Setelah menemukan keberadaan Firda, segera ia menghampiri wanita itu, wanita yang memeluk erat lututnya di samping ranjang menangis terisak.
"Apa kamu baik-baik saja nak?" tanya Dissa dengan lembut.
Firda yang mendengar suara seseorang yang berbeda dari biasanya, ia mengangkat dagunnya sedikit melihat orang itu.
"Maaf, kamu siapa?" tanya Firda pelan.
Dengan sejenak, Dissa menatap miris dan iba dengan kondisi wanita ini, penampilannya berantakan, kedua mata sembab juga banyak tanda merah yang terlihat di leher dan pundaknya.
"Maafkanlah putraku nak, dia sudah kurang ajar padamu, cara dia mencintaimu memang salah tapi mama mohon maafkan dia ya," ucap Dissa sembari menyeka air mata wanita itu dan memeluknya dengan erat.
Sedangkan Firda sangat terkejut, namun dengan menerima pelukan itu ada rasa sedikit lega dalam hatinya dan semakin membuat dirinya berhenti terisak.
"Aku mohon bantu aku, nyonya, aku ingin pulang, aku tidak mau disini." Pinta Dissa dengan menggenggam tangan Dissa untuk memohon membantunya.
"Maafkan mama sayang, Dandi sangat mencintaimu sayang, meskipun mama bisa membantumu pulang tetap saja dia akan menemukanmu karena mama tahu dia sangat keras kepala." tolak Dissa dengan penuh sesal.
"Baiklah, mungkin lebih baik aku mati saja, dengan begitu dia akan melepaskanku.” sahut Firda dengan wajah pasrahnya.
“Tidak, jangan lakukan itu, mama akan berusaha membujuk Dandi untuk melepaskanmu. Jadi tolong bertahanlah. Tuhan sangat membenci hal itu. " bujuk Dissa.
"Terima kasih nyonya sudah mau membantuku tapi jika aku tetap bertahan disini aku takut dia akan melakukan hal yg tidak-tidak seperti kemarin. Sungguh aku sangat takut nyonya," ucap Firda kembali mengingat kejadian buruk tadi malam yang menimpa dirinya.
"Kamu mau ikut mama? Mama akan melindungimu, dia tidak akan bisa menculikmu dari rumah mama." tawar Dissa.
"Bolehkah?" tanya Firda memastikan.
"Tentu saja, mama sangat senang jika ada kamu, jadi tidak merasa kesepian lagi. Dari dulu memang mama ingin sekali punya anak perempuan, bisa memasak bersama, belanja bersama,” ucap Dissa antusias.
"Apa dia akan mengizinkan iku dengan nyonya?" tanya Firda yang tampak khawatir.
"Kamu tenang saja, dia tidak akan berani membantah kata mama kali ini." jawab Dissa menenangkan Firda.
"Baiklah lebih baik aku ikut dengan nyonya saja, setidaknya dia tidak akan mengunciku lagi disini." jawab Firda menyetujui perkataan Dissa , hatinya sedikit merasa tenang karena diberi kebebasan dari kamar itu.
Sementara di tempat kantor, Dandi merasa bingung dengan apa yang dilakukan mamanya, ia mendapat informasi dari salah satu penjaga villa bahwa mamanya datang dan membawa Firda pergi bersamanya.
Dandi merasa takut jika mamanya itu akan membantu Firda untuk kabur dari dirinya.
"Tidak, kamu gantikan saya untuk meeting dengan perusahaan B, saya harus pergi ada urusan penting!" perintah Dandi yang dijawab anggukan oleh Jino.
“Apa lagi yang mama rencanakan kali ini, semoga dia tidak membantu Firda kabur dariku.” batin Dandi.
Dengan perasaan cemas dan gelisah, segera Dandi menelepon mamanya untuk menanyakan kemana ia akan membawa Firda pergi.
“Hallo, mama dimana?”. tanya Dandi to the point.
"Mama di rumah." jawab Dissa singkat.
"Baiklah mam, tunggu aku segera kesana dan jangan pergi kemana-mana," ucap Dandi lalu mematikan sambungan panggilan itu dan melangkah pergi menuju rumah mamanya.
"Ma, kenapa mama bawa dia kesini?" tanya Dandi yang baru datang menemui mamanya.
"Mama merasa kesepian Dan, papamu sering keluar kota, kamu juga nggak mau tinggal sama mama. Jadinya, mama bawa saja Firda," ucap Dissa santai.
"Tapi kan dia milikku mam, dia hanya bisa tinggal denganku." sahut Dandi dengan wajah memelas.
"Tidak! Sekarang dia putri mama, mama berhak bawa dia dan kamu tidak boleh menyakiti dia! " tegas Dandi pada mamanya.
"Nggak bisa ma, ayolah ma, aku mau bawa pulang lagi ya." pinta Dandi yang akan menarik tangan Firda, tetapi Dissa langsung menghalangi Dandi.
