Selamat membaca!
Hingga waktu beranjak malam, aku masih berada di hotel karena Mas Denis memang sempat mengatakan jika dia akan memperpanjang waktu menginap kami sampai besok. Itu artinya, hari ini aku tidak bisa menemui Almira. Walaupun sejak tadi aku tidak tenang karena terus memikirkan kehamilan adikku. Namun, aku tidak ingin menunjukkannya di depan Mas Denis yang lagi dan lagi mengajakku untuk menghabiskan waktu di atas ranjang. Entah sudah berapa kali selama menginap di sini kami melakukan adegan panas yang seolah tidak ada puasnya, tetapi aku merasa sangat bahagia karena Mas Denis selalu mengatakan jika dia mencintaiku di akhir setiap permainan yang kami lakukan. Bahkan saat tertidur pun, dia sama sekali tidak pernah melepaskan pelukannya dan terus mendekapku sepanjang tidurnya.
Setelah tanpa sengaja tertidur, aku mulai terjaga dan Mas Denis masih berada tepat di sampingku. Namun, dia sudah tak lagi memelukku.
"Eh, Mas. Kamu sudah bangun ya?" tanyaku sambil melihat wajah Mas Denis yang berbeda tak seperti biasanya.
Seketika aku jadi teringat dengan pesan yang tadi dikirim oleh Almira. "Apa aku lupa ya menghapus pesan dari Almira? Makanya, Mas Denis terlihat seperti marah padaku."
Aku coba mendekatkan tubuhku dengannya. Memeluknya, walau dia terasa berbeda tidak seperti sebelum aku tertidur tadi. Mungkinkah dia memang benar-benar telah mengetahui semuanya. Apa saat aku tertidur Almira menghubungiku dan menceritakan tentang kehamilannya pada Mas Denis?
Beragam pertanyaan itu terus berkutat memenuhi isi kepalaku. Membuat aku merasa serba salah karena Mas Denis terlihat begitu cuek padaku.
"Mas, kamu kenapa sih?" tanyaku dengan hati-hati.
"Maksudnya kenapa apanya? Coba kamu pikir saja sendiri!"
Suaranya terdengar ketus hingga membuat dugaanku semakin mendekati kenyataan. "Ya Tuhan, apa mungkin Mas Denis tau dan sekarang dia sedang menungguku untuk berkata jujur?" batinku merasa bingung dengan apa yang terjadi.
Tak ingin menduga-duga, aku pun langsung mengambil ponselku yang masih berada di tempat sebelumnya saat aku meletakkannya di sana. Tak ada riwayat panggilan masuk dari Almira dan pesan whatsapp yang sempat dikirimnya pun memang benar sudah aku hapus.
"Kamu kenapa bingung? Apa yang kamu lihat di ponselmu?" Dia bertanya. Membuatku langsung menoleh untuk melihatnya.
"Enggak apa-apa, Mas. Ini aku cuma ...." Aku masih berpikir. Coba mencari alasan agar tidak membuat Mas Denis semakin curiga.
"Cuma apa?" tanyanya lebih menekankan agar aku segera menjawabnya.
"Kamu katanya mau ngajakin aku foto di atas, Mas? Jadi enggak?"
"Belum tahu, aku malas." Jawaban singkat itu terdengar menyakitkan.
"Kamu kan sudah janji sama aku, Mas. Katanya kalau kita ke sini kamu mau nemenin aku foto yang background-nya balon udara seperti yang ada di Cappadocia itu lho, Mas." Aku langsung meraih tangan Mas Denis dan melingkarkannya agar memeluk tubuhku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk membujuknya agar dia mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ini Mas, kamu lihat deh. Bagus, kan? Aku pengen foto di sini sama kamu buat kenang-kenangan selama menginap di sini." Saat ini aku sudah menunjukkan foto di rooftop hotel ini dari akun Instagram-nya.
Mas Denis tak menjawab, lalu kemudian dia mengurai pelukannya dari tubuhku dan beranjak pergi dari ranjang. Melihat sikapnya yang penuh tanda tanya membuatku benar-benar stres.
Aku melihat Mas Denis masuk ke dalam kamar mandi. Tak berselang lama kemudian dia kembali keluar dan langsung mengenakan pakaian seperti akan pergi dari kamar ini.
Aku pun bergegas menghampirinya dan langsung mengalungkan tanganku di leher Mas Denis. Aku harus mencegahnya pergi sampai dia mengatakan alasan kenapa dia tiba-tiba berubah setelah aku bangun tidur.
"Mas, kamu mau ke mana sih sudah rapi begini?" tanyaku dengan lembut, lalu menempelkan wajahku di permukaan dada bidangnya. Sikap ini tidak sengaja aku buat-buat, ini benar-benar alami mengalir dengan sendirinya.
"Aku ada urusan di luar. Kamu lanjut istirahat saja sampai aku kembali!" jawabnya dengan suara yang terdengar dingin.
"Tapi, Mas, aku enggak mau kamu pergi ke mana-mana. Aku mau kamu di sini terus sama aku, temani aku. Memangnya kamu ada urusan apa sih di luar sana? Dan, apa alasan kamu tiba-tiba berubah? Apa aku salah? Kalau iya coba katakan di masa salahku, biar aku tau, Mas." Aku merengek menuntut jawaban darinya.
Saat ini, aku benar-benar merasa takut. Takut jika alasan Mas Denis bersikap dingin seperti ini karena sudah mengetahui semua kebohonganku. Aku sungguh takut akan kehilangannya.
Mas Denis tidak menjawab satu pun pertanyaan yang aku lontarkan secara bertubi-tubi, lalu perlahan demi perlahan dia menjauhkan tubuhku dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan kamar.
Aku terdiam di posisiku, tidak sanggup bergerak untuk mengejarnya. Jika aku terus berusaha mencegahnya pergi, itu sama saja akan menimbulkan kecurigaan baru di benaknya, sementara saat ini aku tidak tau apa alasan dia pergi meninggalkanku. Apakah dia sudah mengetahui semuanya dan berusaha untuk menyelidiki dengan menemui Almira?
Bersambung ✍️
...Halo, Bestie. Yuk baca juga novel Author yang lain, judulnya, Istri Satu Miliar. Seorang wanita yang harus terjebak dalam sebuah kontrak yang telah disepakati dengan atasannya. Hingga akhir, kesuciannya harus terenggut dan terjebak dalam perasaan antara benci juga cinta....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Meta Lia
heeeeeeeeem
2023-01-31
0
gia nasgia
kalau kebohongan mu ketahui dan Denis minta pisah itu konsekuensi yg harus kamu terima , karena sdh menjadikan adik mu umpan untuk obsesi mu😡
2023-01-24
0
@◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻
hancur nya Mira ditukar dg kebahagiaan mu Lissa apa km tidak memikirkan semua itu
2023-01-24
1