Rain tidak pernah melihat sosok wanita yang lembut,selama hidupnya dia dibenci oleh wanita yang melahirkannya.
Wanita itu adalah ibunya,entah apa kesalahan di masa lalu saat ia kecil selalu mendapat perlakukan berbeda dari ibunya.
Rain tidak pernah mendapat kata-kata lembut malah dia sering mendapat bentakan dan makian.
Namun beruntung saat kecil dia tak tau apa-apa dan tak meniru sikap ibunya,sikap Rain begitu baik dan dia mudah memaafkan orang lain.
Anak itu diibaratkan malaikat kecil yang turun dan memiliki hati yang murni akan tetapi sebuah keluarga yang seharusnya menjadi obat rasa sakitnya malah berusaha membawanya kedalam jurang keputusasaan.
Rain seharusnya tau atau sadar bahwa dia memang benar-benar tak dianggap oleh keluarganya sendiri karna itulah dia memilih sebuah keputusan karna dia sudah lelah menerima rasa sakit.
Berapa kali dia bangkit dan berusaha tapi dia jatuhkan lagi bahkan dia pernah mendapat tamparan hingga membuatnya kecewa karna ayahnya tak lagi percaya padanya.
Seorang kakak yang seharusnya melindungi dan menjaga adiknya malah mendorongnya kebelakang dengan kata-kata yang menyakiti hatinya perlahan.
Tindakan kecil baik atau buruk akan ia ingat seumur hidup begitu dengan Rain yang akan membalas budi pada orang yang berbuat baik padanya.
Dia selalu berucap...
'Jika kalian bisa mengerti diriku maka kalian akan sangat menyesal melakukan itu padaku,pintu maafku selalu terbuka pada keluargaku tapi untuk kembali aku bukan orang lemah atau kuat jadi aku memilih pergi ketimbang hidup mempunyai keluarga tapi menjadi orang asing didalamnya.'
Siapa yang tahan dengan hinaan?
Siapa yang tahan dengan perlakuan kasar?
Siapa yang tahan tak dianggap?
...
"Rain..."
Bagaskara memandangnya putranya dengan tatapan khawatir,saat ini mereka berada di rumah Bagaskara.
Sebuah rumah minimalis dan sederhana namun mampu memuat sepuluh orang sekaligus.
"Rain!"
"A-ayah?"akhirnya walau sedikit gugup Rain menyahut panggilan kedua ayahnya.
"Kenapa putra ayah melamun hm?apa ada yang menanggung?"tanya Bagaskara.
Rain mengeleng membuat Bagaskara menghela napas.
Dia lalu menarik lembut tangan putranya agar duduk diatas karpet tebal disana.
Sedangkan yang lain,tampaknya sedang berkebun dihalaman belakang sebagai bentuk balas budi karna di izinkan menginap jadi Saurus mengatakan kalau mereka akan menyiapkan makan malam.
"Ayah apa aku anak yang tak berguna?"lirih Rain.
Dia memandang kearah pemandangan didepan dengan bersandar didada Bagaskara yang menopang tubuhnya.
Rumah Bagaskara hanya dilapisi kaca hingga mereka bisa terus memandang kearah alam dan laut.
"Anak adalah anugrah terbesar dari Tuhan,sang pencipta memberikannya dan kita sebagai orang tua tidak boleh menilai atau menghakimi anak itu intinya dia adalah titipan berharga yang wajid dijaga.
Termasuk dirimu Rain ibumu selalu menyayangi dan merindukanmu..."
"Ayah bisa ceritakan tentang ibu?"tanya Rain tiba-tiba membuat Bagaskara terdiam.
Tapi dia mengecup pucuk kepala Rain yang berbau stoberry.
"Wanita itu berhati lembut dan selalu membuat ayah tertawa,wajahnya cantik seperti bidadari dan dia tiap malam dia akan menyanyikan lagu tidur untuk ayah.
Dia pernah berkata'jika putraku berada disini maka aku akan menyanyikan lagu ini untuknya saat ia tidur.'
Intinya dia sangat merindukanmu..."
Rain termenung,dia jadi makin penasaran dan juga merindukan sosok wanita yang menjadi ibunya disini.
Apa dia datang terlambat?
"Apa yang terjadi padanya..."ucapnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Bagaskara.
"Suatu saat ibumu akan menemui dalam mimpimu Rain,karna sebelum pergi dia sudah berjanji dan ayah juga berjanji padanya akan melindungi dan membuatmu bahagia..."
"Ayah apa aku bisa bahagia?"ucap Rain menatap netra coklat ayahnya.
"Ya tentu saja...karna kau adalah putra kesayangan ayah dan ibu..."ucap Bagaskara mencium kening Rain dengan kasih sayang.
Mata biru putranya mirip dengan mendiang istrinya oleh karna itu dia berjanji akan menjaga permata keduanya sekarang.
Promises aren’t like shooting stars, if broken you get to make a wish. They are like sheets of paper, once torn they won’t carry the same essence.
(Janji tidak seperti bintang jatuh, saat jatuh kamu bisa membuat permintaan. Janji itu seperti lembaran kertas, jika sobek mereka tidak akan membawa esensi yang sama.)
...
Angin malam berhembus kencang hari ini,langit seolah gelap karna tidak ada cahaya bulan yang
menyinari.
Bunyi hewan malam seolah sunyi dan tampak bersembunyi dibalik dedaunan.
Terlihat seorang pemuda keluar dari rumah kayu.
Entah apa yang membuat anak itu keluar dimalam yang dingin dia juga tidak tau.
Dia mendongak kearah langit dimana bintang-bintang bertabur indah disana.
Langkahnya berhenti di sebuah bukit,dia lalu memicingkan matanya saat melihat bayangan seseorang yang berada disana.
Entah itu hanya ilusinya bayangan itu seolah membawa cahaya bintang ditangannya.
Dia terpaku saat sosok itu berbalik menghadapnya,entah dari mana keberanian itu Rain melangkahkan kakinya untuk mendekat.
Dan sosok itu juga berjalan menghampirinya seperti dia tau kalau Rain akan keluar.
Sosok dia membuka tudung hitamnya dan tersenyum padanya.
"Akhirnya kau kembali aku sudah lama menunggumu..."
"S-siapa kau?"
"Kau tak mengingatku?"
Rain menggeleng hingga dia terkejut saat mendengar sosok itu tertawa.
Cahaya bulan datang seolah mendukung rasa penasaran Rain,akhirnya dia bisa melihat jelas wajah sosok itu.
Lagi-lagi dia tertegun...
Kenapa...
Kenapa...
Sosok itu mirip dengan sosok yang ada didunianya dulu?
Seorang teman yang selalu menguatkannya dulu,walaupun Rain tak mempunyai teman didunianya tapi diam-diam dia memiliki satu penopang yaitu seseorang yang menjadi tetangganya dulu.
Seseorang yang melihat penderitaannya dan ingin membawanya kabur dari rumah tapi dia menolak dengan alasan tidak mau membuat ibunya lebih marah padanya.
Sampai seseorang itu pindah dan dia menyesali keputusannya tak mengikutinya dan tak bisa melihat sosok itu lagi.
Temannya...
Sahabat...
Dan...
"Ice..."
"Astaga kau melupakan ku ternyata,tapi ini juga kesalahanku sih karna aku menahan ingatanmu disini."
Rain binggung.
Menahan?
Menahan siapa?
Kenapa dia berbeda?
Tanpa Rain sadari diam-diam sosok itu menyeringai.
"Rain....kau temanku kan?"tanya pemuda berambut silver itu.
"Ice aku..."
"Maafkan aku...."
Rain tertegun saat sosok itu meminta maaf padanya.
Air matanya jatuh dan langsung memeluk temannya itu.
"Tapi kau tak pernah tau Rain,bahwa aku memang temanmu tapi bukan teman baikmu lagi..."ucapnya setelah itu dia merasakan sosok itu memeluknya sangat erat hingga dia kesusahan mengambil nafas.
"Ice..hah..lep..as..."
'Sebentar lagi...aku akan memiliki naga itu karna pemiliknya sudah berada ditanganku.'
"Kau...ugh..hah..."
Ice langsung menahan tubuh Rain yang terkulai lemah didekapannya,dia menatap wajah Rain dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Maafkan aku...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Itu cukup memberi tekanan bagi seorang anak, sosok ibu yang harusnya banyak memberinya kehangatan justru malah berperilaku berbeda.
2023-04-17
1
Mommy Ai💙
apa d dunia fantasy teman rain ice, teman yg baik atau malah sebaliknya, mudah" an aja dia teman yg baik ya.
2023-03-15
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
alhamdulillah sikap ibumu tidak kamu tiru, karena itu sikap yang dangat tidak baik..
2023-03-15
0