingga membuat Nara kelelahan. Nara menangis kencang dan berusaha untuk memukuli dada Alden meskipun tangannya kadang ditahan.
"Nara. Aku tak akan pernah melepaskan mu. Jadi jangan pernah berpikir kau akan bebas. Kau hanya boleh ada di samping ku dan mematuhi aku."
__________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Uswatun Khasanah
diskip hareudang nya.. othornya masih polos rupanya.. 👍 semangat..
2022-11-10
0