Wanita Kesayangan CEO Posesif

Wanita Kesayangan CEO Posesif

Part 1

Di sebuah kafe bintang lima yang terletak di pusat kota Paris, Dandi Richard sedang menunggu wanita kesayangannya yang ingin menikmati makan siang bersama, setelah lamanya mereka menjalin hubungan jarak jauh selama 4 tahun karena Dandi melanjutkan studi kuliah luar negeri di Amerika.  Dandi yang pulang dari Amerika kemarin, ia ingin mengajak wanitanya untuk bertemu hingga hari ini ia berada di tempat kafe yang ternyata wanitanya belum datang sesuai janjinya.

“Huh, sudah jam 2 siang tapi kenapa  wanitaku belum datang.” lirih Dandi diiringi ketukan jari di atas meja. Ia mengambil kopi pesanannya yang diantar pelayan kafe tadi. Ia meneguk kopi panas untuk memanaskan diri di musim dingin. Tatapan matanya melirik ke arah jam tangan yang terus berputar tanpa henti.

“Lebih baik aku telpon saja, siapa tahu wanitaku lupa janji makan siangnya.” Dandi mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai melakukan sambungan panggilan masuk.

Tut… Tut… Tut…

“Hallo sayang, kamu sudah dimana? Aku sudah menunggumu sejak tadi di tempat biasa,” ucap Dandi melalui sambungan panggilan masuk.

“Iya sayang, aku hampir mau sampai di tempat kafe, tunggu sebentar ya. " sahut seorang wanita di seberang sana.

Baru saja Dandi ingin membalas perkataan wanitanya, tak lama kemudian, ia mendengar suara hantaman keras hingga sambungan panggilan dimatikan secara sepihak.

Tin… Tin… Brakkk… Brak…

Dandi yang mendengar suara itu sontak saja ia menoleh ke arah sumber suara yang terasa dekat dari tempat duduknya.

“Sepertinya ada kecelakaan, tapi kenapa sambungan panggilan dimatikan secara sepihak. Aneh, perasaanku merasa tidak enak begini.” Dandi dengan cepat menelpon wanita kesayangannya tetapi sambungan panggilan masuknya tidak menerima jawaban apapun.

Dandi semakin panik dengan kejanggalan dari pacarnya yang tidak seperti biasanya mengabaikan teleponnya. Ia terus menelpon hingga lima kali mencoba melakukan sambungan panggilan masuk, akhirnya teleponnya tersambung.

"Hallo sayang, kamu sudah berada dimana?" tanya Dandi to the point.

"Maaf, apa benar ini ponsel milik pacar bapak?" tanya seseorang memastikan tanpa menjawab pertanyaan Dandi.

Dandi yang mendengar suara orang asing yang menjawab teleponnya membuatnya merasa panik tapi ia tetap berusaha tenang terlebih dahulu.

"Benar, Ibu siapa ? Dimana pacar saya?”

“Maaf pak, tadi saya menemukan ponsel ini di dekat tempat kejadian kecelakaan di simpang jalan kafe bunga. Kondisi mobilnya meledak dan hancur karena mengalami kecelakaan beruntun.” jelas seseorang melalui sambungan ponselnya,

Sementara Dandi yang mendengar semua penjelasan yang berhasil membuat jantungnya berhenti berdetak. Lidahnya terasa keluh untuk mengatakan apapun. Dengan tangan yang terlatih, ia mematikan sambungan panggilan secara sepihak.

Dengan perasaan khawatir dan takut wanitanya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dandi langsung berlari menuju keluar pintu utama kafe hingga mengabaikan orang-orang yang berkerumunan di tempat kejadian kecelakaan beruntun.

Banyaknya mobil yang tertabrak satu sama lain di jalanan, membuat Dandi mencari keberadaan mobil yang digunakan oleh pacarnya. Ia terus berjalan mendekati kondisi mobil yang terlihat mirip dengan mobil milik pacarnya yang kondisi kaca mobil depan pecah dan bodi mobil sudah tak berbentuk lagi.

“Tidak mungkin! Ini pasti tidak mungkin!” Dandi memejamkan kedua bola matanya sejenak, ia menghirup udara untuk menenangkan dirinya. Dengan kedua kaki yang semakin mendekat menuju mobil hancur dan melihat korban kecelakaan yang dijembut oleh ambulan. Dandi mengalihkan pandangannya menuju ke arah plat nomor mobil xxxx dan ia mencoba untuk mengingat-ingat nomor plat mobil pacarnya dan hatinya semakin sakit dikala nomor plat mobil yang hancur ini milik pacarnya.

“Ini pasti salah dan aku harus memeriksanya kedua mataku sendiri.” Dandi bergegas meninggalkan tempat kejadian menuju ke arah parkiran mobil. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi mengikuti ambulan yang membawa korban kecelakaan menuju rumah sakit untuk ditangani.

Setelah memarkirkan mobil di area parkiran rumah sakit elit di kota Paris, ia berjalan cepat melewati kalidor rumah sakit untuk memastikan apa benar wanita kesayangannya termasuk korban dalam kecelakaan beruntun.

Dandi menatap ke arah ruangan UGD Rumah sakit Pelita. Disana, ia melihat ada beberapa perawat yang mendorong brankas pasien dan dicegahnya sejenak untuk meminta kepastian.

"Dimana ruangan pasien yang mengalami kecelakaan beruntun di simpang jalan kafe bunga  tadi?’ tanya Dandi pada salah satu perawat laki-laki di rumah sakit.

"Korban masih ditangani oleh dokter di ruang UGD Pak.” jawab perawat laki-laki itu sopan dan hormat pada keturunan keluarga Richard.

"Baiklah, terima kasih atas informasinya. Aku tunggu kabar selanjutnya.” sahut Dandi yang memilih menunggu tepat di depan pintu ruang UGD. Ia berusaha menenagkan hatinya dari rasa takut kehilangan pada wanita yang sangat ia cintai. Dandi tak henti-hentinya memanjatkan semua doa agar wanita kesayangannya dapat diselamatkan dari kejadian kecelakaan beruntun ini.

Dua jam telah berlalu Dandi duduk menunggu di ruang UGD dan tak lama kemudian pintu ruangan terbuka. Ia langsung berdiri dari duduknya dan segera berjalan menuju dokter yang baru saja keluar dan ia mengajukan beberapa pertanyaan pada dokter mengenai kondisi wanita kesayangannya.

"Bagaimana keadaan pacar saya, dok ? Dia baik-baik saja kan dok? Dia selamat kan ? Ayo jawab dok?" tanya Dandi tak sabaran sambil mencengkeram kerah baju dokter itu.

Dokter tampan bernama Jino hanya menunduk takut karena pria tampan di hadapannya orang penting.

"Maaf pak, saya tidak bisa menyelamatkan pacar bapak, nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena mengalami luka bakar hingga wajahnya hancur tanpa bentuk.” jawab dokter Jino dengan penuh penyesalan.

“Saya menemukan cincin ini yang digenggam erat oleh pacar bapak, saya berikan saja cincin ini barang kali penting pada bapak,” ucap dokter itu lagi hinga pamit undur diri dari hadapan Dandi.

Seketika ekspresi wajah Dandi memucat dikala cincin yang digenggamnya ini pemberiannya pada sang wanita kesayangannya. Dandi benar-benar tak menyangka wanitanya secepat ini meninggalkannya untuk selama-lamanya, tubuhnya terasa lemas hingga ia menjatuhkan diri di atas lantai rumah sakit. Jantung terasa berhenti berdetak dikala mendapatkan kabar kepergiaan wanita kesayangannya. Dandi merasa tidak percaya disaat pertemuan yang ditunggu-tunggunya bersama sang pacar menjadi pertemuan untuk terakhir kalinya.  Ada rasa penolakan yang mendalam bercampur rasa bersalah karena dirinya tidak menjemput wanitanya saja. Tapi nasi sudah menjadi bubur, sebuah penyesalan akan berakhir di akhir cerita cintanya.

Dandi membiarkan buliran kristal membasahi wajah tampannya agar membuat hatinya merasa sedikit tenang. Tidak ada rasa malu saat orang-orang melihat dirinya menangis di atas lantai rumah sakit hingga salah satu satpam membantunya berdiri dari lantai rumah sakit. Dandi dengan berat hati meninggalkan rumah sakit yang menjadi saksi atas kepergiaan sang pacar tanpa melihat kondisi pacarnya untuk terakhir kalinya.

Dengan langkah kaki tegasnya ia terus berjalan keluar menuju area parkiran mobil. Di dalam mobil, ia menghubungi tangan kanannya untuk meminta bantuan untuk menyiapkan prosesi pemakaman untuk wanita kesayangannya. Sedangkan dirinya akan hadir tepat setelah proses pemakaman mayat selesai. Dandi merasa tidak akan kuat dan tidak rela jika harus melihat wanita kesayangannya dikuburkan.

Pemakaman wanita kesayangan Dandi itu hanya dihadiri oleh teman-teman dan keluarga dekat Dandi karena wanita kesayangannya adalah anak yatim piatu. Selama ini, Dandi yang membiayai kehidupan pacarnya hingga hidup mandiri sampai tiada di dunia ini.

Di tempat pemakaman elit di kota Paris

“Aku merasa tidak percaya, sungguh kamu tega meninggalkanku ini sayang. Bukankah kamu pernah berjanji tidak akan pernah meninggalkanku tanpa seijin dariku. Tapi kenapa?  Kenapa kamu tega pergi dariku dengan cara seperti ini? Hiks… Hiks…” air mata Dandi membasahi batu nisan pacarnya, ia mengusap foto pacarnya yang berada di atas pemakaman baru.

***

Kejadian ini merupakan pukulan keras untuk seorang Dandi, bahkan ia masih tidak berniat untuk pergi dari pemakaman sang pacar hingga hari berganti gelap.

Tangan kanannya yang melihat tuan mudanya seperti itu turut merasa sedih, pasti sangat sakit di tinggalkan orang yang dicintai untuk selama-lamanya.  Namun kita sebagai manusia tidak bisa mengubah takdir hidup seseorang, kita hanya bisa bersyukur dan berjuang dengan takdir yg telah kita miliki.

Lima bulan telah berlalu, kondisi Dandi terlihat memperhatinkan. Dengan gaya hidupnya yang tidak sehat, apalagi ia lebih banyak bekerja dan mengabaikan waktu makannya. Lebih parahnya di rumah hanya banyak meminum alkohol hingga tertidur. Hidupnya sudah kehilangan tujuan hidup. Hal itu dilakukan semata-mata ingin melupakan sosok wanita yang selalu bermimpi indah bersamanya.

"Tuan ini sudah waktunya pulang," ucap Jino sebagai tangan kanan Dandi.

" Iya kamu duluan saja, saya masih ada kerjaan." sahut Dandi tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya menuju tangan kanannya.

" Tapi tuan, dari siang tadi tuan belum makan apapun. Setidaknya tuan bisa makan dulu agar tidak sakit.” sahut Jino masih berdiri di hadapan tuan mudanya yang terlihat sibuk dengan urusan pekerjaan kantor.

" Nanti saja, saya merasa belum lapar."

Jino hanya menghela nafas kasar mendengar penolakan tuan mudanya. Dengan memberanikan diri ia mengajak tuan mudanya sekaligus sahabatnya untuk makan.

"Ayolah Dandi, aku tahu kamu masih belum melupakan kejadian itu. Namun kamu harus memperhatikan kesehatanmu. Kamu harus bangkit dari keterpurukanmu. Memang sulit ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai tapi kamu masih memiliki kedua orang tuamu dan kasihan pada kedua orang tuamu jika kamu masih seperti ini, " ucap Jino khawatir dan ia tidak lagi memanggilnya tuan muda karena ia sudah kesal dengan tingkah laku keras kepala Dandi. Jino dan Dandi adalah sahabat sejak SMA dulu, itu juga yang membuat ia berani berbicara tidak formal pada Dandi sedang berdua saja.

"Sudahlah, kamu lebih baik pulang saja." Sahut Dandi dingin.

"Baiklah terserah kamu saja," ucap Jino kesal kemudian pergi meninggalkan Dandi di dalam ruangannya.

Dandi menatap punggung Jino yang keluar dari ruangannya, ia menyenderkan tubuh bidangnya di kursi kebersarannya. Rasanya ia merasa sulit untuk menerima kenyataan pahit ini.

“Mengapa aku sama sekali tidak bisa melupakanmu sayang ?  Mengapa ?  Aku mohon kembalilah dan bawa aku bersamamu.” lirih Dandi dengan menatap bingkai foto kecil yang berisi seorang wanita cantik yang terpajang di atas meja kerjanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!