“Firda sayang, kamu ke kamar dulu ya, biar mama yang bicara sama Dandi," ucap Dissa lembut.
"Baiklah nyonya, saya permisi dulu." jawab Firda kemudian berjalan menuju kamar barunya.
Setelah Firda sudah benar-benar masuk ke dalam ruang kamarnya, Dissa langsung mengajak anaknya untuk duduk dan membicarakan apa yang akan ia rencanakan.
"Dan, apa pernah mama mengajari kamu buat menyakiti wanita dan kurang ajar sama wanita?” tanya Dissa merasa kesal.
"Maaf mama, dia senang sekali membangkang dan membuatku marah, aku benar-benar kehilangan kendali." jawab Dandi jujur.
"Mama sudah bilang sama kamu, jangan pernah memaksa, jika kamu ingin dia bilang baiklah memberikan rasa sayangmu tapi bukan malah mengurung dan melecehkannya seperti itu." tutur Dissa sedikit geram pada anaknya.
"Tapi dia keras kepala mam, jika aku tidak menculiknya mungkin dia sudah menikah dengan kekasihnya sekarang." jelas Dandi tidak mau mengalah.
"Jadi, dia akan menikah ? Dan kamu menghancurkannya? Benar begitu ?" tanya Dissa penasaran. Ia tak menyangka akan berani melakukan nekat seperti itu.
" Benar ma, aku menculiknya karena terobsesi seperti wanitaku dulu, dia mengingatkanku pada Daisy." jawab Dandi.
"Huh... okeylah, kali ini mama akan membantumu, mama sengaja membawanya kesini biar dia bisa merasa nyaman dan kamu tinggallah disini. Untuk kamu Dandi, buat ia jatuh cinta padamu tanpa ada paksaan.” tutur Dissa/
"Tapi aku takut dia kabur lagi ma." lirih Dandi.
"Kamu tenang saja, mama akan menjaganya, mama hanya ingin dia nyaman disini. Sekaligus menemani mama." sahut Dissa terdengr tulus di indera pendengaran Dandi.
"Baiklah terserah mama saja tapi nanti jika dia berani kabur dariku. Maka akan ku nikahi dia saat itu juga." ancam Dandi terdengar serius.
"Dasar! Tidak sabaran," ucap Dissa sembari mengelus kepala Dandi.
Sementara di dalam kamar mewah, Firda merasa sedikit beruntung karena kini ia tidak lagi di kurung dalam kamar, meskipun ia masih tidak bisa kabur karena dalam pengawasan Dandi. Setidaknya ia bisa bersantai dan menikmati udara segar diluar.
“Kakak, bagaimana kabarmu ? Kamu pasti merasa bingung dan cemas mencariku? Maaf aku belum bisa menemuimu, aku harap semoga tidak ada aku, kamu baik-baik saja ya.” gumam Firda dengan tatapan kosong menuju ke arah bunga-bunga indah di taman rumah besar itu.
Firda sedang memikirkan keadaan Rico yang sangat membingungkan atas kehilangan dirinya apalagi mereka akan menikah.
"Ada apa sayang ? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dissa dengan lembut karena sedari tadi ia memperhatikan Firda yang hanya duduk sendiri dengan tatapan melamun.
Dissa begitu paham saat ini paling diinginkan wanita itu adalah pulang. Namun ia juga seorang mama yang ingin membuat anaknya merasa bahagia. Jadi, sebisa mungkin ia akan membuat wanita cantik itu tinggal disini.
"Tidak nyonya, saya hanya kagum dengan keindahan rumah ini." jawab Firda mengalihkan pandangannya dari bunga di hadapannya menuju ke arah wanita cantik yang tidak muda lagi.
"Jangan panggil nyonya lagi ya, panggil aku mama seperti Dandi. Mama sudah menganggap kamu sebagai putri mama. Jadi, kamu juga bisa menganggap mama seperti mamamu sendiri." Tutur Dissa sembari menggenggam tangan Firda dengan lembut.
"Terima kasih mama sudah baik padaku, andai saja mamaku masih hidup, pasti hidupku lebih menyenangkan." jawab Firda dengan tatapan sendunya.
"Sudah, kamu jangan sedih lagi ya, mulai sekarang mama akan menjadi mamamu, ceritakan keluh kesahmu, suka dukamu, bagi semua itu dengan mama, jangan dipendam sendiri lagi ya sayang." hibur Dissa dengan memeluk tubuh Firda dengan erat.
Sedangkan Dandi yang melihat pemandangan dari arah jauh merasa ada sedikit rasa bahagia dihatinya.
“Andai saja kamu mau menjadi istriku, mungkin akan terasa lebih bahagia lagi dari ini.” gumam Dandi tersenyum menatap ke arah kedua wanita yang sangat ia cintai itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments