Selamat membaca!
Saat itu, waktu terasa berjalan lambat untukku. Aku pun melangkah dengan ragu melewati pintu kamar mandi yang baru saja aku buka. Mungkin ini adalah hukuman yang memang harus aku terima atas dosa masa laluku. Sekalipun nanti Mas Denis pada akhirnya menceraikan aku karena merasa dibohongi, aku rela karena memang semua bermula dari kesalahanku. Ketidakjujuranku ternyata benar-benar menjadi bumerang untukku. Namun, tiba-tiba dia datang dengan terburu-buru sambil memanggil namaku berulang kali. Aku dapat melihat jika ponselku tengah menempel di telinganya.
"Lissa, ibu kamu …." Aku terkejut. Menatap heran Mas Denis dengan wajah cemasnya sedang berlari menghampiriku. Memang kamar ini sangat luas hingga butuh beberapa meter untuk bisa tiba di kamar mandi.
"Kenapa, Mas? Kenapa dengan ibu?" tanyaku yang juga ikut merasa cemas.
"Ibu kamu harus segera dioperasi malam ini, kondisinya sangat buruk." Sambil mengatur napasnya yang terengah, Mas Denis mengatakan kabar buruk itu hingga membuat kedua lututku terasa tak bertenaga. Aku benar-benar tidak menyangka jika hal ini sampai terjadi di malam pertamaku.
"Ibu ...." Rasanya ini seperti mimpi, tapi setelah aku pikir, takdir seolah sedang menolongku. Mengulur waktu agar kebohonganku tidak terbongkar, walau aku tau jika itu tidak akan berlangsung selamanya.
"Sekarang kamu siap-siap! Kita akan pergi ke rumah sakit malam ini. Kamu yang sabar ya, Sayang! Aku yakin semua pasti akan baik-baik saja."
Dengan perasaan sedih yang seketika membalut hatiku, aku pun melangkah menuju walking closet yang tak jauh dari posisiku berada. Sementara Mas Denis, kembali menenangkan adikku lewat sambungan telepon. Aku masih dapat mendengar apa yang dikatakan Mas Denis pada Almira, kembaranku. Ya, aku memang memiliki seorang adik perempuan dan jarak usia kami hanya terpaut beberapa detik saja. Wajah kami sangat mirip karena memang kami adalah kembar identik. Banyak wacana yang sering aku baca jika kembar identik seperti aku dan Almira memiliki ikatan batin yang kuat hingga mereka bisa saling merasakan kesedihan satu sama lain, sekalipun tidak saling bertemu. Namun, entah kenapa itu tidak terjadi padaku. Mungkin karena aku dan Almira tidak dibesarkan di kota yang sama. Kami sempat terpisah karena ayah dan ibuku memutuskan untuk bercerai. Mereka pun membagi hak asuhnya dan setelah ayahku meninggal, aku pun kembali ke Jakarta dan tinggal bersama ibu dan Almira.
***
Sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam. Memandang ke luar jendela dengan rintik hujan yang masih nyaman membasahi semesta. Hatiku kini semakin gelisah. Bukan hanya memikirkan kondisi ibuku, tetapi aku juga dihadapkan dengan rasa takut soal malam pertamaku yang mungkin saja bisa jadi malam terakhirku menjadi istri Mas Denis. Mungkin orang lain bisa menanggapinya dengan santai, tetapi tidak jika mereka mengenal karakter dan watak Mas Denis yang keras. Dia memang baik dan sangat perhatian. Namun, untuk masalah kejujuran tidak ada tawar menawar dalam kamus hidupnya. Itulah yang membuat ketakutanku kian bertambah.
"Kamu jangan sedih ya! Pokoknya kita sama-sama berdoa aja demi keselamatan ibu kamu. Tadi aku sudah hubungi pihak rumah sakit, aku sudah meminta mereka untuk melakukan operasi tanpa menunggu kita datang. Pokoknya kamu jangan berpikir yang aneh-aneh ya!"
Perhatiannya entah kenapa bagaikan sihir yang seketika membuat kesedihanku berangsur memudar. Dia seperti membuaiku dengan kata-katanya yang manis. Membuatku semakin merasa tidak rela jika harus kehilangan sosok pria seperti dirinya.
"Tidak, aku tidak ingin dia menceraikanku. Seandainya aku bisa melewati malam ini, semua pasti akan baik-baik aja," batinku coba meyakinkan hati jika aku pasti bisa melewati malam ini tanpa harus membongkar kebohonganku.
Di tengah rasa kalut yang kian membuat kepalaku pening, tiba-tiba sebuah ide terbesit dalam pikiranku. Ide yang sebenarnya sangat gila untuk aku lakukan, tetapi aku merasa ini adalah jalan satu-satunya yang bisa aku usahakan agar pernikahanku dengan Mas Denis tidak berakhir.
"Aku harus memaksa Mira untuk menggantikanku di malam pertama ini. Aku sebenarnya tidak rela jika Mas Denis harus menikmati tubuh adikku, tapi aku tidak punya pilihan. Ini harus aku lakukan. Harus! Jika memang aku masih ingin menjadi istrinya," batinku memutuskan, walau keraguan itu masih membuatku tidak yakin jika ini adalah yang terbaik untuk dilakukan.
Bersambung ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
AKUN MATI...
jahat banget sih Lisa..
2024-11-16
0
Herni Haryani
lissa.... lissa... kenapa ngk jujur z sich walaupun menyakitkan itu lebih baik biar ngk ada penyesalan kedepannya,daripada di awali dengan kebohongan yg ada nanti kamu amat sangat menyesal,karena penyesalan adanya di akhir,ingat ya lissa jangan sampai menyesal.
2024-08-22
0
☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ
𝒈𝒊𝒍𝒂, 𝒂𝒅𝒆𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒂𝒍 🙄🙄🙄🙄
2023-12-01
0