NovelToon NovelToon

Wanita Kesayangan CEO Posesif

Part 1

Di sebuah kafe bintang lima yang terletak di pusat kota Paris, Dandi Richard sedang menunggu wanita kesayangannya yang ingin menikmati makan siang bersama, setelah lamanya mereka menjalin hubungan jarak jauh selama 4 tahun karena Dandi melanjutkan studi kuliah luar negeri di Amerika.  Dandi yang pulang dari Amerika kemarin, ia ingin mengajak wanitanya untuk bertemu hingga hari ini ia berada di tempat kafe yang ternyata wanitanya belum datang sesuai janjinya.

“Huh, sudah jam 2 siang tapi kenapa  wanitaku belum datang.” lirih Dandi diiringi ketukan jari di atas meja. Ia mengambil kopi pesanannya yang diantar pelayan kafe tadi. Ia meneguk kopi panas untuk memanaskan diri di musim dingin. Tatapan matanya melirik ke arah jam tangan yang terus berputar tanpa henti.

“Lebih baik aku telpon saja, siapa tahu wanitaku lupa janji makan siangnya.” Dandi mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai melakukan sambungan panggilan masuk.

Tut… Tut… Tut…

“Hallo sayang, kamu sudah dimana? Aku sudah menunggumu sejak tadi di tempat biasa,” ucap Dandi melalui sambungan panggilan masuk.

“Iya sayang, aku hampir mau sampai di tempat kafe, tunggu sebentar ya. " sahut seorang wanita di seberang sana.

Baru saja Dandi ingin membalas perkataan wanitanya, tak lama kemudian, ia mendengar suara hantaman keras hingga sambungan panggilan dimatikan secara sepihak.

Tin… Tin… Brakkk… Brak…

Dandi yang mendengar suara itu sontak saja ia menoleh ke arah sumber suara yang terasa dekat dari tempat duduknya.

“Sepertinya ada kecelakaan, tapi kenapa sambungan panggilan dimatikan secara sepihak. Aneh, perasaanku merasa tidak enak begini.” Dandi dengan cepat menelpon wanita kesayangannya tetapi sambungan panggilan masuknya tidak menerima jawaban apapun.

Dandi semakin panik dengan kejanggalan dari pacarnya yang tidak seperti biasanya mengabaikan teleponnya. Ia terus menelpon hingga lima kali mencoba melakukan sambungan panggilan masuk, akhirnya teleponnya tersambung.

"Hallo sayang, kamu sudah berada dimana?" tanya Dandi to the point.

"Maaf, apa benar ini ponsel milik pacar bapak?" tanya seseorang memastikan tanpa menjawab pertanyaan Dandi.

Dandi yang mendengar suara orang asing yang menjawab teleponnya membuatnya merasa panik tapi ia tetap berusaha tenang terlebih dahulu.

"Benar, Ibu siapa ? Dimana pacar saya?”

“Maaf pak, tadi saya menemukan ponsel ini di dekat tempat kejadian kecelakaan di simpang jalan kafe bunga. Kondisi mobilnya meledak dan hancur karena mengalami kecelakaan beruntun.” jelas seseorang melalui sambungan ponselnya,

Sementara Dandi yang mendengar semua penjelasan yang berhasil membuat jantungnya berhenti berdetak. Lidahnya terasa keluh untuk mengatakan apapun. Dengan tangan yang terlatih, ia mematikan sambungan panggilan secara sepihak.

Dengan perasaan khawatir dan takut wanitanya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dandi langsung berlari menuju keluar pintu utama kafe hingga mengabaikan orang-orang yang berkerumunan di tempat kejadian kecelakaan beruntun.

Banyaknya mobil yang tertabrak satu sama lain di jalanan, membuat Dandi mencari keberadaan mobil yang digunakan oleh pacarnya. Ia terus berjalan mendekati kondisi mobil yang terlihat mirip dengan mobil milik pacarnya yang kondisi kaca mobil depan pecah dan bodi mobil sudah tak berbentuk lagi.

“Tidak mungkin! Ini pasti tidak mungkin!” Dandi memejamkan kedua bola matanya sejenak, ia menghirup udara untuk menenangkan dirinya. Dengan kedua kaki yang semakin mendekat menuju mobil hancur dan melihat korban kecelakaan yang dijembut oleh ambulan. Dandi mengalihkan pandangannya menuju ke arah plat nomor mobil xxxx dan ia mencoba untuk mengingat-ingat nomor plat mobil pacarnya dan hatinya semakin sakit dikala nomor plat mobil yang hancur ini milik pacarnya.

