Dengan berlari kencang di koridor rumah sakit mewah di kota Paris, Rico berharap akan menemukan keberadaan Firda kali ini. Langkah kakinya terus melewati koridor ruangan rumah sakit menuju ruang VVIP yang ditunjukkan oleh Sinra sebagai rekan kerja yang menelponnya tadi. Dengan tangannya yang kasar, ia membuka pintu ruangan itu namun ternyata ruangan itu kosong. Ia terus mencari lagi di sekeliling rumah sakit namun hasilnya nihil, tak kunjung ia menemukan sosok kekasihnya yang hilang entah kemana.
Segera Rico berjalan menuju ke meja informasi untuk mengetahui keberadaan pasien yang dirawat atas nama Firda di rumah sakit ini.
"Permisi nona, Saya mau bertanya, benarkah disini ada pasien yang terluka tangannya atas nama Firda?" tanya Rico dengan ekspresi wajah serius pada perawat.
"Sebentar saya periksa dulu, tuan." jawab petugas rumah sakit sembari mengutak-atik komputernya untuk menemukan nama yang dicari.
"Benar tuan, tapi pasien sudah pulang setengah jam yang lalu." sahut petugas itu lagi.
"Baiklah, kalau begitu terima kasih," ucap Rico langsung meninggalkan rumah sakit itu.
Di sepanjang jalan, ia sudah tidak tahu harus mencari kemana lagi keberadaan Firda. Ia menghela nafas sejenak untuk menenangkan pikirannya.
‘Kamu dimana fir, semoga kamu baik-baik saja disana?”
Di sepanjang perjalanan, Rico terus melapalkan doa yang tak henti-henti pada kekasih yang sangat dicintainya. Ia sangat berharap agar dapat menyusul Firda yang telah meninggalkan rumah sakit setengah jam yang lalu. Kembali lagi, ia mengelilingi kota itu, beberapa kali Rico menghubungi polisi, namun tidak ada kemajuan dalam kejadian-kejadian Firda sampai saat ini. Pikirannya terlintas pada seorang pria yang mengaku sebagai suami kekasihnya, Rico yakin pasti pria itu yang menyembunyikan keberadaan Firda.
*Flashback on*
“Argh... Aku dimana?" ucap Firda yang baru siuman dari masa kritisnya, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama tangan kanannya yang diperban. Sejenak, ia melakukan apa yang telah terjadi tadi siang dan ia baru menyadari bahwa ia baru saja membahayakan nyawanya sendiri.
"Kamu tidak apa-apa? Bagian mana yang sakit?" tanya Dandi dengan wajah khawatir sambil memeriksa bagian tubuh Firda.
"Apa pedulimu?" ucap Firda dengan tatapan sinisnya ke arah Dandi yang berdiri di hadapannya.
"Saya lihat kamu sudah ada tenaga untuk melawan saya, itu artinya kamu sudah sehat, sekarang mari kita pulang." ajak Dandi segera mengemasi barang-barang Firda.
"Enggak mau itu bukan rumah saya. Saya mau pulang ke rumah saya, saya nggak mau ikut kamu." tolak Firda dengan tatapan tajamnya.
" Rumahku adalah rumahmu, selamanya akan tetap seperti itu. Jangan pernah berpikir untuk lari dari saya! Karena saya akan menemukanmu walau ke ujung dunia sekalipun," ucap Dandi tegas.
"Apa kamu gila ? Memaksa seorang wanita yang tidak mengenal dirimu untuk pergi hidup bersama? Bahkan kamu mengurungnya seperti peliharaan. Kamu pikir aku bahagia dengan kemewahan yang kamu tawarkan? Itu salah besar! Kamu sangat salah." jawab Firda sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Lalu, apa yang bisa membuatmu merasa bahagia?” tanya Dandi dingin.
"Saya hanya ingin pulang ke rumah dan melanjutkan kehidupan saya sebagaimana sebelum bertemu dengan kamu." jawab Firda cepat.
"Apapun yang kamu inginkan akan saya wujudkan, kecuali meninggalkanku. Sampai kapan pun kamu hanya boleh berada di sisiku." sahut Dandi tanpa merasa bantahan.
Di tengah pembicaraan mereka itu tiba-tiba seseorang mengetuk mengetuk pintu.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk," ucap Dandi.
"Permisi pak, masalah administrasi sudah saya selesaikan, sekarang nona sudah bisa pulang," ucap Jino melirik ke arah Firda sekilas, ia merasa heran saja, mengapa wajah wanita itu mirip dengan mendiang Daisy tunangan Dandi yang meninggal karena kecelakaan beruntun dulu.
"Baiklah, bantu saya bawa barang Firda ke dalam mobil dan saya akan menyusul!" perintah Dandi yang dijawab dengan anggukan saja.
"Sudah saya katakan berkali-kali saya tidak sudi pulang dengan kamu. Apak kamu tidak mengerti bahasa manusia begitu?" sahut Firda dengan raut wajah marahnya.
