Part 13

“Maafkan aku yang mencintaimu Firda, maaf aku menahanmu meski aku tahu aku juga akan terluka. Bisakah kamu mencoba menerimaku ?  Aku janji akan memperlakukanmu dengan baik. Aku sangat membutuhkanmu,” ucap Dandi dengan lembut, dengan tatapan mata lekat menuju ke arah Firda yang tengah tertidur lelap.  Sudah jadi kebiasaan Dandi di tengah malam ia akan terbangun sendiri hanya untuk melihat wanita kesayangannya sedang tertidur.  Karena hanya saat itulah ia bisa mendekati Firda dan mengungkapkan isi hatinya.

Hari ini adalah akhir pekan, Dandi bangun pagi dan berencana membuat sarapan untuk Firda dan dirinya sendiri. Mengingat ini hari libur, ia ingin waktu liburnya dengan Firda, ia ingin mengajaknya jalan-jalan dan berusaha membuat wanita itu nyaman berada di sisinya.

Firda yang sudah terbiasa bangun pagi, dengan segera mencuci muka dan pergi ke dapur untuk memasak.  Ketika hampir sampai di dapur langkah kakinya terhenti melihat Dandi yang tengah sibuk dengan penggorengannya.  Ia merasa tidak nyaman dan memilih kembali ke kamarnya untuk menghindari Dandi.

“Ganteng juga sih, andai saja dia tidak menyiksaku dan mengurungku seperti ini, mungkin saja aku bisa jatuh cinta.” gumam Firda sembari berjalan menuju ke ruang kamarnya.

Setelah satu jam mengotak-atik kompor gas di dapur, akhirnya Dandi menyelesaikan acara masaknya dan memanggil Firda untuk sarapan bersama dengannya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk," ucap Firda.

"Aku sudah masak, aku tunggu dibawah kita sarapan bersama," ucap Dandi lalu segera turun menuju meja makan tanpa mendengar jawaban Firda.

"Ini kamu yang masak?" tanya Firda dengan menatap semua makanan yang tersaji di atas meja makan.

"Iya, makanlah. Setelah itu kita pergi." jawab Dandi cepat.

"Kemana?" tanya Firda lagi.

"Nanti kamu juga tahu sendiri." jawab Dandi lalu memakan masakan buatannya sendiri.

Setelah selesai sarapan pagi bersama, Dandi dan Firda pergi ke suatu tempat yang telah direncakan oleh Dandi.

"Ngapain bengong disitu?" tanya Dandi yang melihat Firda tetap diam di tempat.

Firda yang mendengar suara berat dari Dandi membuat dirinya tersadar dari lamunannya, ia merasakan suasana saat ini sangat dikenalinya dirinya tidak ingat.

Pemandangannya yang nyaman dan asik.  Pemandangan lautan yang indah, semilir angin yang lembut menerpa pemandangan juga sinar mentari yang panas seperti saat ini. Dulu Firda pernah bermimpi akan datang ke tempat seperti ini berdua dengan pria yang ia cintai, waktu bermain air dan tertawa ceria.  Namun sayangnya mimpi tetaplah mimpi, tak pernah ia bayangkan ia akan kemari dengan pria seperti Dandi, pria yang sangat ia benci.

"Sini ikut aku!" ajak Dandi lalu segera menarik tangan Firda agar mengikuti langkah kakinya.

Dandi mengajak Firda untuk bermain banyak permainan air, mulai dari banana boat, jet sky, parasailing hingga kapal selam.

Firda terlihat bahagia dan tertawa lepas. Sungguh rasanya Dandi ikut tersenyum bahagia  melihat wanita yang dicintainya bahagia.  Ia ingin di setiap hari bisa melihat senyuman Firda itu menjadi alasan Firda tersenyum adalah salah satu kebahagiaannya.

"Terima kasih untuk hari ini," ucap Firda dengan senyuman manisnya pada Dandi yang sedang melajukan kecepatan mobilnya.  Ya, mereka langsung pulang setelah merasa cukup lelah seharian bermain air.  Karena Dandi juga harus bekerja kembali besok pagi.

"Teruslah tersenyum seperti itu karena senyummu adalah salah satu alasan untuk orang lain bisa tersenyum," ucap Dandi sambil menatap Firda sekilas.

Firda yang merasa canggung dan malu dengan perkataan Dandi itu dengan segera mengalihkan pandangannya menuju keluar kaca mobil.

"Mengapa tiba-tiba mengajakku jalan-jalan? Tidakkah kamu takut jika aku akan kabur?"  tanya Firda merasa penasaran.

"Kamu mau kabur kemanapun, aku tetap bisa menemukanmu. Jadi, jangan berharap bisa lari dariku." jawab Dandi membuat raut wajahnya yang terlihat ceria menjadi datar.

"Dasar pria menyebalkan.” gumam Firda menatap kedua bola mata malas menuju ke arah Dandi.

"Aku dengar dengan jelas, Fir," ucap Dandi.

"Terserahmu saja, aku lelah mau tidur, kalau sudah sampai bangunkan aku." sahut Firda lalu memejamkan kedua bola matanya  dan tak lama setelah itu ia tertidur.

Setibanya di depan pekarangan rumah mewah, Dandi mengendong tubuh Firda yang sedang tertidur lelap menuju ke ruang kamarnya.