“Ini pasti salah dan aku harus memeriksanya kedua mataku sendiri.” Dandi bergegas meninggalkan tempat kejadian menuju ke arah parkiran mobil. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi mengikuti ambulan yang membawa korban kecelakaan menuju rumah sakit untuk ditangani.

Setelah memarkirkan mobil di area parkiran rumah sakit elit di kota Paris, ia berjalan cepat melewati kalidor rumah sakit untuk memastikan apa benar wanita kesayangannya termasuk korban dalam kecelakaan beruntun.

Dandi menatap ke arah ruangan UGD Rumah sakit Pelita. Disana, ia melihat ada beberapa perawat yang mendorong brankas pasien dan dicegahnya sejenak untuk meminta kepastian.

"Dimana ruangan pasien yang mengalami kecelakaan beruntun di simpang jalan kafe bunga  tadi?’ tanya Dandi pada salah satu perawat laki-laki di rumah sakit.

"Korban masih ditangani oleh dokter di ruang UGD Pak.” jawab perawat laki-laki itu sopan dan hormat pada keturunan keluarga Richard.

"Baiklah, terima kasih atas informasinya. Aku tunggu kabar selanjutnya.” sahut Dandi yang memilih menunggu tepat di depan pintu ruang UGD. Ia berusaha menenagkan hatinya dari rasa takut kehilangan pada wanita yang sangat ia cintai. Dandi tak henti-hentinya memanjatkan semua doa agar wanita kesayangannya dapat diselamatkan dari kejadian kecelakaan beruntun ini.

Dua jam telah berlalu Dandi duduk menunggu di ruang UGD dan tak lama kemudian pintu ruangan terbuka. Ia langsung berdiri dari duduknya dan segera berjalan menuju dokter yang baru saja keluar dan ia mengajukan beberapa pertanyaan pada dokter mengenai kondisi wanita kesayangannya.

"Bagaimana keadaan pacar saya, dok ? Dia baik-baik saja kan dok? Dia selamat kan ? Ayo jawab dok?" tanya Dandi tak sabaran sambil mencengkeram kerah baju dokter itu.

Dokter tampan bernama Jino hanya menunduk takut karena pria tampan di hadapannya orang penting.

"Maaf pak, saya tidak bisa menyelamatkan pacar bapak, nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena mengalami luka bakar hingga wajahnya hancur tanpa bentuk.” jawab dokter Jino dengan penuh penyesalan.

“Saya menemukan cincin ini yang digenggam erat oleh pacar bapak, saya berikan saja cincin ini barang kali penting pada bapak,” ucap dokter itu lagi hinga pamit undur diri dari hadapan Dandi.

Seketika ekspresi wajah Dandi memucat dikala cincin yang digenggamnya ini pemberiannya pada sang wanita kesayangannya. Dandi benar-benar tak menyangka wanitanya secepat ini meninggalkannya untuk selama-lamanya, tubuhnya terasa lemas hingga ia menjatuhkan diri di atas lantai rumah sakit. Jantung terasa berhenti berdetak dikala mendapatkan kabar kepergiaan wanita kesayangannya. Dandi merasa tidak percaya disaat pertemuan yang ditunggu-tunggunya bersama sang pacar menjadi pertemuan untuk terakhir kalinya.  Ada rasa penolakan yang mendalam bercampur rasa bersalah karena dirinya tidak menjemput wanitanya saja. Tapi nasi sudah menjadi bubur, sebuah penyesalan akan berakhir di akhir cerita cintanya.

Dandi membiarkan buliran kristal membasahi wajah tampannya agar membuat hatinya merasa sedikit tenang. Tidak ada rasa malu saat orang-orang melihat dirinya menangis di atas lantai rumah sakit hingga salah satu satpam membantunya berdiri dari lantai rumah sakit. Dandi dengan berat hati meninggalkan rumah sakit yang menjadi saksi atas kepergiaan sang pacar tanpa melihat kondisi pacarnya untuk terakhir kalinya.