"Baiklah akan aku gunakan caraku sendiri untuk membawamu pulang." dengan segera, Dandi langsung menutup hidung Firda itu dengan menggunakan sapu tangan yang telah diberi obat bius.
Entahlah kini Dandi sudah gila atau apa, dirinya selalu siap sedia dengan obat bius itu. Ia selalu berpikir hanya cara itu yang dapat membuat Firda menurut. Setelah dirasa sudah tidak ada pergerakan dari wanita itu, segera ia mengambil kursi roda dan membawa paksa Firda kembali ke villanya.
*Flashback Off*
Satu bulan telah berlalu, sejak kejadian Firda mencoba bunuh diri, dirinya kini benar-benar merasa tersiksa karena penjagaan yang super ketat dari Dandi. Bahkan untuk keluar dari kamar pun ia tak diizinkan.
“Apa dia sudah benar-benar tidak waras harus mengurungku seperti ini? Aku sangat yakin dia itu seorang psikopat. Bagaimana pun caranya aku harus segera melaporkan diri dari sini?” gerutu Firda dengan wajah kesalnya.
Kini Firda memiliki ide baru untuk meloloskan diri dari tempat sanggar emas ini, dimana ia akan membius Dandi sama seperti yang dia lakukan pada dirinya minggu lalu.
Ceklek!
Dilihatnya pintu kamar terbuka lebar dan muncullah seseorang yang akhir-akhir ini hampir gila karena dirinya.
"Mengapa kamu menolak makan malammu?" tanya Dandi dingin.
“Aku tidak lapar." Jawab Firda singkat.
"Apa hobimu sekarang membuatku marah?" tanya Dandi lagi.
"Siapapun akan marah jika dirinya dikurung dalam kamar mewah tanpa diberikan waktu sekedar menikmati udara segar." jawab Firda cepat.
"Apa kamu pikir saya orang bodoh? Jika saya melakukan itu artinya sama saja saya membantumu melaporkan diri dari tempat ini." jawab Dandi dengan menatap tajam ke arah dirinya.
"Lalu, apa maumu ? Apa seumur hidup kamu akan mengurungku dalam kamar seperti ini ? apa kamu berencana membuatku gila Tuan Dandi?" sarkas Firda bertanya apa adanya.
"Tidak jika kamu menikah denganku." jawab Dandi enteng.
"Aku tidak akan pernah menikah dengan orang yang tidak aku cintai dan orang yang tidak mencintaiku." sahut Firda.
"Apa yang kamu cintai adalah kekasihmu itu ? Dokter bedah itu ?" tanya Dandi memancing Firda.
"Kau mengenalnya?" tanya Firda dengan raut wajah heran ke arah Dandi.
"Tidak kenal dan tidak ingin kenal. Saya hanya memperingatkan kamu, saya orang berpengaruh di negara ini. Jadi, apapun akan sangat mudah untuk merusak kekasih jelekmu itu." jawab Dandi dengan nada sombongnya.
"Jika kamu berani untuk menyentuhnya sedikit saha, aku sendiri akan membunuhmu dengan tanganku." ancam Firda dengan tatapan tajam bercampur penuh kebencian menuju ke arah Dandi.
" Oh… wanita cantik dan polos sepertimu berani juga ternyata mengancam saya. Tapi saya pastikan, sebelum kamu bisa membunuh saya akan saya buat kamu mengandung anakku lebih dulu. Jadi patuhlah perkataanku!" titah Dandi.
"Sudah cukup, aku muak dengan semua sikap kamu. Aku sudah gila terus berada disini. Aku ingin bebas seperti dulu.” sahut Firda dengan tatapan sendunya ke arah Dandi.
"Jangan pernah bermimpi tinggi Firda sayang!" ucap Dandi yang berjalan mendekati Firda yang tatapan penuh hati-hati.
Selama sebulan ini Firda mengamati penampilan dan kebiasaan Dandi, pria tampan itu selalu saja akan membuat dirinya pingsan dengan sapu tangan yang diberi obat bius saat dirinya memberontak dan berencana kabu. Dilihatnya sapu tangan Dandi yang berada di saku belakang celananya. Tanpa berpikir panjang, dipeluknya tubuh pria itu dengan erat.
Dandi pun terdiam di tempatnya, ia berpikir keras apa lagi yang akan dilakukan oleh wanita cantik itu. Setelah membuat Dandi sedikit terhanyut dalam pelukannya. Dengan segera Firda mengambil sapu tangan itu dengan posisi masih memeluknya. Tangannya terus meraba dan berhasil ia dengan cekatan membekap hidung Dandi dengan kasar.
Beberapa saat kemudian, Dandi duduk lemas dan jatuh pingsan di atas kasur tidurnya. Ia melihat Dandi sudah menutup kedua matanya. Adanya kesempatan emas itu Firda berusaha lari dan keluar dari kamarnya.
“Huh… Semoga kali ini berhasil.” Lirih Firda pelan.
Sesampainya di depan pintu utama villa, ada penjaga yang menyadari keberadaan dan segera mencegatnya.
"Nona mau kemana? Nona tidak akan bisa kabur dari sini," ucap bodyguard itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments