Jam sudah menunjukkan waktu makan siang, Rico yang akan turun dari lantai atas menuju tangga untuk makan bersama, langkah kakinya terhenti sejenak karena ada panggilan dari mamanya.
"Iya, hallo ma, ada apa?" ucap Rico melalui sambungan panggilan masuk dari ponselnya.
"Nak, kamu dimana? Pulanglah kamu sekarang." sahut mamanya.
"Memangnya ada apa ma? Ada yang pentingkah?" tanya Rico dengan penasaran.
"Penyakit mama kambuh nak, tolong bantu segera ya, jika benar telah menemukan Firda, kamu bisa mengajaknya pulang kemari, mama juga mau bicara sama kamu." jawab mamanya.
"Bagaimana kondisi mama sudah baikkan ? Obatnya sudah diminum ? Dan dari mana mama tahu kalau aku sudah ketemu sama Firda?" tanya Rico lagi, ia merasa heran dengan mamanya, bagaimana mamanya bisa tahu ia sudah menemukan keberadaan Firda.
"Mama di rumah sayang, obatnya sudah mama minum tapi sakitnya tak kunjung reda. Mama juga nggak mau ke rumah sakit, mama cuma mau kamu pulang sekarang sama Firda," ucap Risa tak ingin dibantah apapun.
"Baiklah, sekarang Rico berada di rumah nenek yang di Bali ma. Mama tunggu ya Rico akan pulang sekarang. Kalau ada apa-apa mama segera kabari Rico, Rico tutup dulu." dengan rasa khawatir, Rico segera merapikan barang-barangnya dan mengajak Firda untuk kembali pulang. Meskipun sebenarnya ia enggan pulang karena takut jika Dandi akan menemukan keberadaan Firda. Namun ia juga merasa takut akan apa-apa pada kondisi mamanya.
"Fir, ayo ikut aku pulang ya, mamaku tiba-tiba sakit, aku takut dia kenapa-napa. kamu tidak merasa keberatan kan ? Dia juga minta ketemu sama kamu," ucap Rico yang menghampiri Firda di kamarnya.
"Sakit apa kak ? Sudah dibawa ke dokter belum?" tanya Firda merasa khawatir.
"Mama memiliki sakit jantung, dia tadi menelepon penyakitnya kambuh dan ingin aku segera memeriksa sakit jantungnya." jawab Rico.
"Baiklah, aku akan merapikan semua barang aku dulu, kakak tunggu di bawah." setelah beberapa saat Rico dan Firda akhirnya berpamitan pada kakek dan nenek untuk kembali pulang.
Dengan berat hati pula mereka membiarkan cucunya itu untuk kembali pulang karena bagaimana pun kondisi Risa lebih penting sekarang.
Setibanya di kota Paris, Rico mengajak Firda menuju ke rumah mamanya. Kini Rico sudah berada di dalam ruang kamar mama Risa.
"Ma, mama tidak apa-apa kan? Apa masih terasa sakit?" tanya Rico yang memandangi mama Risa yang berbaring di atas kasurnya.
"Mama sudah mendingan baik sayang, dimana Firda?" ucap Risa sambil celingukan mencari keberadaan Firda.
"Dia berada di ruang tamu ma , apa mau aku panggilkan?" tawar Rico pada mamanya.
"Iya, kamu panggil dia."
Beberapa saat kemudian, Firda berjalan masuk menemui Risa, namun Risa meminta Rico untuk menunggu diluar agar dirinya bisa bicara empat mata dengan Firda.
"Tante bagaimana kabarnya? Apa masih merasa sakit?" tanya Firda lembut.
"Tidak apa-apa, tante sudah mendingan baik kok. Kamu selama ini kemana saja? Kamu menghilang sebelum hari pernikahan, apa kamu sudah memiliki pria lain?" tanya Risa sedikit menuduh Firda.
"Tidak tante, sebenarnya waktu itu ada pria yang terobsesi padaku dan dia telah menculikku. Aku beruntung tadi pagi-pagi sekali aku bisa kabur darinya dan mengajak Rico untuk pergi jauh berharap dia tidak akan menemukan kami." tutur Firda mencoba menjelaskan sesuai fakta yang dialaminya.