“Aku akan berusaha membuatmu bahagia Fir, membuatmu merasa nyaman saat berada disisiku dan tidak meninggalkanku.  Aku mencintaimu,” ucap Dandi dengan menatap lekat menuju ke arah Firda. Dengan segera ia memindahkan kepala Firda menuju ke pundaknya lalu mengecup keningnya sekilas.

Keesokan harinya, di pagi hari ini Firda bangun lebih awal dan ia menatap jam menunjukkan pukul 4 pagi. Sudah sedari malam ia berpikir untuk mencoba kabur dari rumah ini.  Meski tak dapat dipingkiri bahwa Firda mulai ada rasa nyaman saat tinggal di sini. Namun ia juga ingin kembali di kehidupannya yang dulu. Ia harus mengetahui bagaimana kondisi rumah saat ini.

“Beberapa hari ini, aku memperhatikan kondisi rumah dan para penjagaannya yang tidak ketat lagi seperti dulu.” batin Firda dalam hati.

Dandi yang mengira Firda sudah menyerah untuk rencana kabur dari rumahnya, ia mengurangi sedikit penjagaan pada wanita itu. Hal itu Firda yang menyadari kondisi rumah sudah normal, dengan segera ia memanfaatkannya untuk bisa pergi dari rumah ini.  Masalah nanti ia akan tertangkap lagi atau tidak ia sudah tidak peduli lagi.  la berencana pergi di pagi buta menuju apartemen Rico dan mengajak Rico untuk membawa dirinya bersamanya sejauh mungkin agar Dandi tidak bisa menangkapnya lagi.

Akhirnya rencana Firda berhasil, dengan rasa kehati-hatiannya untuk kabur dari rumah Dandi sesuai rencananya. Setelah keluar dari pintu gerbang rumah mewah itu ia berlari kencang menuju jalan utama untuk naik taksi menuju apartemen Rico. Untung saja Firda membawa sedikit uang dan membayar ongkos taksi.

Disaat ia telah sampai di depan apartemen Rico, dengan segera ia menekan bel apartemen.

Ting… Tung… Ting… Tung...

Setelah berkali kali Firda memecet bel apartemen Rico, pintu apartemen itu pun terbuka lebar dan memperlihatkan ekspresi terkejut bercampur bahagia dari Rico.

"Firda." teriak Rico lalu memeluk tubuh wanita yang dicintainya dengan erat dan mengajaknya masuk ke dalam apartemennya.

"Aku sangat merindukanmu, kamu kemana saja selama ini ? Mengapa tidak mengabariku ? " tanya Rico dengan penasaran.

"Maaf, aku sedang ada masalah kak, maukah kakak membawaku pergi jauh dari sini bersamaku," ucap Firda dengan tatapan seriusnya.

"Pergi kemana?" tanya Rico dengan menyerhitkan keningnya merasa binggung.

“Pergi ke tempat yang sangat jauh, setelah kita pergi aku akan menjelaskan semuanya padamu." jawab Firda.

“Baiklah, nanti siang kita akan pergi.” sahut Rico cepat.

"Tidak bisa kak, kita harus pergi sekarang,” ucap Firda lagi.

Firda sangat takut jika ia menunda kepergiannya, pasti Dandi akan segera menemukannya.  Ia tak ingin dikurung seumur hidup seperti itu, ia hanya ingin bebas menjalani kehidupan yang normal.

"Ayolah kak, sekarang aku bantu beresin baju kakak, setelah itu kita langsung pergi ke bandara." ajak Firda segera menarik tangan Rico menuju ke kamarnya untuk beres-beres.

Sementara di tempat lain, Dandi yang baru bangun tidur, ia segera bersiap dan pergi ke kantor.  Biasanya di pagi hari, saat ia sudah siap dan rapi ia akan bertemu dengan Firda yang tengah sibuk mempersiapkan sarapan paginya.  Namun kali ini terasa berbeda, dilihatnya dapur dan meja makan yang tampak sepi. Tidak terlihat sosok Firda di hadapannya.

Dengan segera Dandi berjalan menuju ke ruang kamar Firda untuk memeriksa kondisi wanita itu.  Dilihatnya kamar itu yang tampak rapi dan kosong. Dengan lemari yang sudah tidak ada pakaian apapun.

“Sial, beraninya dia melarikan diri.” teriak Dandi frustasi.

Kali ini ia benar-benar murka, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat serta ekspresi wajahnya merah padam menahan amarah.  Lalu, dengan segera ia menghubungi Jino sang tangan kanannya untuk mencari tahu keberadaan Firda.

"Hallo Jino, aku mau kamu mencari tahu keberadaan Firda sekarang juga. Kamu periksa di bandara, stasiun dan pelabuhan. Aku tunggu selama satu jam dan kamu harus memberikan informasinya padaku!" perintah Dandi lalu mematikan sambungan panggilannya.

Dengan sorot mata yang tajam bak elang, Dandi merasa tertipu dengan sikap baiknya pada Firda.

“Beraninya kamu melarikan diri dariku sayang, apa aku sudah terlalu baik padamu, hah ?  Setelah ini jangan salahkan aku jika benar-benar mengurung dirimu seperti kelinci.” gumam Dandi terdengar tidak main-main.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!