Dengan langkah kaki tegasnya ia terus berjalan keluar menuju area parkiran mobil. Di dalam mobil, ia menghubungi tangan kanannya untuk meminta bantuan untuk menyiapkan prosesi pemakaman untuk wanita kesayangannya. Sedangkan dirinya akan hadir tepat setelah proses pemakaman mayat selesai. Dandi merasa tidak akan kuat dan tidak rela jika harus melihat wanita kesayangannya dikuburkan.

Pemakaman wanita kesayangan Dandi itu hanya dihadiri oleh teman-teman dan keluarga dekat Dandi karena wanita kesayangannya adalah anak yatim piatu. Selama ini, Dandi yang membiayai kehidupan pacarnya hingga hidup mandiri sampai tiada di dunia ini.

Di tempat pemakaman elit di kota Paris

“Aku merasa tidak percaya, sungguh kamu tega meninggalkanku ini sayang. Bukankah kamu pernah berjanji tidak akan pernah meninggalkanku tanpa seijin dariku. Tapi kenapa?  Kenapa kamu tega pergi dariku dengan cara seperti ini? Hiks… Hiks…” air mata Dandi membasahi batu nisan pacarnya, ia mengusap foto pacarnya yang berada di atas pemakaman baru.

***

Kejadian ini merupakan pukulan keras untuk seorang Dandi, bahkan ia masih tidak berniat untuk pergi dari pemakaman sang pacar hingga hari berganti gelap.

Tangan kanannya yang melihat tuan mudanya seperti itu turut merasa sedih, pasti sangat sakit di tinggalkan orang yang dicintai untuk selama-lamanya.  Namun kita sebagai manusia tidak bisa mengubah takdir hidup seseorang, kita hanya bisa bersyukur dan berjuang dengan takdir yg telah kita miliki.

Lima bulan telah berlalu, kondisi Dandi terlihat memperhatinkan. Dengan gaya hidupnya yang tidak sehat, apalagi ia lebih banyak bekerja dan mengabaikan waktu makannya. Lebih parahnya di rumah hanya banyak meminum alkohol hingga tertidur. Hidupnya sudah kehilangan tujuan hidup. Hal itu dilakukan semata-mata ingin melupakan sosok wanita yang selalu bermimpi indah bersamanya.

"Tuan ini sudah waktunya pulang," ucap Jino sebagai tangan kanan Dandi.

" Iya kamu duluan saja, saya masih ada kerjaan." sahut Dandi tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya menuju tangan kanannya.

" Tapi tuan, dari siang tadi tuan belum makan apapun. Setidaknya tuan bisa makan dulu agar tidak sakit.” sahut Jino masih berdiri di hadapan tuan mudanya yang terlihat sibuk dengan urusan pekerjaan kantor.

" Nanti saja, saya merasa belum lapar."

Jino hanya menghela nafas kasar mendengar penolakan tuan mudanya. Dengan memberanikan diri ia mengajak tuan mudanya sekaligus sahabatnya untuk makan.

"Ayolah Dandi, aku tahu kamu masih belum melupakan kejadian itu. Namun kamu harus memperhatikan kesehatanmu. Kamu harus bangkit dari keterpurukanmu. Memang sulit ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai tapi kamu masih memiliki kedua orang tuamu dan kasihan pada kedua orang tuamu jika kamu masih seperti ini, " ucap Jino khawatir dan ia tidak lagi memanggilnya tuan muda karena ia sudah kesal dengan tingkah laku keras kepala Dandi. Jino dan Dandi adalah sahabat sejak SMA dulu, itu juga yang membuat ia berani berbicara tidak formal pada Dandi sedang berdua saja.

"Sudahlah, kamu lebih baik pulang saja." Sahut Dandi dingin.

"Baiklah terserah kamu saja," ucap Jino kesal kemudian pergi meninggalkan Dandi di dalam ruangannya.

Dandi menatap punggung Jino yang keluar dari ruangannya, ia menyenderkan tubuh bidangnya di kursi kebersarannya. Rasanya ia merasa sulit untuk menerima kenyataan pahit ini.

“Mengapa aku sama sekali tidak bisa melupakanmu sayang ?  Mengapa ?  Aku mohon kembalilah dan bawa aku bersamamu.” lirih Dandi dengan menatap bingkai foto kecil yang berisi seorang wanita cantik yang terpajang di atas meja kerjanya.

Part 2

Tepat pukul 9 malam, Dandi memutuskan untuk pergi dari ruang kerjanya. Ia berniat untuk mengunjungi salah satu restoran mewah untuk mengisi perutnya yang seharian belum menerima asupan makanan apapun.

Di dalam restoran mewah, Dandi memilih duduk di ruangan VVIP.

" Ada yang bisa saya bantu tuan ? Tuan mau pesan apa ?" ucap seorang pelayan wanita yang berjalan menghampiri Dandi yang sibuk memainkan ponselnya.

Dandi yang sedang membaca perkembangan saham perusahaan, ia menatap sekilas ke arah menu makanan.

"Saya mau pesan makanan spagetti saja dan minuman kopi coklat. " jawab Dandi tanpa melihat ke arah pelayan wanita itu.

"Baiklah tuan, mohon tunggu sebentar lagi,” ucap pelayan wanita itu sopan kemudian meninggalkan Dandi untuk menyiapkan pesanannya.

Dua menit kemudian, pesanan makanan Dandi sudah siap disajikan.

"Silahkan tuan, selamat menikmati. " pamit pelayan wanita yang sudah menyerahkan pesanan itu pada Dandi.

Namun, baru saja pelayan wanita itu melangkah pergi, Dandi sudah menarik tangan pelayan wanita itu hingga langsung memeluknya dengan erat.

"Akhirnya kamu kembali sayang, kamu sungguh-sungguh kembali padaku. Sedari awal aku sudah yakin kamu tidak akan pernah meninggalkan aku," ucap Dandi semakin mengeratkan pelukannya di tubuh pelayan wanita itu.

Sedangkan pelayan wanita itu masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya yang terjadi, karena ia merasa tidak pernah mengenali pria tampan yang memeluknya.

"Maaf tuan siapa?" tanya pelayan wanita itu mencoba melepaskan pelukan dari tubuhnya.

"Daisy sayang, ini aku Dandi tunangan kamu." jawab Dandi sembari menggenggam tangan pelayan wanita itu.

“Maaf sebelumnya, sepertinya tuan salah orang, nama saya Firda tapi bukan Daisy," ucap  pelayan wanita yang menjelaskan pada Dandi.

"Tidak, kamu pasti Daisy-ku, tunanganku dan sekarang ayo ikut aku pulang."

"Maaf tuan, sungguh tuan salah orang. Aku Firda tapi bukan Daisy, kalau tuan tidak percaya, saya bisa mengambilkan ktp saya." jawab Firda sembari mengambil ktp dalam dompetnya dan menunjukkan ktp pada Dandi yang memeriksa ktp miliknya.

"Benar, saya tidak bohong, nama saya Firda tapi bukan Daisy. Maaf tuan, saya permisi dulu masih banyak pekerjaan," ucap Firda pamit meninggalkan Dandi yang diam mematung.

“Tidak mungkin, aku yakin itu Firda, wajahnya sangat mirip, hanya saja yang sedikit berbeda dengan gaya rambutnya yang bergelombang tapi Daisy-ku berambut lurus. Tapi, terserah saja mau Firda atau Daisy namanya itu yang terpenting aku tidak akan pernah melepaskannya.” Dandi mengambil ponsel dari saku celananya dan ia menelpon seseorang.

"Hallo Jino, tolong selidiki identitas pelayan wanita yang bekerja di restoran bulan yang bernama Firda. Saya mau identitas yang selengkapnya!” titah Dandi pada tangan kanannya.

"Siapa Dan? Temanmu ? Atau kekasih barumu?" tanya Jino merasa penasaran.

"Sudah jangan banyak bertanya kamu, segera lakukan perintah saya. Saya tunggu setengah jam lagi harus ada datanya,” ucap Dandi dingin dan ia mematikan sambungan panggilan secara sepihak tanpa mendengar jawaban Jino.

"Pelayan, tolong bill saya," ucap Dandi.

" Iya, ini tuan."

"Terima kasih, kembaliannya buat kamu saja," ucap Dandi cepat, kemudian ia langsung pergi meninggalkan restoran itu.

“Tunggu aku sayang, nanti aku akan menjemputmu.” kata Dandi dalam hati diiringi dengan senyuman miringnya.

Seperti biasanya, pagi ini Dandi kembali menjalani kesibukannya di kantornya. Ia sibuk memeriksa hasil pengajukan berkas-berkas yang menumpuk. Konsentrasinya terganggu oleh seorang pelayan wanita di restoran itu.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk," ucap Dandi.

"Permisi tuan, saya sudah mengetahui identitas pelayan wanita itu, semua informasinya ada disini," ucap Jino dengan menyerahkan beberapa berkas pada Dandi.

"Bacakan!" titah Dandi.

"Pelayan wanita itu bernama Firda Argelia. Berusia 22 tahun dan ia mulai bekerja di restoran bulan sekitar 3 bulan yang lalu. Saat ini, ia tinggal di rumah kontrakan di jalan bunga dan saya tahu dia tinggal sendiri disana. Dia juga memiliki seorang kekasih seorang dokter spesialis bedah yg bernama Rico yang bekerja di rumah sakit Anggres.” jelas Jino panjang lebar pada Dandi.

“Bagaimana dengan masa lalunya?" tanya Dandi.

"Untuk masa lalunya, mengapa sangat sulit untuk saya lacak, sepertinya dia bukan wanita biasa.” jawab Jino.

***

"Baiklah, terima kasih. Kamu boleh kembali bekerja."

"Baik tuan, saya permisi." Jino pamit undur diri dari hadapan Dandi.

Sementara Dandi sedang memikirkan sesuatu.

“Sungguh  menarik, semoga cara ini berhasil dan memang benar kamu sayang.” gumam Dandi pelan.

Hari ini, Dandi sengaja pulang cepat, ia ingin segera menemui wanita cantik yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

Di dalam restoran mewah.

"Silahkan tuan, mau pesan apa?" ucap pelayan wanita yang berjalan menghampiri Dandi di mejanya.

“Dimana teman kamu yang bernama Firda? Saya mau dilayani olehnya." jawab Dandi dingin.

"Oh, baiklah sebentar saya panggilkan."

Beberapa menit kemudian, wanita yang diinginkan Dandi sudah datang di hadapannya membuat Dandi tersenyum bahagia.

"Ada yangg bisa saya bantu tuan?" tanya Firda ramah.

"Saya mau pesen makanan ini dengan ukuran 2 porsi dan saya mau kamu juga nanti mengantarkannya kemari." jawab Dandi masih tersenyum memandangi Firda.

"Baiklah tuan, mohon tunggu sebentar lagi."

Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya Firda datang mengantarkan pesanannya.

"Silahkan tuan pesanannya, selamat menikmati, " ucap Firda ramah sambil melangkah pergi untuk melanjutkan pekerjaan lainnya.

"Tunggu! Kamu tetap disini dan temani saya makan!" cegah Dandi yang melihat Firda akan pergi dari hadapannya.

"Maaf tuan, pekerjaan saya masih banyak, tidak enak juga jika dilihat dari karyawan lain. Mereka sibuk bekerja sedangkan saya malah duduk santai disini." tolak Firda secara halus.

"Restoran ini milik sahabat saya, jadi saya bisa memastikan tidak ada yang berani menegurmu." sahut Dandi terdengar serius.

"Tapi maaf tuan saya benar-benar masih banyak pekerjaan." tolak Firda lagi.

"Apa kamu lebih memilih saya meminta sahabat saya memecatmu atau kamu temani saya makan sekarang?" perkataan Dani kali ini terdengar tidak main-main dan tidak ada kesempatan untuk menerima penolakan apapun.

"Jangan tuan, baiklah saya temani makan." jawab Firda pasrah, ia merasa takut akan kehilangan pekerjaan ini nanti jika menolak permintaan laki-laki di hadapannya.

"Dan makanlah makanan ini dan saya tidak menerima penolakan apapun!” Firda hanya mengangguk cepat karena ia merasa takut menerima ancaman yang serius.

Firda memulai acara makan malam yang tak terduga ini.

“Dasar laki-laki aneh, kemarin memelukku, sekarang memaksaku untuk ditemenin makan.” umpat Firda dalam hati. Ia terus memakan makanan yang diberikan oleh Dandi.

Dandi yang melihat wanita kesayangannya mengikuti permintaannya membuat hatinya merasa senang karena bisa makan bersama seperti dulu.

"Baiklah tuan, saya sudah selesai. Terima kasih banyak atas makanannya, saya izin melanjutkan pekerjaan saya." pamit Firda sopan.