"Kenapa kamu bisa begitu egois mengajak anak saya pergi jauh bersama? Apa kamu tidak perlu memikirkan bagaimana saya tanpanya?" ucap Risa sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Maafkan aku tante, aku terburu-buru mengambil keputusan itu tanpa memikirkan hal yang lainnya. Aku hanya takut dia akan menemukan saya jika saya masih disini." jawab Firda merasa bersalah atas keputusannya.
"Mulai saat ini kamu jauhi Rico. Saya tidak mau anak saya terlibat masalah antara kamu dan pria itu. Jika kamu memang sayang pada Rico, jauhi dia. Dengan begitu Rico akan aman." sahut Risa.
"Apa maksud tante?” tanya Firda merasa heran.
"Pria itu sudah menemuiku, ia mengaku sebagai calon suamimu. Dia tak segan menghancurkan karir dan masa depan Rico, jika kamu tetap melanjutkan hubunganmu dengan Rico. Jadi, saya sebagai mamanya, saya memohon padamu, saya tak ingin masa depan anakku hancur, saya mohon." jelas mama Risa jujur pada Firda.
"Tidak tante, tante tidak perlu memohon seperti ini. Sekarang aku sudah mengerti. Aku akan meninggalkan Rico, jika itu yg terbaik untuknya. Terima kasih buat tante dan Rico yang selalu membantuku, aku tak akan melupakannya. Sekali lagi aku minta maaf sudah hampir kehilangan masa yang akan datang. Kalau begitu saya izin dulu tan." pamit Firda lalu melangkah keluar dari kamar itu.
"Bagaiman Firda? Kalian ngomongin apa tadi?" tanya Rico dengan antusias yang melihat Firda baru keluar dari kamar Risa.
"Tidak apa-apa, tante cuma bertanya kabar aku saja." jawab Firda lembut mencoba menyembunyikan rasa sakit hatinya.
“Mengapa terlihat murung begitu?" tanya Rico lagi.
"Ah... Ini aku merasa lelah saja. Aku pulang dulu ya kak, kakak disini saja jagain tante. Nanti kalau ada waktu aku kesini lagi." jawab Firda cepat.
"Jangan pulang sendiri sayang, takutnya nanti Dandi bisa menemukanmu," ucap Rico merasa khawatir pada Firda.
"Kakak tenang saja, aku bisa jaga diri kok . Nanti kalau ada apa-apa, aku bakal hubungin kakak." jawab Firda berbohong.
"Baiklah kamu hati-hati ya. Ada apa-apa langsung kabarin kakak." sahut Rico.
"Iya kak, sampai jumpa." pamit Firda segera melangkah keluar dari rumah Rico.
Sementara di tempat yang berbeda, Dandi merasa tidak sabar untuk mendapatkan wanitanya kembali.
“Bagaimana Jino? Apa ada kabar dari Firda?" tanya Dandi pada tangan kanannya.
"Sudah pak, dia sudah kembali 2 jam yang lalu." jawab Jino cepat.
"Baiklah, kamu bisa pulang. Biar sisa saya yang urus." perintah Dandi yang dijawab anggukan oleh Jino.
“Aku yakin kamu pasti sedang dalam perjalanan kesini. Kali ini kamu tidak akan pernah bisa lepas dariku sayang.” gumam Dandi dengan senyuman menyeringainya.
Brak!
Tidak lama kemudian, Dandi mendengar suara pintu yang dibuka dengan kasar.
"Dandi, dimana kamu?" teriak Firda dengan keras. Ia sudah sangat marah kali ini.
"Akhirnya kamu kembali sayang." jawab Dandi berjalan menghampiri Firda dan mencoba memeluk tubuhnyanya.
"Lepasin aku sialan! Dasar pria jahat! Beraninya kamu mencoba mengancamku seperti ini. Aku lebih baik mati daripada dikurung disini,” ucap Firda dengan mendorong tubuh Dandi dengan kasar.
"Tidak sayang, sampai mati pun kamu harus meminta izin dariku. Dan aku akan mengancam dia menjadi kenyataan, sekali saja aku melihat kamu melangkah keluar dari pintu ini. Saat itu juga aku akan menghancurkan dia sehancur-hancur tak berdaya.” sahut Dandi.
"Dandi sialan! Aku punya salah apa sama kamu, hah ? Apa ?" teriak Firda dengan frustasi dan mencoba menahan air mata yang hampir membasahi wajah cantiknya.
"Aku hanya ingin kamu berada disisiku, setelah itu aku akan melepaskan kekasihmu." jawab Dandi dingin.
"Baiklah, tapi jika kamu berani menyentuhnya, aku sendiri yang akan menghabisimu." Ancam Firda dan berlari kembali ke kamarnya yang dulu.
Dandi tersenyum penuh kemenangan saat melihat wanitanya segera menaiki anak tangga. Dia sama sekali tidak ada niat untuk membuat Firda menyerah. Akhirnya ia tidak akan menyiksanya, ia ingin membuat wanita itu bahagia berada disisinya dan menjaganya. Hanya saja cara yang ia gunakan sangat salah.
Sedangkan Firda hanya bisa menangis frustasi menerima kenyataan ini. Dalam hati ingin sekali lari dari Dandi. Namun, ia sangat takut akan ancaman itu benar-benar terjadi. Ia tak ingin melihat keluarga Rico menderita karena ke egoisannya.
"Sayang, waktunya makan malam," ucap Dandi lembut dan berjalan menghampiri Firda di kamarnya.
"Makan saja sendiri." jawab Firda ketus.
"Kamu pilih makan di bawah bersamaku, atau aku yang akan memakanmu disini." ancam Dandi mulai berjalan mendekati Firda.
"Sialan." umpat Firda dengan kasar kemudian berjalan keluar dari kamarnya menuju tangga untuk turun menuju ke meja makan. Sungguh Dandi benar-benar membuat dirinya merasa kesal, ia ingin sekali membuang pria itu ke antartika. Hidupnya semakin kacau setelah bertemu dengan pria itu. Namun ia juga merasa ada yang berbeda setiap kali berada di dekat Dandi. Ada perasaan bahwa dirinya sudah mengenal pria itu lama. Entahlah, sebisa mungkin ia harus membentengi hati agar tidak akan pernah jatuh cinta dengan Dandi.
"Makan yang banyak sayang, tubuhmu kecil dan lemah begitu, mana bisa melawanku." ejek Dandi yang membuat Firda semakin kesal.
"Diam! Atau aku tidak akan melanjutkan makannya," ucap Firda geram.
"Sayangku garang juga ternyata, em… Manisnya." jawab Dandi sambil menunjukkan sisi imutnya.
"Terserahmu saja, aku sudah selesai," ucap Firda merasa kesal sebelum meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya kembali.
"Sayang, besok mama ke rumah nenekmu di Bali ya, mama pengen refreshing disana sekalian bantu pamanmu yang sakit," ucap Risa dengan pakaian rumah yang masih menikmati makan malamnya.
"Kenapa tiba-tiba ma, aku kan baru saja dari sana?" tanya Rico merasa heran.
“Iya, pamanmu ngabarinnya dadakan, kasian dia butuh bantuan.” bujuk Risa.
"Baiklah , tapi aku ajak Firda sekalian ya ma." pinta Rico.
"Tidak bisa sayang, mama mau kita pergi berdua, mama juga udah pesen tiketnya." jawab Mama Risa.
"Tapi ma---" perkataan Rico saat mamanya tidak memperbolehkannya untuk mengajak orang lain.
"Sudahlah, mama lelah mau istirahat, besok kita harus berangkat pagi-pagi," ucap Risa acuh tak acuh lalu meninggalkan Rico.
Kali ini Risa terpaksa menjauhkan putranya dan mengambil hati anaknya untuk melupakan Firda. Risa sangat tahu anaknya sangat mencintai seorang wanita itu, tapi dia juga seorang mama yang tidak ingin melihat masa depan anaknya hancur karena seorang gadis. Ia berharap dengan cara ini anaknya bisa membuat melupakan anaknya.
“Maafkan mama sayang. Mama harap kamu bisa melupakannya secara perlahan karena sebenarnya dari awal dia memang bukan milikmu. Semoga kamu akan tetap bahagia meski tanpa dia.” kata Risa dalam hati.
Keesokan harinya, Dandi berniat untuk membangunkan Firda agar bisa sarapan pagi bersamanya.
"Sayang bangun ," ucap Dandi seraya menggoyangkan tubuh Firda dengan pelan.
