Masa lalu itu telah hilang

Masa lalu itu terkadang seperti lembaran usang,dimana ketika kita membeli buku baru dan menulis sebuah memori lalu disimpan dalam lemari hingga buku itu menjadi usang dan tak pernah dibuka.

Pernahkah kamu menyimpan buku gambarmu sejak kecil?

Apa buku gambar itu masih ada sampai sekarang?

Bagaimana warna kertasnya?

Apa ada tulisan yang tak bisa dibaca disana?

Atau gambaran abstrak yang kau buat dengan warna acak?

Semua yang telah usang terkadang tak bisa dibuat baru tetapi lembaran-lembaran itu perlahan dibuka kembali untuk menciptakan kenangan yang tak pernah dilupakan.

Apa yang paling kau ingat?

Apa yang membuatmu lupa?

Dan apa arti bagimu kenangan itu...

Intinya semua yang ada dalam hidupmu, hal pertama atau awal kau memulai sebuah kehidupan bukanlah sebuah kesalahan.

"Masa lalu tak hanya memberikan kenangan. Namun juga mengenalkanmu akan makna kehidupan."

...

Dulu Aiden kecil selalu terkurung dalam sangkar emasnya,rasa kesepian seolah-olah menjadi temannya.

Dimana saat dia melihat kakaknya Marcel tertawa dan bermain dengan teman-temannya timbul rasa iri dan rasa keinginan kuat mencari sosok yang namanya teman.

Hingga dia pernah nekat untuk keluar rumah tanpa tau resiko yang akan diterimanya nanti.

Sampai akhirnya dia bertemu sosok teman itu.

Ya anak laki-laki yang pertama kali menyapanya.

Ketika Aiden baru saja berhasil keluar dari jendela belakang rumahnya agak terkejut karna ada anak laki-laki seumurannya bermain sendiri dibelakang halaman rumahnya.

"Kenapa kau lewat jendela?kan ada pintu dirumahmu."tanya anak dengan badan sedikit lebih gembal darinya.

Dia menatap Aiden penasaran tapi tak dapat dipungkiri melihat teman sebaya sepertinya dia sangat senang karna akan memiliki teman.

Begitu halnya dengan Aiden.

Perasaan mereka seolah sama.

Dan ternyata mereka berusia sama,seperti sepasang anak kembar yang baru bertemu.

"....."ingin menjawab pertanyaan anak tadi tapi rasa kecewa kembali hinggap dihatinya,tak dipungkiri dia memang tak bisa bicara walaupun dia telah berusaha, sekeras apapun usahanya untuk memiliki suara dia tak akan pernah mendengar suaranya sendiri dan dia selalu dianggap cacat oleh orang lain.

"Kau tak bisa bicara ya?"seolah mengerti dengan keadaan anak sebayanya dihadapannya,apalagi saat Aiden mengangguk dan menatapnya polos entah kenapa timbul rasa gemas dengan teman barunya.

"Namaku Ice!dan namamu em...ah karna aku tak punya kertas kau tulis saja namamu ditanah dengan ranting kayu ini."ucap Ice mengambil ranting kayu kecil yang tak jauh dari mereka dan memberikannya pada Aiden.

Aiden mengangguk dan menulis namanya ditanah.

"Aiden?wah nama yang bagus kau tampan tapi aku lebih tampan!"ucapnya seolah bangga memuji dirinya hingga Aiden rasanya ingin tertawa tapi dia hanya tersenyum.

"Apa kau mau berteman denganku?"tanya Ice.

Mata biru Aiden membulat,apa dia tak salah dengar?anak laki-laki normal seperti Ice mau berteman dengannya yang cacat?

"Kau lucu jadi aku ingin berteman denganmu,apalagi mata birumu itu seolah menghipnotisku untuk terus menatapnya! mau ya dan aku tak terima penolakan!"ucap anak itu tegas.

...

"Kau tak pernah berubah adik kecil."ucap Ice mengelus pipi Rain.

Ice berjongkok dan menopang kepala Rain yang terkulai di pangkuannya.

Walau umur mereka sama tapi Ice masih menganggap Rain (Aiden dulu namanya) adalah adik kecilnya.

Walaupun hatinya kini dipenuhi kegelapan,tapi perasaan masa kecilnya tak akan pernah berubah.

Dia tetap tak bisa melukai Rain dengan tangannya sendiri.

"Diriku telah berubah dan tidak ada yang bisa melepaskanku dari jeratan kegelapan,aku akan selalu menjadi bayanganmu sedangkan kau adalah cahaya yang menyinari semua orang, kita berada didunia berbeda dan kita juga akan terhalang karna suatu alasan."ucap Ice.

Dia memandang kearah langit dimana para bintang bertabur indah dan cahaya bulan,sang Bimasakti seolah tak pernah bosan untuk berkumpul bersama dan sinar bulan menyinarinya membuat rambut silver pemuda itu terlihat cocok dengan warna bulan.