"Kamu pulang jam berapa?" tanya Dandi tanpa menghiraukan perkataan Firda itu.

“Mengapa tuan menanyakan hal itu?" tanya Firda merasa heran.

Part 3

"Saya mau jemput kamu." jawab Dandi tenang.

"Tidak usah tuan, sungguh, saya tidak ingin merepotkan tuan, rumah saya dekat sini kok."

"Ya sudah, lebih baik saya tanya bos kamu saja,” ucap Dandi kemudian melangkah pergi menuju pintu ruangan khusus di restoran.

“Dasar laki-laki aneh, gila, tukang maksa. Ah… Apa dosaku Tuhan sehingga aku bertemu dengan laki-laki gila itu.” gerutu Firda sembari melanjutkan pekerjaannya.

Tepat pukul 11 malam, Firda melangkah keluar dari restoran. Ia berencana memesan ojek online untuk mengantarkannya pulang.  Namun sebelum sempat ia memesan, ada suara laki-laki dari arah belakang yang membuatnya merasa kaget.

"Ayo saya antar pulang, kamu mau pulang kan?" tanya Dandi ramah.

"Aduh... Saya sudah bilang tuan tidak perlu repot-repot mengantar saya pulang. Saya bisa pulang sendiri, lagian kita juga tidak saling mengenal satu sama lain." jawab Firda menolak tawaran Dandi.

“Saya kenal kamu Firda Argelia, usia kamu 22 tahun dan tinggal sendirian di kontrakan berada di jalan bunga. Kamu mulai bekerja disini sekitar 3 bulan yang lalu, benar kan?" tanya Dandi memastikan.

"Kok tuan bisa tahu? Jangan bilang tuan termasuk para penguntit?"

"Saya sudah bilang bos kamu itu sahabat saya."

"Oh maaf saya lupa."

"Sekarang, ayo ikut saya, saya antar kamu pulang." ajak Dandi lagi.

"Maaf tuan tidak usah, saya pulang sendiri saja." Firda menolak lagi membuat Dandi mulai murka.

"Saya antar pulang atau kamu kehilangan pekerjaan!" ancam Dandi.

"Huh… Dasar tukang maksa, baiklah." jawab Firda pasrah, sungguh ia tidak berdaya melawan pria tampan di hadapannya ini yang memiliki kekuasaan tinggi.

Dandi dengan cepat membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Firda masuk ke dalam. Setelah melihat wanitanya sudah masuk ke dalam, barulah, Dandi menutup pintu mobil dan masuk ke dalam mobil untuk melajukan mobilnya meninggalkan area restoran.

“Aku sangat merindukanmu, sayang.” gumam Dandi pelan sambil melirik wanita duduk di sampingnya.

Malam sudah berganti pagi dan seperti biasa orang-orang melakukan aktivitas untuk mengais rezeki.

"Hallo sayang, maaf kemarin aku tidak bisa bertemu denganmu. Aku sedang ada jadwal operasi, nanti aku antar berangkat kerja, selain aku ke rumah sakit," ucap seorang pria dari sambungan ponsel Firda.

“Iya kak, tidak apa-apa kok aku bisa pulang sendiri semalam. Jaraknya juga dekat dengan kontrakanku.” sahut Firda.

"Ya sudah, kamu siap-siap dulu, sebentar lagi aku jemput."

"Baiklah kak, aku tutup dulu telponnya."

Setengah jam kemudian sudah terlihat mobil Rico yang menunggu di depan kontrakan Firda.

"Pagi kak, udah lama menungguku?" sapa Firda.

"Nggak kok baru saja, kamu sudah sarapan?" tanya Rico dan Firda menggeleng cepat.

"Belum kak, nanti mau sarapan di restoran saja sebelum masuk."

"Baiklah ayo berangkat." dengan segera, mereka menaiki mobil menuju tempat restoran Firda bekerja.

Tanpa disadari dari jarak jauh terlihat mobil Dandi yang ingin bertemu dengan Firda tadi. Namun, hal itu di urungkan niatnya dan memilih melihat ada mobil yang lebih dulu datang membawa Firda.

Sungguh, Dandi benar-benar merasa kesal, marah dan cemburu melihat Firda pergi berdua dengan pria lain. Dengan perasaan campur aduk itu akhirnya Dandi memutuskan pergi menuju kantornya bekerja.

Di sebuah perusahaan Richard yang bangunan megah dan terkenal terkaya nomor dua di dunia. Dapat terlihat jelas seorang CEO tampan tampak murka atas kekesalannya melihat wanitanya bersama pria lain.

“Sialan, itu pasti pacarnya Firda. Huh, aku tidak akan membierkan dia mengambil Firda dariku. Lihat saja nanti, aku akan merebut milikku kembali padaku.”

Hari ini Dandi bekerja dengan tidak fokus, pikirannya terbagi dengan apa yang terjadi tadi pagi. Beberapa karyawannya terkena imbasnya, ia menjadi lebih pemarah dan sensitive.

Jino yang melihat hal itu ikut geram pada tuan mudanya, akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya apa yang membuat emosi Dandi meningkat.

"Maaf tuan, saya terlihat lancang, dari tadi saya perhatikan tuan tidak seperti biasanya. Tuan kurang fokus dan lebih sensitif pada karyawan lain. Apa yang terjadi tuan?" tanya Jino sopan.

"Kamu tahu pelayan wanita yang tempo hari aku suruh cari identitasnya?"

"Iya saya tahu tuan, kenapa?"

"Kamu tahu mengapa saya memintamu mencari tahu pelayan wanita itu?"

"Setelah saya perhatikan baik-baik, wajah nona Firda sangat mirip dengan nona Daisy, tuan. Maaf kalau saya salah persepsi."

"Tidak, kamu memang benar dan itulah yang mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini. Namun jika dia memang Daisy, kenapa dia bisa melupakan saya?"

"Tapi mana mungkin tuan, kita sudah memastikan bahwa yang dulu meninggal itu memang Nona Daisy.”

"Iya, saya merasa bingung, mengapa saya bisa bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengan Daisy? Saya merasa nyaman saat dekat dengannya seperti saya sedang bersama Daisy dulu."

"Sudahlah tuan, lebih baik tuan ikhlaskan saja agar nona Daisy bisa tenang di alam sana. Dia pasti sangat sedih melihat kondisi tuan yang seperti ini."

"Baiklah, kamu boleh keluar dan lanjutkan pekerjaanmu.” usir Dandi tanpa menerima saran dari Jino.

“Mungkinkah aku telah jatuh cinta pada Firda? Atau itu karena dia sangat mirip dengan Daisy? Daisy sayang apa kamu akan bahagia jika aku bersama dengan wanita lain ? Bahkan dia sangat mirip denganmu.” lirih Dandi dengan raut wajah sedihnya.

Dandi belum bisa benar-benar melupakan sosok Daisy dalam hidupnya. Dengan sejuta kebahagiaan dari Daisy kepada seorang pria yang dingin seperti Dandi. Namun, pada akhirnya dia yang berhasil menghempaskan Dandi jauh ke dalam rasa keterpurukan.

Sementara di tempat lain, Firda yang sedang beristirahat di jam kerjanya menerima notifikasi panggilan masuk dari ponselnya. Ia melihat tampilan tulisan sayang dari layar ponselnya dan dengan cepat diangkatnya sambungan panggilan masuk itu.

"Hallo sayang, pulang jam berapa? Aku jemput ya?" tanya Rico melalui sambungan masuk dari ponsel Firda.

"Jam 5 kak, baiklah sampai bertemu nanti, aku tutup dulu ya telponnya masih banyak pekerjaan." sahut Firda.

"Iya , semangat sayang bekerjanya." Firda mematikan sambungan panggilan secara sepihak.

“Betapa beruntungnya aku bisa memilikimu, Fir. Aku sudah tidak sabar lagi untuk memilikimu seutuhnya.” lirih Rico pelan. Saat ini, ia berada di ruang kerjanya sebagai dokter, dengan hatinya yang sangat bahagia. Ia berencana akan melamar wanitanya dengan segera karena ia merasa takut suatu saat nanti akan kehilangan wanita yang sangat dicintainya. Ia tidak ingin kehilangan wanitanya lagi, cukup satu kali saja dan jangan terulang kembali rasa sakit yang teramat dalam saat mencintai seseorang tapi ia pergi untuk selama-lamanya dalam hidupnya. sungguh sakit tak berdarah itu yang dirasakannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!