"Apa sih gangguin saja, aku masih mengantuk." jawab Firda ketus masih enggan membuka kedua bola matanya.
Dandi yang merasa kesal atas penolakan Firda, ia berjalan mendekati telinga wanita itu dengan membisikkan sesuatu.
"Yakin gak mau bangun?" tanya Dandi dengan memancing Firda.
"Tidak bisa sih masuk ketuk pintu dulu ? Dasar tidak punya sopan santun ! Pergi sana!" usir Firda tanpa menghiraukan perkataan Dandi.
"Baiklah, sekarang kamu mandi terus dandan yang cantik ya sayang, habis itu ikut aku." perintah Dandi.
"Tidak mau!" ucap Firda ketus.
"Oh... Sepertinya kamu lebih suka berduaan disini ya bersamaku." sahut Dandi mencoba menggoda Firda dan mendekatinya tubuhnya.
"Sial… Ya udah sana pergi aku mau mandi dulu." usir Firda kemudian mendorong tubuh Dandi menjauhi dirinya.
"Mau aku mandiin?" tanya Dandi dengan senyuman usilnya.
"Najis!" umpat Firda lalu berjalan menuju kamar mandinya tanpa mempedulikan perkataan Dandi.
“Tante Dissa dulu ngidam apa sih bisa-bisanya punya anak mesum seperti dia.” gerutu Firda sembari melanjutkan acara mandinya.
Pagi ini Dandi berencana mengajak Firda pergi ke butik untuk fitting gaun pengantin. Ya kali ini Dandi akan memaksanya untuk menikah. Ia tidak akan memberi kesempatan pada wanita itu untuk kabur lagi darinya. Karena bagaimana caranya Firda harus menikah dengannya. Dandi juga sudah membuat Rico pergi jauh dari Firda karena Dandi mengetahui Rico menyembunyikan rahasia besar dari wanita itu. Sebenarnya Dandi ingin membongkar dan membalas perbuatan Rico. Tapi tidak sekarang, ia harus bersabar dulu, lagi pula sebentar lagi Firda juga akan menjadi miliknya seutuhnya.
Kini Dandi dan Firda telah sampai di pekarangan butik mewah yang biasanya dikunjungi oleh pengusaha kaya seperti Dandi. Lalu, mereka berjalan masuk ke dalam ruangan butik. Semua karyawan menyambut hormat atas kedatangan Dandi dan Firda.
"Kenapa kamu mengajakku pergi ke butik?" tanya Firda heran dengan tatapan mata menuju ke arah ke sekeliling butik elit dan terkenal.
"Aku mau kamu mencoba beberapa gaun pengantin itu." jawab Dandi sambil menunjuk ke arah gaun-gaun cantik yang berjejeran rapi di hadapannya.
"Kenapa harus aku mencoba bajunya? ini kan seperti gaun pernikahan." sahut Firda.
"Benar sekali, sudah banyak tanya. Sekarang kamu coba baju itu sekarang!" titah Dandi tanpa menerima bantahan apapun.
Dengan berat hati, akhirnya Firda menuruti perintah Dandi untuk mencoba beberapa pakaian gaun pengantin yang diinginkan Dandi. Sudah 5 kali ia mencoba namun belum ada satu pun yang membuat Dandi merasa puas. Katanya bajunya terlalu seksi lah, terlalu norak lah, kurang bahan lah. Begitulah tanggapan Dandi sedari tadi yang membuat Firda sedikit jengah.
"Dandi sialan... Sekali lagi kamu suruh aku ganti pakaian, aku acak-acak seisi butik ini." teriak Firda kesal.
"Nah ini cocok... Kamu terlihat semakin cantik," ucap Dandi sambil mengamati penampilan Firda.
"Untuk siapa gaun ini?" tanya Firda.
"Tentu saja untukmu." jawab Dandi enteng.
“Maksudmu?" tanya Firda merasa binggung.
"Minggu depan kita akan menikah sayang," ucap Dandi tersenyum manis di hadapan Firda.
"Nggak, nggak akan bisa! Aku sama sekali nggak sudi menikah sama kamu." sahut Firda cepat.
"Aku mengatakan ini bukan untuk meminta persetujuanmu, yang jelas kita akan menikah dan kamu jangan harap bisa kabur lagi dariku,” ucap Dandi terdengar serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments